Bismillaah.. Smg perjalanan ini bisa meringankan beban, menyembuhkan hati, dan membangkitkan ghiroh kembali. Aamiin ya Allaah..
30 Des 2010- 07 Jan 2011, Trip to Bali.
Perdana naik Bus menyebrang ke pulau Jawa, pegel euy.. tapi seru jg hehe. Rute Palembang - Jkt - Bdg - Jogja - Suramadu - Bali - back to Jkt. Kembali melanjutkan langkah, kuliah, bekerja, dan.. bangun masa depan mulai dari nol lagi. Back to zero to be a winner!. Mudahkanlah langkah hamba selanjutnya ya Allaah. Aamiin ya Robbal'aalamiin..
Menulis kisah tentang hidup, adalah sebuah kebahagiaan. Berguru pada alam semesta dari apa yang dilihat, didengar, difikir, dan dirasa. Memanusiakan manusia. Meramu kata per kata menjadi rangkaian cerita guna menuai hikmah. Moga kehadiran blog ini memberi kebaikan dan manfaat bagi semua. Aamiin ya robbal’aalamiin.. Take the rest time..
Friday, December 31, 2010
Thursday, December 30, 2010
Rasakan Jiwaku
Trauma dan luka, ibarat sahabat karib. Biasanya, setelah luka akan ada trauma, seperti seorang yg terkena benda tajam lalu berdarah. Ia akan merasakan sakit dan untuk menyembuhkannya perlu waktu tergantung seberapa parah lukanya. Aku, luka dan trauma. Terkadang saat mata ini terjaga dari tidur, saat ku hela nafas pertama dan teringat semua, hanya sesak yg terasa. Rabb.. alangkah baiknya jika aku tidak terbangun lagi selamanya agar tak teringat lg semua itu. Rasakan perih jiwaku. Adakah kau jg merasakannya?
Biarlah Takdir itu Berakhir Indah 2
Cinta Menuntut Pengorbanan
Kasih manusia kadang bermusim
Sayang manusia tiada abadi
Kasih Tuhan, tiada bertepi
Sayang Tuhan, janji-Nya.. pasti
(Kasih Sayang by Raihan)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari dari jari jemari ar Rahman bagaikan satu buah hati yang Dia swt memperlakukannya sekehendak-Nya.” Didalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,”Tidaklah ada satu hati kecuali dia berada di antara dua jari dari jari jemari ar Rahman, jika Dia berkehendak maka Dia akan meluruskannya dan Jika Dia berkehendak maka Dia akan menyimpangkannya.”
Seorang teman menulis di status Facebooknya,
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu. Dia selalu menginginkan yang dicintainya terus tumbuh menjadi baik... baik.. dan terus lebih baik.
Begitulah.. Alhamdulillaah.. akhirnya saya bisa memaknai apa itu cinta yang hakiki. Bukan sekedar karena ketampanan atau kecantikan wajah semata. Namun lebih dalam dari itu, yaitu jika kita mampu membawa kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Ya Alhamdulillaah.. syukurku tak henti-hentinya terhatur, meski bagai menjadi korban karena harus mengalami sakit hati berkali-kali, namun Allah telah mengamanahiku tugas itu. Tidak semua orang diamani tugas seperti itu, berat dan berliku. Itu berarti Allah sudah mengukur batas kekuatanku untuk menghadapi ujian itu. Sebuah kehormatan yang tidak setiap akhwat mendapatkannya. Alhamdulillaah.. aku telah membantu saudaraku tersibghohi warna-warna Ilahy. Meski pun tak jadi, kini dia mengikuti kajian pekanan sudah hampir setahun.
Alhamdulillah.. saya bersyukur dan tetap mengambil sisi positifnya. Meskipun tidak jadi, secara tidak langsung saya sudah membantunya melakukan persiapan untuk menikah. Bisa jadi, ia harus bertemu saya dulu sebelum bertemu jodohnya. Ya.. mungkin jika tidak bertemu saya, sampai saat ini ia belum cukup persiapan untuk menikah karena karakternya yang seperti itu. Mungkin juga jika bukan bertemu dengan saya, belum tentu ada perempuan lain yang sanggup tahan menunggunya melakukan persiapan selama satu setengah tahun. Lama dan berlarut. Tak mengapa.. walau pun tak jadi, saya sudah membantu saudara. Alhamdulillah.. sekarang ia sudah cukup persiapan, antar-antaran, mahar, dan sedikit tabungan.
Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu mencintai dan dicintai. Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu sakit hati bertubi-tubi. Meskipun hati itu layaknya barang yang terkorban karena harus menanggung perih yang bertubi, namun cinta tetaplah cinta bukan?, ia memegang perannya sendiri. Peran membantu saudara menjadi lebih baik lagi. Semoga kita istiqomah di jalan ini. Aamiin..
Ia Tak Mencintaiku
Aku belajar tentang cinta. Bahwa cinta itu menuntut pengorbanan. Namun aku terlambat menyadari, bahwa cintanya padaku tidaklah sekokoh pohon yang akarnya menghujam ke dasar bumi. Ya.. manusia memang mudah tertipu, seperti aku, yang kini menyadari bahwa mungkin.. aku telah tertipu.
Terkadang hati itu terlalu dalam sampai kita sendiri tak sanggup menyelaminya. Astaghfirullah.. ampunilah kesalahan-kesalahan kami ya Allah.. ampunilah hamba atas kekhilafan ini. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi ‘ala Diinika (Wahai (Allah) Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu). Saya tak boleh begini. Saya harus bangkit dan benar-benar memulai segalanya dari nol lagi, terutama pekerjaan. Jika melihat pengorbanan yang saya lakukan demi ta’aruf ini, pastilah hanya su’udzhon yang tersisa. 3 kali kehilangan pekerjaan demi untuk mempersiapkan semuanya. Kini saya harus memulai segalanya dari awal lagi. Memulai hidup yang baru dengan semangat baru pula. Ah.. semoga semua berakhir dengan indah. Terima kasih untuk semuanya.
Wallahua’lam bishshawwab.
Ya Allah.. karuniakanlah kepada hamba suami (jodoh) yang terbaik di sisi-Mu, suami yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Aamiin..
Ya Allah warnai hidupku dengan selalu rindu padaMu, rindu pada RasulMu, rindu pada hamba-hambaMu yang Kau cintai, rindu untuk bertemu di syurga bersama para Nabi dan Syuhada.
Semoga Allah selalu mengikatkan dalam tali ikatan ukhuwah yang tidak akan pernah terputus hingga Allah mempertemukan kita di JannahNya... Rabb, eratkan ukhuwah di antara kami, tarbiyahkan kami dengan kelembutan dan kasih sayang Mu. Yakinkan kami pada jihad di jalan Mu. Selamatkan kami dengan keikhlasan amal padaMu. Jadikan kami ahli syurgaMu.
PadaMu Rabbi, ajarkan kami bagaimana berpikir sebelum bicara, untuk menerima sebelum menuntut, untuk tersenyum disaat kecewa, untuk tenang dikala gundah, untuk diam dikala gaduh dan bersahaja di atas kebenaran.
Rabb, ajari kami tesenyum meski berat pundak memikul beban, ajari kami berlapang dada meski banyak hal yang menyesakkan jiwa, ajari kami rendah hati karena Kaulah yang Maha Tinggi, bantu kami bersabar ya Rabb, sungguh beratnya perjuangan ini tak sebanding dengan manisnya surgaMu.
Aamiin Ya Allaah Ya Robbal’aalamiin.
Potongan Cerita Hati - Fithri Ariani
Kasih manusia kadang bermusim
Sayang manusia tiada abadi
Kasih Tuhan, tiada bertepi
Sayang Tuhan, janji-Nya.. pasti
(Kasih Sayang by Raihan)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari dari jari jemari ar Rahman bagaikan satu buah hati yang Dia swt memperlakukannya sekehendak-Nya.” Didalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,”Tidaklah ada satu hati kecuali dia berada di antara dua jari dari jari jemari ar Rahman, jika Dia berkehendak maka Dia akan meluruskannya dan Jika Dia berkehendak maka Dia akan menyimpangkannya.”
Seorang teman menulis di status Facebooknya,
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu. Dia selalu menginginkan yang dicintainya terus tumbuh menjadi baik... baik.. dan terus lebih baik.
Begitulah.. Alhamdulillaah.. akhirnya saya bisa memaknai apa itu cinta yang hakiki. Bukan sekedar karena ketampanan atau kecantikan wajah semata. Namun lebih dalam dari itu, yaitu jika kita mampu membawa kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Ya Alhamdulillaah.. syukurku tak henti-hentinya terhatur, meski bagai menjadi korban karena harus mengalami sakit hati berkali-kali, namun Allah telah mengamanahiku tugas itu. Tidak semua orang diamani tugas seperti itu, berat dan berliku. Itu berarti Allah sudah mengukur batas kekuatanku untuk menghadapi ujian itu. Sebuah kehormatan yang tidak setiap akhwat mendapatkannya. Alhamdulillaah.. aku telah membantu saudaraku tersibghohi warna-warna Ilahy. Meski pun tak jadi, kini dia mengikuti kajian pekanan sudah hampir setahun.
Alhamdulillah.. saya bersyukur dan tetap mengambil sisi positifnya. Meskipun tidak jadi, secara tidak langsung saya sudah membantunya melakukan persiapan untuk menikah. Bisa jadi, ia harus bertemu saya dulu sebelum bertemu jodohnya. Ya.. mungkin jika tidak bertemu saya, sampai saat ini ia belum cukup persiapan untuk menikah karena karakternya yang seperti itu. Mungkin juga jika bukan bertemu dengan saya, belum tentu ada perempuan lain yang sanggup tahan menunggunya melakukan persiapan selama satu setengah tahun. Lama dan berlarut. Tak mengapa.. walau pun tak jadi, saya sudah membantu saudara. Alhamdulillah.. sekarang ia sudah cukup persiapan, antar-antaran, mahar, dan sedikit tabungan.
Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu mencintai dan dicintai. Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu sakit hati bertubi-tubi. Meskipun hati itu layaknya barang yang terkorban karena harus menanggung perih yang bertubi, namun cinta tetaplah cinta bukan?, ia memegang perannya sendiri. Peran membantu saudara menjadi lebih baik lagi. Semoga kita istiqomah di jalan ini. Aamiin..
Ia Tak Mencintaiku
Aku belajar tentang cinta. Bahwa cinta itu menuntut pengorbanan. Namun aku terlambat menyadari, bahwa cintanya padaku tidaklah sekokoh pohon yang akarnya menghujam ke dasar bumi. Ya.. manusia memang mudah tertipu, seperti aku, yang kini menyadari bahwa mungkin.. aku telah tertipu.
Terkadang hati itu terlalu dalam sampai kita sendiri tak sanggup menyelaminya. Astaghfirullah.. ampunilah kesalahan-kesalahan kami ya Allah.. ampunilah hamba atas kekhilafan ini. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi ‘ala Diinika (Wahai (Allah) Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu). Saya tak boleh begini. Saya harus bangkit dan benar-benar memulai segalanya dari nol lagi, terutama pekerjaan. Jika melihat pengorbanan yang saya lakukan demi ta’aruf ini, pastilah hanya su’udzhon yang tersisa. 3 kali kehilangan pekerjaan demi untuk mempersiapkan semuanya. Kini saya harus memulai segalanya dari awal lagi. Memulai hidup yang baru dengan semangat baru pula. Ah.. semoga semua berakhir dengan indah. Terima kasih untuk semuanya.
Wallahua’lam bishshawwab.
Ya Allah.. karuniakanlah kepada hamba suami (jodoh) yang terbaik di sisi-Mu, suami yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Aamiin..
Ya Allah warnai hidupku dengan selalu rindu padaMu, rindu pada RasulMu, rindu pada hamba-hambaMu yang Kau cintai, rindu untuk bertemu di syurga bersama para Nabi dan Syuhada.
Semoga Allah selalu mengikatkan dalam tali ikatan ukhuwah yang tidak akan pernah terputus hingga Allah mempertemukan kita di JannahNya... Rabb, eratkan ukhuwah di antara kami, tarbiyahkan kami dengan kelembutan dan kasih sayang Mu. Yakinkan kami pada jihad di jalan Mu. Selamatkan kami dengan keikhlasan amal padaMu. Jadikan kami ahli syurgaMu.
PadaMu Rabbi, ajarkan kami bagaimana berpikir sebelum bicara, untuk menerima sebelum menuntut, untuk tersenyum disaat kecewa, untuk tenang dikala gundah, untuk diam dikala gaduh dan bersahaja di atas kebenaran.
Rabb, ajari kami tesenyum meski berat pundak memikul beban, ajari kami berlapang dada meski banyak hal yang menyesakkan jiwa, ajari kami rendah hati karena Kaulah yang Maha Tinggi, bantu kami bersabar ya Rabb, sungguh beratnya perjuangan ini tak sebanding dengan manisnya surgaMu.
Aamiin Ya Allaah Ya Robbal’aalamiin.
Potongan Cerita Hati - Fithri Ariani
Biarlah Takdir itu Berakhir Indah
Semoga pesan ini bisa menyadarkan dan membangunkan ruhiyah yang telah lama tertidur lelap.
Bismillaahirrohmaanirrohiiim..
Assalamu'alaikum wr wb ya akhi fillah.. Semoga Allah senatiasa melimpahkan rahmatNya. Aamiin..
Allah mempertemukan kita di jalan-Nya, hendak menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang lebih baik. Bukan hanya sebuah kata yang bermakna sepele bernama "Ini sekedar Takdir", tapi lebih mendalam dari itu. Engkau ditakdirkn bertemu denganku, dan aku ditakdirkan bertemu denganmu. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Allah hendak menitipkan hikmah kepadaku dan juga kepadamu. Engkau saudara yang pernah Allah takdirkan mengisi jalan hidupku untuk mengajarkan banyak hal, bersamamu aku belajar tentang memaknai dan menghadapi ujian, tentang penjagaan diri dan hati, tentang penjagaan keimanan, tentang memaknai keikhlasan, kesabaran, ketawadhu'an, dan banyak kebaikan lainnya. Walau pun wujud kehadiranmu adalah "ujian", namun Allah tidak pernah bermaksud memberi keburukan. Ya.. tak ada yang hendak Allah sampaikan selain kebaikan, meski aku bagai menjadi korban. Disana kita bertemu karena Allah, dan disana pula kita berpisah karena Allah.
Ia hendak mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, keimanan, dan tentang keistiqomahan dalam menapaki jalan taqwa. Seperti menyusun bidang puzzle yang berantakan, lalu menjadikannya gambar yang indah menawan elok dipandang. Seperti mengumpulkan helai daun yang berserakan, lalu menjadikannya pupuk yang mengandung manfaat kembali ke tanah sebagai unsur hara yang menyuburkan. Begitulah Ia takdirkan kita dalam pertemuan dan perpisahan. Semua mengandung kebaikan dan hikmah untuk kita ambil manfaatnya.
Ketika kita membahas makna pertemuan, pastilah setiap insan tidak mengharapkan perpisahan. Ketika dua jiwa bertemu dalam kecocokan, mereka pastilah tidak menginginkan perpisahkan. Ketika kita membahas makna perpisahan, yakinlah dalam perpisahan tidak ada kesia-siaan. Kita bertemu dan berpisah karena Allah. Dahulu, setahun yang lalu, engkau pernah mengatakannya.
Dengan segala kesederhanaanmu, dan dengan segala kesempurnaan dan ketidaksempurnaanmu yang telah Allah ciptakan. Disana.. aku dipertemukan pada sebuah pilihan. Tentang makna keseriusan yang harus diperjuangkan, bagai seorang pejuang yang berjuang di medan laga, medan itu bernama dunia - akhirat. Karena "perkara" kita bukanlah perkara sederhana yang sebatas kata "uji coba", lalu selesai begitu saja ketika uji coba yang kau lakukan seakan gagal karena ternyata aku tak sesempurna inginmu, tak sebaik bayanganmu. Perkara kita adalah perkara dunia - akhirat, perkara yang kelak akan dipertanggungjawabkan di pengadilan tertinggi akhirat. Dimana kita akan bertemu kembali di hadapan Sang Penggenggam Alam Semesta, dan disana kita akan ditanya tentang apa yang pernah menimpa kita. Kau akan ditanya, aku pun demikian. Lalu, adakah hutang yang harus kita lunasi di dunia sebelum kita kelak bertemu kembali di akhirat lalu dipertanyakan semua perkara kita?. Pernahkan hal itu terbesit di hatimu?. Di mata saya, kau tetap saudara terbaik yang pernah Allah hadirkan untuk membawa pelajaran.
Seorang sahabat pernah mengatakan kepadaku dalam testimoninya tentang makna "Keseriusan".
"Jika seseorang itu bersungguh-sungguh dan serius, pasti akan tetap jadi. Apa pun akan ia lakukan, Gunung kan di daki, lautan kan di sebrangi".
Namun ternyata kita menerjemahkan dan mengaplikasikannya dengan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan itu seakan tak bermuara karena dinding "kesungkanan" yang kita bangun terlalu tinggi dan seakan tak mampu tuk kita robohkan bersama. Benarkah?, mari telisik hati kita masing-masing. Ada ribuan dan bahkan mungkin milyaran "sungkan" yang tersimpan.
Saudaraku.. apakah kau pernah merasa sedih ketika sesuatu yang telah lama kau perjuangkan tiba-tiba kandas hanya karena kesalahfahaman?. Hingga saat ini aku masih tak bisa memahami dan mengerti seonggok hati yang bernama... Mungkin ilmu tafahumku padamu belumlah mencapai nilai "great" atau "master" sehingga menyabet gelar "cumloude". Kita seperti sepasang mahasiswa yang belajar di kampus yang bernama "Belajar Saling Memahami". Terus menerus.. tiada henti hingga semua berakhir pun kita masih belajar saling memahami. Tapi adakah kau memahami hati yang terlanjur memerih?
Mungkinkah bisa menuntut sebuah kejujuran dan hati yang luka bertubi-tubi?. Luka yang terus menerus tergores tanpa sadar?. Jujur.. ada rasa sedih bercampur syukur memenuhi ruang hati, karena sudah lama aku berjuang menerima apa adanya karunia Allah ini dengan mengenyampingkan keinginanku sendiri. Berusaha untuk menerima apa adanya yang hendak Allah beri dan ikhlas menggapainya sebagai karunia Allah tuk dijaga dan dirawat bersama memulai dari nol. Perih memang.. namun hati sudah tak ingin lagi bersedih. Mungkin inilah yang terbaik bagi kita.
Inilah akhir kisah panjang perkenalan kita. Ingat-ingatlah.. bahwa ini yang pertama bagiku, dan yang kesekian bagimu. Ya.. perjalanan panjang yang melelahkan. Satu setengah tahun sejak Juli 2009 – Desember 2010. Dengan niat ingin menyempurnakan ibadah meraih ridho Allah dan saling membantu menggenapkan setengah dien, serta memudahkan niat orang yang berniat baik. Mungkin, tidak ada akhwat yang kuat untuk bersabar melalui ta’aruf seperti itu. Panjang dan berlarut-larut hanya karena ingin memudahkan dan membantumu mematangkan persiapan. Apa pernah terbesit di hatimu tentang itu?
Alhamdulillaah.. kini semua tinggal cerita yang mungkin kelak akan kau banggakan pada orang lain, seperti kata yang pernah kau ungkapkan dulu ketika aku bertanya mengapa, dan kata "Bangga" itu mengalir begitu saja dari lisanmu seperti larutan asam pekat. Silahkan.. nikmatilah dan berbahagialah dengan kebanggaan itu.
Saudaraku.. semoga Allah mempertemukan kita dalam muhasabah yang sama. Muhasabah yang berisi penyesalan-penyesalan karena ketidaksabaran dan kelemahan iman kita. Muhasabah yang berisi penyesalan karena semua berakhir bak sia-sia, muhasabah yang berisi pemaafan dan pemakluman kondisi ketika semua itu terjadi. Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan ketika semua itu terjadi?, bayangkanlah.. jika ayahmu akhirnya sakit karena menunggu-nunggu janji dari seseorang yang hendak menikahi putrinya yang tak kunjung mengerti bahwa rencana akan hangus dan usang dimakan waktu, ketika waktu hanya bersisa amarah, kesal, dan gregat karena lamban dan santaimu. Atau coba hayati jika kau berada di posisi seorang ayah yang hendak mengamanahkan putrinya kepada seorang laki-laki yang dia harapkan bisa menjalankah amanah menggantikan posisinya sebagai ayah yang menjaga, melindungi, membahagiakan, dan menafkahi?. Lalu kemudian engkau sebagai ayah akhirnya sakit karena menahan sakit sang putri yang tak rela ia lepas pada seorang yang tidak pandai memahami sebuah kondisi?. Ya.. cobalah rasakan apa yang ku rasa ketika ujian itu terjadi. Semoga Allah membuka hatimu. Semoga Allah menghapus amarah, benci, dan sakit hati yang masih tersisa dengan rindu, cinta dan kasih mendalam karena Allah. semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu. Aamiin..
Bismillaahirrohmaanirrohiiim..
Assalamu'alaikum wr wb ya akhi fillah.. Semoga Allah senatiasa melimpahkan rahmatNya. Aamiin..
Allah mempertemukan kita di jalan-Nya, hendak menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang lebih baik. Bukan hanya sebuah kata yang bermakna sepele bernama "Ini sekedar Takdir", tapi lebih mendalam dari itu. Engkau ditakdirkn bertemu denganku, dan aku ditakdirkan bertemu denganmu. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Allah hendak menitipkan hikmah kepadaku dan juga kepadamu. Engkau saudara yang pernah Allah takdirkan mengisi jalan hidupku untuk mengajarkan banyak hal, bersamamu aku belajar tentang memaknai dan menghadapi ujian, tentang penjagaan diri dan hati, tentang penjagaan keimanan, tentang memaknai keikhlasan, kesabaran, ketawadhu'an, dan banyak kebaikan lainnya. Walau pun wujud kehadiranmu adalah "ujian", namun Allah tidak pernah bermaksud memberi keburukan. Ya.. tak ada yang hendak Allah sampaikan selain kebaikan, meski aku bagai menjadi korban. Disana kita bertemu karena Allah, dan disana pula kita berpisah karena Allah.
Ia hendak mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, keimanan, dan tentang keistiqomahan dalam menapaki jalan taqwa. Seperti menyusun bidang puzzle yang berantakan, lalu menjadikannya gambar yang indah menawan elok dipandang. Seperti mengumpulkan helai daun yang berserakan, lalu menjadikannya pupuk yang mengandung manfaat kembali ke tanah sebagai unsur hara yang menyuburkan. Begitulah Ia takdirkan kita dalam pertemuan dan perpisahan. Semua mengandung kebaikan dan hikmah untuk kita ambil manfaatnya.
Ketika kita membahas makna pertemuan, pastilah setiap insan tidak mengharapkan perpisahan. Ketika dua jiwa bertemu dalam kecocokan, mereka pastilah tidak menginginkan perpisahkan. Ketika kita membahas makna perpisahan, yakinlah dalam perpisahan tidak ada kesia-siaan. Kita bertemu dan berpisah karena Allah. Dahulu, setahun yang lalu, engkau pernah mengatakannya.
Dengan segala kesederhanaanmu, dan dengan segala kesempurnaan dan ketidaksempurnaanmu yang telah Allah ciptakan. Disana.. aku dipertemukan pada sebuah pilihan. Tentang makna keseriusan yang harus diperjuangkan, bagai seorang pejuang yang berjuang di medan laga, medan itu bernama dunia - akhirat. Karena "perkara" kita bukanlah perkara sederhana yang sebatas kata "uji coba", lalu selesai begitu saja ketika uji coba yang kau lakukan seakan gagal karena ternyata aku tak sesempurna inginmu, tak sebaik bayanganmu. Perkara kita adalah perkara dunia - akhirat, perkara yang kelak akan dipertanggungjawabkan di pengadilan tertinggi akhirat. Dimana kita akan bertemu kembali di hadapan Sang Penggenggam Alam Semesta, dan disana kita akan ditanya tentang apa yang pernah menimpa kita. Kau akan ditanya, aku pun demikian. Lalu, adakah hutang yang harus kita lunasi di dunia sebelum kita kelak bertemu kembali di akhirat lalu dipertanyakan semua perkara kita?. Pernahkan hal itu terbesit di hatimu?. Di mata saya, kau tetap saudara terbaik yang pernah Allah hadirkan untuk membawa pelajaran.
Seorang sahabat pernah mengatakan kepadaku dalam testimoninya tentang makna "Keseriusan".
"Jika seseorang itu bersungguh-sungguh dan serius, pasti akan tetap jadi. Apa pun akan ia lakukan, Gunung kan di daki, lautan kan di sebrangi".
Namun ternyata kita menerjemahkan dan mengaplikasikannya dengan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan itu seakan tak bermuara karena dinding "kesungkanan" yang kita bangun terlalu tinggi dan seakan tak mampu tuk kita robohkan bersama. Benarkah?, mari telisik hati kita masing-masing. Ada ribuan dan bahkan mungkin milyaran "sungkan" yang tersimpan.
Saudaraku.. apakah kau pernah merasa sedih ketika sesuatu yang telah lama kau perjuangkan tiba-tiba kandas hanya karena kesalahfahaman?. Hingga saat ini aku masih tak bisa memahami dan mengerti seonggok hati yang bernama... Mungkin ilmu tafahumku padamu belumlah mencapai nilai "great" atau "master" sehingga menyabet gelar "cumloude". Kita seperti sepasang mahasiswa yang belajar di kampus yang bernama "Belajar Saling Memahami". Terus menerus.. tiada henti hingga semua berakhir pun kita masih belajar saling memahami. Tapi adakah kau memahami hati yang terlanjur memerih?
Mungkinkah bisa menuntut sebuah kejujuran dan hati yang luka bertubi-tubi?. Luka yang terus menerus tergores tanpa sadar?. Jujur.. ada rasa sedih bercampur syukur memenuhi ruang hati, karena sudah lama aku berjuang menerima apa adanya karunia Allah ini dengan mengenyampingkan keinginanku sendiri. Berusaha untuk menerima apa adanya yang hendak Allah beri dan ikhlas menggapainya sebagai karunia Allah tuk dijaga dan dirawat bersama memulai dari nol. Perih memang.. namun hati sudah tak ingin lagi bersedih. Mungkin inilah yang terbaik bagi kita.
Inilah akhir kisah panjang perkenalan kita. Ingat-ingatlah.. bahwa ini yang pertama bagiku, dan yang kesekian bagimu. Ya.. perjalanan panjang yang melelahkan. Satu setengah tahun sejak Juli 2009 – Desember 2010. Dengan niat ingin menyempurnakan ibadah meraih ridho Allah dan saling membantu menggenapkan setengah dien, serta memudahkan niat orang yang berniat baik. Mungkin, tidak ada akhwat yang kuat untuk bersabar melalui ta’aruf seperti itu. Panjang dan berlarut-larut hanya karena ingin memudahkan dan membantumu mematangkan persiapan. Apa pernah terbesit di hatimu tentang itu?
Alhamdulillaah.. kini semua tinggal cerita yang mungkin kelak akan kau banggakan pada orang lain, seperti kata yang pernah kau ungkapkan dulu ketika aku bertanya mengapa, dan kata "Bangga" itu mengalir begitu saja dari lisanmu seperti larutan asam pekat. Silahkan.. nikmatilah dan berbahagialah dengan kebanggaan itu.
Saudaraku.. semoga Allah mempertemukan kita dalam muhasabah yang sama. Muhasabah yang berisi penyesalan-penyesalan karena ketidaksabaran dan kelemahan iman kita. Muhasabah yang berisi penyesalan karena semua berakhir bak sia-sia, muhasabah yang berisi pemaafan dan pemakluman kondisi ketika semua itu terjadi. Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan ketika semua itu terjadi?, bayangkanlah.. jika ayahmu akhirnya sakit karena menunggu-nunggu janji dari seseorang yang hendak menikahi putrinya yang tak kunjung mengerti bahwa rencana akan hangus dan usang dimakan waktu, ketika waktu hanya bersisa amarah, kesal, dan gregat karena lamban dan santaimu. Atau coba hayati jika kau berada di posisi seorang ayah yang hendak mengamanahkan putrinya kepada seorang laki-laki yang dia harapkan bisa menjalankah amanah menggantikan posisinya sebagai ayah yang menjaga, melindungi, membahagiakan, dan menafkahi?. Lalu kemudian engkau sebagai ayah akhirnya sakit karena menahan sakit sang putri yang tak rela ia lepas pada seorang yang tidak pandai memahami sebuah kondisi?. Ya.. cobalah rasakan apa yang ku rasa ketika ujian itu terjadi. Semoga Allah membuka hatimu. Semoga Allah menghapus amarah, benci, dan sakit hati yang masih tersisa dengan rindu, cinta dan kasih mendalam karena Allah. semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu. Aamiin..
Tuesday, September 21, 2010
“Maka Nikmat Tuhan kamu Manakah yang kamu Dustakan?”.
Alhamdulillah wa syukurillah, bersyukur padaMu ya Allah..
Kau jadikan, kami saudara.. indah dalam kebersamaan
(Opick – Alhamdulillah)
Teruntuk: Sahabat-sahabatku di Bahumas DPW PKS Sumsel dan generasi penerus risalah.
Alhamdulillah.. rasa syukur dan pekik takbir sepertinya tidak cukup untuk membalas segala kenikmatan yang pernah Allah berikan kepada saya karena saya pernah mengecap bagaimana rasanya menjadi “siswa” di BAHUMAS DPW PKS (Badan Humas Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera) Sumatera Selatan meski hanya seumur jagung. Saya menyebut diri saya siswa karena bagi saya saat bergabung di sebuah organisasi dan diamanahi sebuah tugas, saya mengondisikan diri seperti siswa yang sedang belajar disana. Pertimbangannya adalah ilmu dan pengalaman apa yang bisa saya peroleh dari sana dengan tetap memberikan kontribusi terbaik yang bisa saya lakukan semampu saya.
Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang semuanya memberi manfaat serta kebaikan bagi saya pribadi sejak awal bergabung di BAHUMAS meski dalam menjalankan amanah tersebut dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan, terkadang saya masih belum bisa mempersembahkan yang terbaik. Tapi, Subhanallah.. bagi saya, bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel merupakan berkah yang tiada terkira karena begitu banyak kebaikan yang saya peroleh dari sana. Pengalaman yang menambah wawasan, kemampuan berorganisasi dan keilmuan, mengasah kemampuan menulis terutama menulis berita, mengenal elemen-elemen dakwah yang lebih luas melalui kepartaian, mengenal begitu besarnya arti perjuangan dan pengorbanan di jalan dakwah terutama rekan ikhwah yang bekerja di DPW (saya menyaksikan sendiri ada rekan ikhwah yang pergi pagi pulang pagi lagi ketika menjalankan amanah di DPW sehingga DPW ibarat rumah kedua bagi mereka bahkan sampai ada yang jatuh pingsan atau sakit dalam menjalankan amanah lantaran tidak ingin meninggalkan amanah yang belum selesai), dan masih banyak lagi hal positif lainnya yang saya peroleh saat bergabung di BAHUMAS. Namun yang paling utama di balik itu semua satu hal yang sangat saya syukuri hingga saat ini adalah mendapat teman-teman yang baik dan tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata, karena walau pun sudah lama saya mengundurkan diri dari Bahumas, hampir semua rekan Bahumas tetap menjaga silaturrahim. Bahkan jika saya pulang ke Palembang, (setelah keluar dari Bahumas saya langsung hijrah ke Jakarta dan bekerja disana), rekan-rekan Bahumas selalu mengadakan silaturrahim dan mengajak semua anggota Bahumas baik yang lama maupun baru. Bagi saya mereka semua adalah inspirator-inspirator muda yang rela mengemban tugas tanpa pamrih, tanpa imbalan harta mau pun jasa, bahkan terkadang merekalah yang berkorban, harta, tenaga, fikiran, dan waktu mereka untuk dakwah ini. Mereka semua adalah rekan-rekan yang pernah bergabung di BAHUMAS dan mereka adalah saudara-saudara terbaik yang pernah saya miliki.
Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang BAHUMAS, karena umur saya di BAHUMAS sendiri hanya sebentar. Bergabungnya saya di BAHUMAS, mungkin lebih tepat karena ketidaksengajaan. Ya.. waktu itu Desember 2006, Etha (Elitha Aprilucilla), salah satu rekan se-DPC dengan saya (DPC Kemuning), memperkenalkan saya dengan Ari Oktarudi ketika DPRa PKS Sekip Jaya mengadakan raker di Ruang Fraksi PKS Gedung DPRD Prop. Sumsel. Kebetulan kita bertiga sama-sama satu DPC. Saat itu seingat saya (maaf ya kalau ingatan saya salah, maklum.. udah banyak lupa, hehe..) Etha mengatakan kepada Ari, “ini mbak Fithri yang Etha ceritain itu kak”. Cerita punya cerita ternyata saya mau direkrut untuk kegiatan PKS Expo Januari 2007 yang selanjutnya akan diamanahi sebagai staff BAHUMAS DPW PKS Sumsel. Kemudian setelah pertemuan Desember 2006 itu, kami bertemu kembali di kegiatan PKS Muharram Expo Januari 2007. Saat itu saya tidak begitu “ngeh” dengan amanah-amanah di acara PKS Expo, yang saya tahu tugas saya dari nametake kepanitiaan yang diberikan kepada saya tertulis nama dan bidang yang saya pegang, yaitu divisi media yang kemudian berlanjut membantu tim media membuat berita terkait kegiatan PKS Muharram Expo selama kurang lebih satu minggu kemudian meng-upload berita tersebut ke website PKS Sumsel. Bergantian saya, Etha, Ari, Almu, Kiki, Qory yang saat itu bergabung di kepanitiaan menjaga posko/stan DPW PKS Sumsel. Begitulah sekelumit sejarah awal bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel.
Saat itu saya juga diperkenalkan dengan Kak Irwan. Jujur, pada awalnya saya tidak tahu Kak Irwan itu jabatannya apa di struktur partai dan di kepanitiaan PKS Expo. Yang saya tahu cuma, beliau dan istrinya punya stan sendiri di depan GOR Palembang tempat diadakannya acara PKS Expo dan berjualan macam-macam barang mulai dari baju, perlengkapan RT, atribut-atribut partai, dll karena Etha sering mengajak saya mampir kesana untuk sekedar melihat-lihat atau melaporkan hasil kerja kita kepada Kak Irwan. Saat itu saya sekedar mereka-reka saja, sepertinya nih orang atasan kita-kita yang jadi panitia dan jagain stan DPW PKS. Laah.. gimana bisa tahu?, wong kenalnya aja baru di acara PKS Expo 2007 tersebut (maklum.. Kak Irwan ga ngetop kali untuk urusan penokohan, beliau sepertinya bekerja di belakang panggung, upz.. ‘afwan jiddan kak.. this is a joke, jangan kesungging yah.. hehe). Kesan pertama kenal Kak Irwan, nih kakak kayaknya jaim banget. Klo ketemu ga ada remeh-temehnya tuh. Eeeh.. teryata setelah saya bergabung di Bahumas dan sering mampir ke DPW, pemikiran saya tentang Kak Irwan berubah karena ternyata Kak Irwan tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Beliau sama seperti ikhwah Bahumas yang lain, baik dan ramah.
Kesan pertama bergabung di DPW, rada-rada menakutkan. Ada rasa sungkan dan ga PD, terus terang saja, sedikit minder. DPW boo’..!, sarangnya para petinggi partai. Orang-orang yang berkecimpung didalamnya pastilah orang-orang pilihan. Dalam gambaran saya waktu itu, pastilah orang-orang yang bekerja di DPW itu sholih/sholihah, cerdas, wawasannya luas, kalangan murobbi/murobbiyah, pinter bersosialisasi (secara.. mau memasarkan partai, klo ga pinter-pinter bersosialisasi dengan berbagai kalangan, gimana dakwah partai bisa diterima masyarakat..?), pengalaman organisasinya pasti banyak dan keren-keren, sedangkan saya... seorang Fithri Ariani, yang termasuk aktivis kelas teri. Malah saya merasa bukan aktivis, saya cuma numpang menuntut ilmu di liqo-liqo pekanan di gerbong panjang Tarbiyah. Sangat beruntung bila saya cukup disebut sebagai penggembira saja di ranah dakwah. Makanya, meski sudah dihubungi Etha dan Ari sejak lepas dari kepanitiaan PKS Expo Januari 2007, saya masih merasa sungkan datang ke DPW, maluu.. Alhasil saya baru datang ke DPW sekitar bulan April. Tiga bulan setelah PKS Expo 2007. Tapi saya punya alasan syar’i, saat itu saya sedang mengejar deadline menyelesaikan skripsi dan wisuda. Alhamdulillaah.. memang akhirnya, saya diwisuda ketika sedang aktif-aktifnya di BAHUMAS. Ini salah satu berkah bergabungnya saya di BAHUMAS, wisuda. Laah.. apa hubungannya..?!.
Awal bergabung di Bahumas, kita hanya berlima, Ari, Almu, Etha, saya, dan Nelen di bawah pengawasan Kak Irwan. Ari membawahi divisi website, Almu membawahi divisi media dengan Etha dan saya sebagai stafnya, sedangkan Nelen membawahi divisi pindat (pengarsipan data). Seingat saya (maaf lagi ya.. klo ingatan saya salah, coz banyak lupanya dari pada ingatnya), dulu namanya bukan Bahumas, melainkan Tim Media. Saat itu sekitar awal sampai pertengahan 2007, ruang lingkup kerja Bahumas tidak sebanyak tahun 2008/2009 ketika agenda PEMILU semakin padat. Sederhana saja, pengarsipan data (mengumpulkan info-info yang berkaitan dengan PKS dari media masa kemudian mengarsipkannya dalam satu file khusus), meliput berita kegiatan PKS, menulis berita kegiatan PKS dan meng-up-load-nya ke website PKS, menjaga pencitraan PKS melalui media masa dan internet (website PKS Sumsel), menyiapkan buletin bulanan Info PKS, menjadi panitia di kegiatan-kegiatan partai, dan mengawasi website PKS. Cukup simpel dan bisa kami kerjakan berlima. Kemudian ketika kegiatan Pemilu semakin padat menuntut untuk pengembangan bidang sehingga ditambahlah beberapa divisi dan anggota lagi. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Bahumas yang mendekati perfect.
Bulan Agustus direncanakan akan dibuat struktur baku Bahumas yang ditetapkan dengan SK DPW. Saat itu, Kak Saiful Fadli (klo yang ini saya tidak asing lagi, karena dulu saya sempat bergabung di KAMMI waktu jaman masih aktif-aktifnya di kampus. Beliau sering diundang mengisi materi) tiba-tiba nongol menjadi Ketua Bahumas, Kak Irwan malah sekretarisnya. Saya ga begitu mengerti gimana sejarahnya. Yang pasti sebagai staf, kita harus sami’na wa ‘atho’na saja karena pastilah orang-orang atas sudah mempertimbangkannya. Belakangan, baru saya mengerti mengapa Kak Saiful yang menjadi Ketua Bahumas. Bulan September, Nelen mulai sibuk dengan skripsinya dan kemudian mengundurkan diri. Bulan Oktober 2007 bergabung kembali Kiki dan Qory, adik-adik yang pernah menjadi panitia di PKS Muharram Expo 2007. Kiki menggantikan Nelen di pindat, sedangkan Qory menjadi bendahara Bahumas. Floren (Yeyen 1), sahabat Etha juga turut direkrut membantu kami di divisi media karena saat itu peran divisi media cukup banyak terutama dalam menyusun buletin bulanan INFO PKS. Kemudian bulan Novembernya kita kedatangan tamu istimewa yang bergabung, seorang akhwat yang punya banyak skill, cantik, sholihah, dan cerdas, Hernita Sari. Beliau inilah yang kita (saya dan Etha) harapkan (secara diam-diam) untuk melanjutkan tonggak perjuangan di Bahumas karena setelah lulus kuliah tuntutan orang tua kami untuk bekerja sangat tinggi menuntut kami pula untuk mulai berfikir mencari penerus (jangan marah ya dek Niiit.. ^^v). Bulan Desember bergabung Reni Triasari dan Evie Susanti yang memegang divisi Kasrat (Kajian Strategis). Bulan Januari bergabung lagi Kak Anton DC yang mengetuai divisi Pindat bersama Kiki sebagai stafnya.
Berhubung saya di tim media, saya ngertinya ya tim ini. Ngertinya cuma sedikit pula. Maklum, Belum berpengalaman, hehe.. Waktu itu sekitar bulan Juli 2007 kita tim media ditinggalkan rapat bertiga. Almu, Etha, dan saya. Seperti biasa, Etha dan saya sibuk menggunting artikel-artikel yang ada PKSnya di koran-koran. Sambil ngobrol-ngobrol, Almu bertanya kira-kira nama buletinnya apa dan pake slogan yang menarik. Almu menjelaskan beberapa nama alternatif, saat itu seingat saya dari hasil diskusi dengan Kak Irwan ada beberapa nama yang diajukan diantaranya INFO Keadilan dan INFO PKS. Kita tinggal memilih salah satu diantaranya. Saat itu disepakati nama buletinnya INFO PKS, namun slogannya belum ada. Tanpa sadar saya nyeletuk pelan, “INFO PKS, Semakin dekat, Semakin Merakyat”. Etha ternyata mendengar suara saya dan memperbaiki slogannya menjadi Makin Dekat Makin Merakyat. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya slogan itu dipakai untuk buletin INFO PKS yang terbit setiap bulan waktu jaman Pemilu.
Banyak sekali kenangan-kenangan indah selama bergabung di Bahumas yang tak bisa saya tuliskan satu per satu disini dari yang aneh, lucu, miris, dan lain-lain tapi bolehlah saya bagi sedikit. Diantaranya, Etha pernah nangis gara-gara mencari-cari nasi bungkus untuk buka puasa simpatisan yang sudah capek-capek datang tapi tidak kebagian pada kegiatan Deklarasi dukungan pada Syahrial Oesman. Padahal waktu itu kita melihat nasi bungkus masih ada satu kotak besar disimpan oleh salah satu koordinator panitia. Kita hanya meminta beberapa bungkus saja untuk simpatisan, tapi tidak diberi. Saya kesal sekali sama orang itu, mana pake ngomong agak keras ke kita, “ini nasi khusus untuk panitia”. Akhirnya saya cuma bisa berusaha menenangkan Etha yang sudah berlinangan air mata, “mbaak.. kito tuh Cuma nak ngasih mereka yang la capek-capek datang, kasihaan mbak.. mada’i minta berapo bungkus bae lagi dak boleh, padahal tanpa mereka apolah arti gawe kito”, ujar Etha saat itu.
Lain lagi ceritanya dengan Ari, klo yang ini rada-rada nganeh tapi lucu, lumayan buat hiburan kita-kita, hehe. Ketika saya dan Etha sedang asyik menggunting artikel dari koran, tiba-tiba dia mengeluarkan penggaris panjang. Di Humas perlengkapan ATKnya lengkap. Ada sebuah penggaris stainless stell berukuran 100 cm yang sering kita gunakan. Kalo ada yang hilang, paling Reni Amatullah (staf keuangan DPW) samo KakCek yang diteriaki Ari. Saat itu Ari dalam posisi berdiri disamping meja, lalu mengeluarkan penggaris tersebut dan mengangkatnya ke atas bergaya mirip tokoh kartun yang tidak saya kenal, kata Etha namanya Himmura. “Chiaaat.. chiaaat..”, ujar Ari menirukan gaya seorang pemain samurai. Heheh.. nganeh budak sikok ini. Selain itu, Ari juga pernah pingsan atau mimisan yah, lupa.. di DPW saking kecapean ngerjain sejibun amanah. Pernah juga luka tangannya kena cutter. Satu lagi.. miris, ceritanya Nit, Ari hampir di D.O gara-gara skripsinya terbengkalai demi ngurusi dakwah. Ckck.. Tapi Alhamdulillah akhirnya skripsi Ari kelar dan hebatnya lagi, dia yang jadi pelopor pertama “pecah telok” di Bahumas alias nikah duluan dan diwisuda setelah menikah. Cie.. cie.. yang foto wisudanya sudah gaet istri.. cuiit.. cuiit.. saluth to Ari d^_^b
Almu, tak banyak hal aneh yang terekam dari ingatan saya tentang Almu. Anaknya pendiam Tapi ternyata ga jauh beda sama kita-kita anak humas yang laen. Ga terlalu banyak cincong dan pemurah, karena paling sering mentraktir kita-kita, heheh. Semoga rezekinya makin banyak dan berkah yaa.. aamiin.
Qory dan Kiki, ibarat kakak dan adek. Kompak banget, “mbak, kami ni samo-samo wong minang”, ujar mereka. Hal yang lucu dari mereka yaitu kadang-kadang ikhwah humas sering salah manggil dan manggilnya kebalik-balik. Manggil Kiki Qory, manggil Qory Kiki. Kiki ini anaknya masih imuuuuuut banget, tapi semangatnya jangan ditanya. Satu hal lagi, manjanyoooooo... minta ampun, tapi dia jadi adik kesayangan kita-kita dan sering jadi objek penderita karena sering dijahili kakak-mbaknya di humas. hihihi. Maafkan kami ya dek... ^^v.
Floren, tak banyak yang saya simpan tentang Floren karena kami bekerja sama di bahumas cuma sebentar. Tapi kepiawaiannya dalam menulis patut diperhitungkan. Saya terkagum-kagum dengan salah satu tulisannya tentang tausiyah Ust. Mahfudz Siddiq ketika acara dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi di Novotel Palembang.
Reni dan Kak Anton masuk diwaktu yang hampir bersamaan. Kami bertemu di kepanitiaan Pelikan dan Konsolidasi Aleg se-Sumsel di hotel Sandjaja. Reni, sudah tidak asing bagi saya karena kita sering ketemu di aksi-aksi KAMMI. Biasanya saya liat Reni itu klo aksi di luar barisan, maklum.. dia anak KAMDA yang mengkoordinir komisariat kampus klo aksi. Selain itu juga, yang sangat terekam dalam ingatan saya tapi Reni sepertinya sudah lupa, kita pernah sholat berimaman berdua ketika kegiatan AB 2 KAMMI di Mata Merah. Kak Anton, kenalnya cuma sebentar, tapi belakangan beliau ini yang sering mengkoordinir anak-anak Humas klo mau ngadain silaturrahim. Kato dek Kiki, Kak Anton tuh Kepala Pecongnyo Bahumas. Kita juga sering membahas tulisan karena beliau ini bekerja sebagai tim media di DSIM, salah satu badan amil zakat independent di Palembang. Sampai sekarang, klo saya nulis sering minta editin sama beliau ini nih, gara-gara beliau sendiri yang menawarkan diri untuk mengedit tulisan-tulisan saya yang amburadul asal nulis, hehe. Beliau juga pernah memasukan salah satu tulisan saya tentang kenangan hidup selama tinggal di Belitung di majalah DSIM. Saya ga pernah kefikiran untuk memasukan, mengirim, atau mengikuti lomba menulis karena bagi saya menulis itu adalah ketika saya sudah tidak bisa mengekspresikan diri atau berbicara lagi saking kelunya lidah ini tentang suatu hal yang saya alami sehingga cukuplah saya tulis saja. Ya.. bagi saya menulis itu ya menulis saja, tulis apa yang ada dalam hati dan fikiran. Tapi kok ada ya, yang mau memasukan tulisan saya ke majalah?, batin saya bertanya saat itu. Padahal tulisan-tulisan saya kan jelek. Anyway.. Syukron ya bro.. sudah berbaik hati mau membantu ngeditin tulisan-tulisan amburadulku
Salah satu pengorbanan rekan Bahumas adalah banyak diantara kami yang telat lulus kuliah. Saya sendiri menyadari ada penyesalan dalam diri, mengapa tidak dari dulu saya fokus menyelesaikan skripsi padahal setelah saya jalani dengan sangat fokus dan tidak bermalas-malasan, skripsi saya selesai dalam waktu tiga bulan saja. Jikalau saya tahu cukup tiga bulan saja merampungkan skripsi, pastilah saya sudah fokus mengerjakannya sejak semester sembilan dan tak perlu diwisuda di semester 12. Qqq.. sebenarnya malu saya menyebut hal ini. Maaf.. bukan karena ingin menyalahkan sejibun amanah yang kami pegang, tapi karena kami sendirilah yang kurang pandai me-manage diri. Mohon maaf ya semuanya klo ada yang kesungging. Buat yang belum lulus, jangan sia-siakan waktumu kawan. Selesaikanlah skripsimu seoptimal mungkin. Jangan sampai amanah dakwah menjadi alasan kita telat lulus kuliah. Intinya hanya satu kata, Fokus. Tidak apa-apa melepas sebagian amanah dan mentransfernya sementara waktu ke yang lain agar bisa fokus menyelesaikan skripsi. Nanti klo sudah selesai kan bisa balik lagi ke amanah sebelumnya.
Banyak nama-nama yang tidak bisa saya jabarkan disini, diantaranya Ade Andriyani yang pernah bergabung di tim website, Didit, Yeyen Santi, Rahmat Adinugroho, Ayat Sudrajat, Teddy, dan mungkin nama-nama lain yang pernah bergabung di Bahumas setelah saya keluar. Diantara nama-nama tersebut pun cuma Ade, Didit dan Yeyen yang saya tahu.
Banyak sekali kegiatan Bahumas yang berkesan bagi saya sehingga tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Yang saya ingat diawali dari kepanitiaan PKS Muharram Expo 2007, kemudian deklarasi dukungan kepada Syahrial Oesman untuk menjadi Gubernur Sumsel 2008 – 2013, Tausiyah Ramadhan Ust. Hidayat Nur Wahid, Pelatihan Kehumasan dan Konsolidasi Aleg PKS Sumatera Selatan, dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi, dan lain sebagainya. Untung saya sudah banyak lupa. Kalau ngga, bakalan tambah panjang ini tulisan dan sponsor ngomel di belakang, “udah ngumpulnyo telat, tulisannyo panjang pulo”, hehe.. ’afwaan deek.. be-kidding bae..
Februari 2008 saya mengundurkan diri dari Bahumas. Sedih sekali rasanya, karena sudah banyak sekali pelajaran yang saya peroleh selama bergabung disana. Sebenarnya saya masih merasa kurang, namun saat itu saya tidak punya pilihan lain karena tuntutan orang tua untuk bekerja sangat tinggi sekali selain itu juga karena dari lamaran kerja yang saya kirimkan, lebih banyak dipanggil di luar Palembang dari pada di Palembang sendiri. Tapi saya tetap berhusnudzhon, insyaAllah dakwah bisa dilakukan dimana saja.
Kalaulah mau saya ceritakan semua kenangan saya di BAHUMAS, pastilah tidak cukup lembar kertasnya, karena saya sudah dipeseni sponsor “mbaak.. nulisnyo jangan panjang-panjang”, hehe.. (sumputaan, gek dikejer Indah). Cuma ada beberapa pengalaman berkesan yang saya dapat selama bergabung di Bahumas yaitu mewawancarai beberapa tokoh partai dari tingkat Propinsi Sumsel sendiri sampai tingkat nasional. Diantaranya pernah membuat artikel wawancara dan biografi singkat Ust. Iqbal Romzi (ketua MPW PKS Sumsel), menulis wawancara dengan Ust. Mustafa Kamal, Ust. Imam Mansur yang saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Syuro PKS Sumsel, membuat artikel ramadhan dan tausiyah Ust. Hidayat Nur Wahid, dan menulis banyak artikel terkait kegiatan-kegiatan PKS. Hal ini sangat saya syukuri dan menjadi pengalaman yang membahagiakan manakala saya bisa menuliskan sebuah tulisan yang bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang serta membawa kebaikan bagi mereka. Banyak diantara tulisan-tulisan saya tersebut masuk ke beberapa website PKS dari website PKS Pusat hingga tingkat propinsi selain Sumatera Selatan.
Satu hal lagi yang berkesan dari Bahumas adalah kerja tim yang solid dalam setiap event kegiatan yang kita ikuti. Rekan-rekan Bahumas bekerja dengan sangat rapi dan kompak meskipun kami sadari masih banyak kekurangan disana-sini, tapi minimal kami sudah berusaha memberikan yang terbaik. Ya nggak guys...?. Ya Allah.. semoga apa yang pernah kami lakukan di Bahumas bernilai ibadah disisi-Mu dan menjadi pahala pemberat amal kebaikan kami di akhirat kelak. Aamin Ya Allaah..
Kawan.. bersama kita mengukir bait sejarah di mimbar perjuangan. Merenda hari demi hari dalam dekap erat ukhuwah. Lembar demi lembarnya kita tulis bersama, dengan tinta mahabbatullah dan pengorbanan.
Kawan.. Jalinan ukhuwah kita tidaklah sama dengan persahabatan yang kita kenal umumnya, karena aqidahlah yang mempersatukan hati-hati kita, kesamaan visi, misi, fikroh tentang dakwah dan risalah Rosulullah.
Kawan.. berbilang waktu telah berlalu, dan kita menulisnya bersama dalam sebuah buku perjuangan. Bagiku, masing-masing kita adalah permata, adalah nash yang berselimutkan cahaya, adalah jiwa-jiwa muda dengan semangat menggelora, adalah inspirator-inspirator yang kan terus menggoreskan pena di tangan-tangan pembelajar sejati....
Kawan.. banyak waktu kita lalui dengan tema, konsep, dan kerja. Ada yang mengenal pergi pagi, pulang menjelang pagi lagi ketika jelang pilkada. Ada yang rangkap-rangkap amanah, ada yang telat lulus kuliah, ada yang pingsan karena mengejar target menyelesaikan amanah dakwah, ada yang renggang hubungan dengan orang tuanya karena setelah lulus lebih memilih dakwah dari pada mencari kerja sesuai latar belakang akademisnya. Beragam kisah tentang para Aktivis Dakwah. Ku rekam baik-baik dalam memori. Hari demi hari, kita kian mengenal. Semua meninggalkan kesan.
Kita.. mengukir sejarah dalam mimbar harokah, kita.. melukis indah warna-warni dakwah. Kita dan cerita tentang ukhuwah, perjuangan, pengorbanan, dan kepribadian. Kita.. brtemu dan berpisah karena Allah. Ada cerita tentang aku dan Bahumas, dan kita bersama saat dulu kala. Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka, saat kita tertawa.. (Semua Tentang Kita, sing peter Pan Song).
Setiap perjuangan menuntut pengorbanan. “It such beautiful ways”, semua harus dipahami sebagai realitas dakwah. Realitas yang mendorong para penyeru kebenaran untuk bangkit dan berbuat melakukan perbaikan di setiap lini kehidupan. Semoga kita bisa merealisasikannya. Aamiin Ya Robbal’aalamiin.. Terakhir, mohon maaf lahir dan bathin jika dari tulisan ini ada yang kurang berkenan, mumpung masih lebaran.. Taqobbalallahu minna waminkum, Taqobbal ya Kariim.. ^_^
Kau jadikan, kami saudara.. indah dalam kebersamaan
(Opick – Alhamdulillah)
Teruntuk: Sahabat-sahabatku di Bahumas DPW PKS Sumsel dan generasi penerus risalah.
Alhamdulillah.. rasa syukur dan pekik takbir sepertinya tidak cukup untuk membalas segala kenikmatan yang pernah Allah berikan kepada saya karena saya pernah mengecap bagaimana rasanya menjadi “siswa” di BAHUMAS DPW PKS (Badan Humas Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera) Sumatera Selatan meski hanya seumur jagung. Saya menyebut diri saya siswa karena bagi saya saat bergabung di sebuah organisasi dan diamanahi sebuah tugas, saya mengondisikan diri seperti siswa yang sedang belajar disana. Pertimbangannya adalah ilmu dan pengalaman apa yang bisa saya peroleh dari sana dengan tetap memberikan kontribusi terbaik yang bisa saya lakukan semampu saya.
Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang semuanya memberi manfaat serta kebaikan bagi saya pribadi sejak awal bergabung di BAHUMAS meski dalam menjalankan amanah tersebut dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan, terkadang saya masih belum bisa mempersembahkan yang terbaik. Tapi, Subhanallah.. bagi saya, bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel merupakan berkah yang tiada terkira karena begitu banyak kebaikan yang saya peroleh dari sana. Pengalaman yang menambah wawasan, kemampuan berorganisasi dan keilmuan, mengasah kemampuan menulis terutama menulis berita, mengenal elemen-elemen dakwah yang lebih luas melalui kepartaian, mengenal begitu besarnya arti perjuangan dan pengorbanan di jalan dakwah terutama rekan ikhwah yang bekerja di DPW (saya menyaksikan sendiri ada rekan ikhwah yang pergi pagi pulang pagi lagi ketika menjalankan amanah di DPW sehingga DPW ibarat rumah kedua bagi mereka bahkan sampai ada yang jatuh pingsan atau sakit dalam menjalankan amanah lantaran tidak ingin meninggalkan amanah yang belum selesai), dan masih banyak lagi hal positif lainnya yang saya peroleh saat bergabung di BAHUMAS. Namun yang paling utama di balik itu semua satu hal yang sangat saya syukuri hingga saat ini adalah mendapat teman-teman yang baik dan tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata, karena walau pun sudah lama saya mengundurkan diri dari Bahumas, hampir semua rekan Bahumas tetap menjaga silaturrahim. Bahkan jika saya pulang ke Palembang, (setelah keluar dari Bahumas saya langsung hijrah ke Jakarta dan bekerja disana), rekan-rekan Bahumas selalu mengadakan silaturrahim dan mengajak semua anggota Bahumas baik yang lama maupun baru. Bagi saya mereka semua adalah inspirator-inspirator muda yang rela mengemban tugas tanpa pamrih, tanpa imbalan harta mau pun jasa, bahkan terkadang merekalah yang berkorban, harta, tenaga, fikiran, dan waktu mereka untuk dakwah ini. Mereka semua adalah rekan-rekan yang pernah bergabung di BAHUMAS dan mereka adalah saudara-saudara terbaik yang pernah saya miliki.
Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang BAHUMAS, karena umur saya di BAHUMAS sendiri hanya sebentar. Bergabungnya saya di BAHUMAS, mungkin lebih tepat karena ketidaksengajaan. Ya.. waktu itu Desember 2006, Etha (Elitha Aprilucilla), salah satu rekan se-DPC dengan saya (DPC Kemuning), memperkenalkan saya dengan Ari Oktarudi ketika DPRa PKS Sekip Jaya mengadakan raker di Ruang Fraksi PKS Gedung DPRD Prop. Sumsel. Kebetulan kita bertiga sama-sama satu DPC. Saat itu seingat saya (maaf ya kalau ingatan saya salah, maklum.. udah banyak lupa, hehe..) Etha mengatakan kepada Ari, “ini mbak Fithri yang Etha ceritain itu kak”. Cerita punya cerita ternyata saya mau direkrut untuk kegiatan PKS Expo Januari 2007 yang selanjutnya akan diamanahi sebagai staff BAHUMAS DPW PKS Sumsel. Kemudian setelah pertemuan Desember 2006 itu, kami bertemu kembali di kegiatan PKS Muharram Expo Januari 2007. Saat itu saya tidak begitu “ngeh” dengan amanah-amanah di acara PKS Expo, yang saya tahu tugas saya dari nametake kepanitiaan yang diberikan kepada saya tertulis nama dan bidang yang saya pegang, yaitu divisi media yang kemudian berlanjut membantu tim media membuat berita terkait kegiatan PKS Muharram Expo selama kurang lebih satu minggu kemudian meng-upload berita tersebut ke website PKS Sumsel. Bergantian saya, Etha, Ari, Almu, Kiki, Qory yang saat itu bergabung di kepanitiaan menjaga posko/stan DPW PKS Sumsel. Begitulah sekelumit sejarah awal bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel.
Saat itu saya juga diperkenalkan dengan Kak Irwan. Jujur, pada awalnya saya tidak tahu Kak Irwan itu jabatannya apa di struktur partai dan di kepanitiaan PKS Expo. Yang saya tahu cuma, beliau dan istrinya punya stan sendiri di depan GOR Palembang tempat diadakannya acara PKS Expo dan berjualan macam-macam barang mulai dari baju, perlengkapan RT, atribut-atribut partai, dll karena Etha sering mengajak saya mampir kesana untuk sekedar melihat-lihat atau melaporkan hasil kerja kita kepada Kak Irwan. Saat itu saya sekedar mereka-reka saja, sepertinya nih orang atasan kita-kita yang jadi panitia dan jagain stan DPW PKS. Laah.. gimana bisa tahu?, wong kenalnya aja baru di acara PKS Expo 2007 tersebut (maklum.. Kak Irwan ga ngetop kali untuk urusan penokohan, beliau sepertinya bekerja di belakang panggung, upz.. ‘afwan jiddan kak.. this is a joke, jangan kesungging yah.. hehe). Kesan pertama kenal Kak Irwan, nih kakak kayaknya jaim banget. Klo ketemu ga ada remeh-temehnya tuh. Eeeh.. teryata setelah saya bergabung di Bahumas dan sering mampir ke DPW, pemikiran saya tentang Kak Irwan berubah karena ternyata Kak Irwan tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Beliau sama seperti ikhwah Bahumas yang lain, baik dan ramah.
Kesan pertama bergabung di DPW, rada-rada menakutkan. Ada rasa sungkan dan ga PD, terus terang saja, sedikit minder. DPW boo’..!, sarangnya para petinggi partai. Orang-orang yang berkecimpung didalamnya pastilah orang-orang pilihan. Dalam gambaran saya waktu itu, pastilah orang-orang yang bekerja di DPW itu sholih/sholihah, cerdas, wawasannya luas, kalangan murobbi/murobbiyah, pinter bersosialisasi (secara.. mau memasarkan partai, klo ga pinter-pinter bersosialisasi dengan berbagai kalangan, gimana dakwah partai bisa diterima masyarakat..?), pengalaman organisasinya pasti banyak dan keren-keren, sedangkan saya... seorang Fithri Ariani, yang termasuk aktivis kelas teri. Malah saya merasa bukan aktivis, saya cuma numpang menuntut ilmu di liqo-liqo pekanan di gerbong panjang Tarbiyah. Sangat beruntung bila saya cukup disebut sebagai penggembira saja di ranah dakwah. Makanya, meski sudah dihubungi Etha dan Ari sejak lepas dari kepanitiaan PKS Expo Januari 2007, saya masih merasa sungkan datang ke DPW, maluu.. Alhasil saya baru datang ke DPW sekitar bulan April. Tiga bulan setelah PKS Expo 2007. Tapi saya punya alasan syar’i, saat itu saya sedang mengejar deadline menyelesaikan skripsi dan wisuda. Alhamdulillaah.. memang akhirnya, saya diwisuda ketika sedang aktif-aktifnya di BAHUMAS. Ini salah satu berkah bergabungnya saya di BAHUMAS, wisuda. Laah.. apa hubungannya..?!.
Awal bergabung di Bahumas, kita hanya berlima, Ari, Almu, Etha, saya, dan Nelen di bawah pengawasan Kak Irwan. Ari membawahi divisi website, Almu membawahi divisi media dengan Etha dan saya sebagai stafnya, sedangkan Nelen membawahi divisi pindat (pengarsipan data). Seingat saya (maaf lagi ya.. klo ingatan saya salah, coz banyak lupanya dari pada ingatnya), dulu namanya bukan Bahumas, melainkan Tim Media. Saat itu sekitar awal sampai pertengahan 2007, ruang lingkup kerja Bahumas tidak sebanyak tahun 2008/2009 ketika agenda PEMILU semakin padat. Sederhana saja, pengarsipan data (mengumpulkan info-info yang berkaitan dengan PKS dari media masa kemudian mengarsipkannya dalam satu file khusus), meliput berita kegiatan PKS, menulis berita kegiatan PKS dan meng-up-load-nya ke website PKS, menjaga pencitraan PKS melalui media masa dan internet (website PKS Sumsel), menyiapkan buletin bulanan Info PKS, menjadi panitia di kegiatan-kegiatan partai, dan mengawasi website PKS. Cukup simpel dan bisa kami kerjakan berlima. Kemudian ketika kegiatan Pemilu semakin padat menuntut untuk pengembangan bidang sehingga ditambahlah beberapa divisi dan anggota lagi. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Bahumas yang mendekati perfect.
Bulan Agustus direncanakan akan dibuat struktur baku Bahumas yang ditetapkan dengan SK DPW. Saat itu, Kak Saiful Fadli (klo yang ini saya tidak asing lagi, karena dulu saya sempat bergabung di KAMMI waktu jaman masih aktif-aktifnya di kampus. Beliau sering diundang mengisi materi) tiba-tiba nongol menjadi Ketua Bahumas, Kak Irwan malah sekretarisnya. Saya ga begitu mengerti gimana sejarahnya. Yang pasti sebagai staf, kita harus sami’na wa ‘atho’na saja karena pastilah orang-orang atas sudah mempertimbangkannya. Belakangan, baru saya mengerti mengapa Kak Saiful yang menjadi Ketua Bahumas. Bulan September, Nelen mulai sibuk dengan skripsinya dan kemudian mengundurkan diri. Bulan Oktober 2007 bergabung kembali Kiki dan Qory, adik-adik yang pernah menjadi panitia di PKS Muharram Expo 2007. Kiki menggantikan Nelen di pindat, sedangkan Qory menjadi bendahara Bahumas. Floren (Yeyen 1), sahabat Etha juga turut direkrut membantu kami di divisi media karena saat itu peran divisi media cukup banyak terutama dalam menyusun buletin bulanan INFO PKS. Kemudian bulan Novembernya kita kedatangan tamu istimewa yang bergabung, seorang akhwat yang punya banyak skill, cantik, sholihah, dan cerdas, Hernita Sari. Beliau inilah yang kita (saya dan Etha) harapkan (secara diam-diam) untuk melanjutkan tonggak perjuangan di Bahumas karena setelah lulus kuliah tuntutan orang tua kami untuk bekerja sangat tinggi menuntut kami pula untuk mulai berfikir mencari penerus (jangan marah ya dek Niiit.. ^^v). Bulan Desember bergabung Reni Triasari dan Evie Susanti yang memegang divisi Kasrat (Kajian Strategis). Bulan Januari bergabung lagi Kak Anton DC yang mengetuai divisi Pindat bersama Kiki sebagai stafnya.
Berhubung saya di tim media, saya ngertinya ya tim ini. Ngertinya cuma sedikit pula. Maklum, Belum berpengalaman, hehe.. Waktu itu sekitar bulan Juli 2007 kita tim media ditinggalkan rapat bertiga. Almu, Etha, dan saya. Seperti biasa, Etha dan saya sibuk menggunting artikel-artikel yang ada PKSnya di koran-koran. Sambil ngobrol-ngobrol, Almu bertanya kira-kira nama buletinnya apa dan pake slogan yang menarik. Almu menjelaskan beberapa nama alternatif, saat itu seingat saya dari hasil diskusi dengan Kak Irwan ada beberapa nama yang diajukan diantaranya INFO Keadilan dan INFO PKS. Kita tinggal memilih salah satu diantaranya. Saat itu disepakati nama buletinnya INFO PKS, namun slogannya belum ada. Tanpa sadar saya nyeletuk pelan, “INFO PKS, Semakin dekat, Semakin Merakyat”. Etha ternyata mendengar suara saya dan memperbaiki slogannya menjadi Makin Dekat Makin Merakyat. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya slogan itu dipakai untuk buletin INFO PKS yang terbit setiap bulan waktu jaman Pemilu.
Banyak sekali kenangan-kenangan indah selama bergabung di Bahumas yang tak bisa saya tuliskan satu per satu disini dari yang aneh, lucu, miris, dan lain-lain tapi bolehlah saya bagi sedikit. Diantaranya, Etha pernah nangis gara-gara mencari-cari nasi bungkus untuk buka puasa simpatisan yang sudah capek-capek datang tapi tidak kebagian pada kegiatan Deklarasi dukungan pada Syahrial Oesman. Padahal waktu itu kita melihat nasi bungkus masih ada satu kotak besar disimpan oleh salah satu koordinator panitia. Kita hanya meminta beberapa bungkus saja untuk simpatisan, tapi tidak diberi. Saya kesal sekali sama orang itu, mana pake ngomong agak keras ke kita, “ini nasi khusus untuk panitia”. Akhirnya saya cuma bisa berusaha menenangkan Etha yang sudah berlinangan air mata, “mbaak.. kito tuh Cuma nak ngasih mereka yang la capek-capek datang, kasihaan mbak.. mada’i minta berapo bungkus bae lagi dak boleh, padahal tanpa mereka apolah arti gawe kito”, ujar Etha saat itu.
Lain lagi ceritanya dengan Ari, klo yang ini rada-rada nganeh tapi lucu, lumayan buat hiburan kita-kita, hehe. Ketika saya dan Etha sedang asyik menggunting artikel dari koran, tiba-tiba dia mengeluarkan penggaris panjang. Di Humas perlengkapan ATKnya lengkap. Ada sebuah penggaris stainless stell berukuran 100 cm yang sering kita gunakan. Kalo ada yang hilang, paling Reni Amatullah (staf keuangan DPW) samo KakCek yang diteriaki Ari. Saat itu Ari dalam posisi berdiri disamping meja, lalu mengeluarkan penggaris tersebut dan mengangkatnya ke atas bergaya mirip tokoh kartun yang tidak saya kenal, kata Etha namanya Himmura. “Chiaaat.. chiaaat..”, ujar Ari menirukan gaya seorang pemain samurai. Heheh.. nganeh budak sikok ini. Selain itu, Ari juga pernah pingsan atau mimisan yah, lupa.. di DPW saking kecapean ngerjain sejibun amanah. Pernah juga luka tangannya kena cutter. Satu lagi.. miris, ceritanya Nit, Ari hampir di D.O gara-gara skripsinya terbengkalai demi ngurusi dakwah. Ckck.. Tapi Alhamdulillah akhirnya skripsi Ari kelar dan hebatnya lagi, dia yang jadi pelopor pertama “pecah telok” di Bahumas alias nikah duluan dan diwisuda setelah menikah. Cie.. cie.. yang foto wisudanya sudah gaet istri.. cuiit.. cuiit.. saluth to Ari d^_^b
Almu, tak banyak hal aneh yang terekam dari ingatan saya tentang Almu. Anaknya pendiam Tapi ternyata ga jauh beda sama kita-kita anak humas yang laen. Ga terlalu banyak cincong dan pemurah, karena paling sering mentraktir kita-kita, heheh. Semoga rezekinya makin banyak dan berkah yaa.. aamiin.
Qory dan Kiki, ibarat kakak dan adek. Kompak banget, “mbak, kami ni samo-samo wong minang”, ujar mereka. Hal yang lucu dari mereka yaitu kadang-kadang ikhwah humas sering salah manggil dan manggilnya kebalik-balik. Manggil Kiki Qory, manggil Qory Kiki. Kiki ini anaknya masih imuuuuuut banget, tapi semangatnya jangan ditanya. Satu hal lagi, manjanyoooooo... minta ampun, tapi dia jadi adik kesayangan kita-kita dan sering jadi objek penderita karena sering dijahili kakak-mbaknya di humas. hihihi. Maafkan kami ya dek... ^^v.
Floren, tak banyak yang saya simpan tentang Floren karena kami bekerja sama di bahumas cuma sebentar. Tapi kepiawaiannya dalam menulis patut diperhitungkan. Saya terkagum-kagum dengan salah satu tulisannya tentang tausiyah Ust. Mahfudz Siddiq ketika acara dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi di Novotel Palembang.
Reni dan Kak Anton masuk diwaktu yang hampir bersamaan. Kami bertemu di kepanitiaan Pelikan dan Konsolidasi Aleg se-Sumsel di hotel Sandjaja. Reni, sudah tidak asing bagi saya karena kita sering ketemu di aksi-aksi KAMMI. Biasanya saya liat Reni itu klo aksi di luar barisan, maklum.. dia anak KAMDA yang mengkoordinir komisariat kampus klo aksi. Selain itu juga, yang sangat terekam dalam ingatan saya tapi Reni sepertinya sudah lupa, kita pernah sholat berimaman berdua ketika kegiatan AB 2 KAMMI di Mata Merah. Kak Anton, kenalnya cuma sebentar, tapi belakangan beliau ini yang sering mengkoordinir anak-anak Humas klo mau ngadain silaturrahim. Kato dek Kiki, Kak Anton tuh Kepala Pecongnyo Bahumas. Kita juga sering membahas tulisan karena beliau ini bekerja sebagai tim media di DSIM, salah satu badan amil zakat independent di Palembang. Sampai sekarang, klo saya nulis sering minta editin sama beliau ini nih, gara-gara beliau sendiri yang menawarkan diri untuk mengedit tulisan-tulisan saya yang amburadul asal nulis, hehe. Beliau juga pernah memasukan salah satu tulisan saya tentang kenangan hidup selama tinggal di Belitung di majalah DSIM. Saya ga pernah kefikiran untuk memasukan, mengirim, atau mengikuti lomba menulis karena bagi saya menulis itu adalah ketika saya sudah tidak bisa mengekspresikan diri atau berbicara lagi saking kelunya lidah ini tentang suatu hal yang saya alami sehingga cukuplah saya tulis saja. Ya.. bagi saya menulis itu ya menulis saja, tulis apa yang ada dalam hati dan fikiran. Tapi kok ada ya, yang mau memasukan tulisan saya ke majalah?, batin saya bertanya saat itu. Padahal tulisan-tulisan saya kan jelek. Anyway.. Syukron ya bro.. sudah berbaik hati mau membantu ngeditin tulisan-tulisan amburadulku
Salah satu pengorbanan rekan Bahumas adalah banyak diantara kami yang telat lulus kuliah. Saya sendiri menyadari ada penyesalan dalam diri, mengapa tidak dari dulu saya fokus menyelesaikan skripsi padahal setelah saya jalani dengan sangat fokus dan tidak bermalas-malasan, skripsi saya selesai dalam waktu tiga bulan saja. Jikalau saya tahu cukup tiga bulan saja merampungkan skripsi, pastilah saya sudah fokus mengerjakannya sejak semester sembilan dan tak perlu diwisuda di semester 12. Qqq.. sebenarnya malu saya menyebut hal ini. Maaf.. bukan karena ingin menyalahkan sejibun amanah yang kami pegang, tapi karena kami sendirilah yang kurang pandai me-manage diri. Mohon maaf ya semuanya klo ada yang kesungging. Buat yang belum lulus, jangan sia-siakan waktumu kawan. Selesaikanlah skripsimu seoptimal mungkin. Jangan sampai amanah dakwah menjadi alasan kita telat lulus kuliah. Intinya hanya satu kata, Fokus. Tidak apa-apa melepas sebagian amanah dan mentransfernya sementara waktu ke yang lain agar bisa fokus menyelesaikan skripsi. Nanti klo sudah selesai kan bisa balik lagi ke amanah sebelumnya.
Banyak nama-nama yang tidak bisa saya jabarkan disini, diantaranya Ade Andriyani yang pernah bergabung di tim website, Didit, Yeyen Santi, Rahmat Adinugroho, Ayat Sudrajat, Teddy, dan mungkin nama-nama lain yang pernah bergabung di Bahumas setelah saya keluar. Diantara nama-nama tersebut pun cuma Ade, Didit dan Yeyen yang saya tahu.
Banyak sekali kegiatan Bahumas yang berkesan bagi saya sehingga tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Yang saya ingat diawali dari kepanitiaan PKS Muharram Expo 2007, kemudian deklarasi dukungan kepada Syahrial Oesman untuk menjadi Gubernur Sumsel 2008 – 2013, Tausiyah Ramadhan Ust. Hidayat Nur Wahid, Pelatihan Kehumasan dan Konsolidasi Aleg PKS Sumatera Selatan, dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi, dan lain sebagainya. Untung saya sudah banyak lupa. Kalau ngga, bakalan tambah panjang ini tulisan dan sponsor ngomel di belakang, “udah ngumpulnyo telat, tulisannyo panjang pulo”, hehe.. ’afwaan deek.. be-kidding bae..
Februari 2008 saya mengundurkan diri dari Bahumas. Sedih sekali rasanya, karena sudah banyak sekali pelajaran yang saya peroleh selama bergabung disana. Sebenarnya saya masih merasa kurang, namun saat itu saya tidak punya pilihan lain karena tuntutan orang tua untuk bekerja sangat tinggi sekali selain itu juga karena dari lamaran kerja yang saya kirimkan, lebih banyak dipanggil di luar Palembang dari pada di Palembang sendiri. Tapi saya tetap berhusnudzhon, insyaAllah dakwah bisa dilakukan dimana saja.
Kalaulah mau saya ceritakan semua kenangan saya di BAHUMAS, pastilah tidak cukup lembar kertasnya, karena saya sudah dipeseni sponsor “mbaak.. nulisnyo jangan panjang-panjang”, hehe.. (sumputaan, gek dikejer Indah). Cuma ada beberapa pengalaman berkesan yang saya dapat selama bergabung di Bahumas yaitu mewawancarai beberapa tokoh partai dari tingkat Propinsi Sumsel sendiri sampai tingkat nasional. Diantaranya pernah membuat artikel wawancara dan biografi singkat Ust. Iqbal Romzi (ketua MPW PKS Sumsel), menulis wawancara dengan Ust. Mustafa Kamal, Ust. Imam Mansur yang saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Syuro PKS Sumsel, membuat artikel ramadhan dan tausiyah Ust. Hidayat Nur Wahid, dan menulis banyak artikel terkait kegiatan-kegiatan PKS. Hal ini sangat saya syukuri dan menjadi pengalaman yang membahagiakan manakala saya bisa menuliskan sebuah tulisan yang bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang serta membawa kebaikan bagi mereka. Banyak diantara tulisan-tulisan saya tersebut masuk ke beberapa website PKS dari website PKS Pusat hingga tingkat propinsi selain Sumatera Selatan.
Satu hal lagi yang berkesan dari Bahumas adalah kerja tim yang solid dalam setiap event kegiatan yang kita ikuti. Rekan-rekan Bahumas bekerja dengan sangat rapi dan kompak meskipun kami sadari masih banyak kekurangan disana-sini, tapi minimal kami sudah berusaha memberikan yang terbaik. Ya nggak guys...?. Ya Allah.. semoga apa yang pernah kami lakukan di Bahumas bernilai ibadah disisi-Mu dan menjadi pahala pemberat amal kebaikan kami di akhirat kelak. Aamin Ya Allaah..
Kawan.. bersama kita mengukir bait sejarah di mimbar perjuangan. Merenda hari demi hari dalam dekap erat ukhuwah. Lembar demi lembarnya kita tulis bersama, dengan tinta mahabbatullah dan pengorbanan.
Kawan.. Jalinan ukhuwah kita tidaklah sama dengan persahabatan yang kita kenal umumnya, karena aqidahlah yang mempersatukan hati-hati kita, kesamaan visi, misi, fikroh tentang dakwah dan risalah Rosulullah.
Kawan.. berbilang waktu telah berlalu, dan kita menulisnya bersama dalam sebuah buku perjuangan. Bagiku, masing-masing kita adalah permata, adalah nash yang berselimutkan cahaya, adalah jiwa-jiwa muda dengan semangat menggelora, adalah inspirator-inspirator yang kan terus menggoreskan pena di tangan-tangan pembelajar sejati....
Kawan.. banyak waktu kita lalui dengan tema, konsep, dan kerja. Ada yang mengenal pergi pagi, pulang menjelang pagi lagi ketika jelang pilkada. Ada yang rangkap-rangkap amanah, ada yang telat lulus kuliah, ada yang pingsan karena mengejar target menyelesaikan amanah dakwah, ada yang renggang hubungan dengan orang tuanya karena setelah lulus lebih memilih dakwah dari pada mencari kerja sesuai latar belakang akademisnya. Beragam kisah tentang para Aktivis Dakwah. Ku rekam baik-baik dalam memori. Hari demi hari, kita kian mengenal. Semua meninggalkan kesan.
Kita.. mengukir sejarah dalam mimbar harokah, kita.. melukis indah warna-warni dakwah. Kita dan cerita tentang ukhuwah, perjuangan, pengorbanan, dan kepribadian. Kita.. brtemu dan berpisah karena Allah. Ada cerita tentang aku dan Bahumas, dan kita bersama saat dulu kala. Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka, saat kita tertawa.. (Semua Tentang Kita, sing peter Pan Song).
Setiap perjuangan menuntut pengorbanan. “It such beautiful ways”, semua harus dipahami sebagai realitas dakwah. Realitas yang mendorong para penyeru kebenaran untuk bangkit dan berbuat melakukan perbaikan di setiap lini kehidupan. Semoga kita bisa merealisasikannya. Aamiin Ya Robbal’aalamiin.. Terakhir, mohon maaf lahir dan bathin jika dari tulisan ini ada yang kurang berkenan, mumpung masih lebaran.. Taqobbalallahu minna waminkum, Taqobbal ya Kariim.. ^_^
Wednesday, September 15, 2010
Hikmah 3
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika perhatian memberikan pemahaman mendalam tentang sang kekasih, maka penumbuhan berarti melakukan tindakan-tindakan nyata untuk m
Selengkapnya Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.
dapatkan ilmunya sebelum hari itu tiba
Selengkapnya Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.
dapatkan ilmunya sebelum hari itu tiba
Monday, August 30, 2010
Kutu On Line
Kita mungkin sudah terbiasa mendengar kata "kutu". Ya, kutu adalah salah satu jenis hewan yang berbentuk kecil dan termasuk jenis serangga, entah itu serangga air atau pun serangga yang hidup di darat. Menurut sumber yang saya baca melalui salah satu situs yang menyediakan beragam informasi, (ga papalah saya co-pastein disini, minimal untuk mengulang sedikit pelajaran biologi di masa sekolah dulu, hehe..) dalam arti lebih sempit kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Berikut adalah beberapa kelompok hewan yang memakai nama kutu:
* kutu air (anggota Crustacea)
* kutu beras, hama pada biji-bijian yang disimpan
* tuma/kutu kepala/rambut
* kutu kucing, parasit pada kucing
* kutu anjing, parasit pada anjing
* kutu burung, parasit pada burung/unggas
* kutu daun, hama tumbuhan
* kutu perisai, hama tumbuhan
* kutu putih, hama tumbuhan
* kutu bubuk, hama kayu
* kutu buku (pemakan buku)
* kutu loncat.
(sumber: wikipedia.org)
Sebagian dari kita menganggap kutu adalah binatang yang menjijikan. Sebagian lagi beranggapan bahwa kutu adalah hewan parasit atau hama yang merugikan. Tidak jarang para petani mengalami kerugian gara-gara ulah si kutu karena kutu-kutu ini memakan buah, bunga, batang, dan daun tanaman. Bagi manusia sendiri, kutu hidup sebagai parasit yang merugikan, menghisap darah, dan menimbulkan penyakit. Yang paling heboh kalau ketemu kutu biasanya ya anak-anak, ada yang suka pada beberapa jenis kutu tertentu dan malah asyik memainkannya, kepik (termasuk jenis kutu) misalnya. Dulu murid laki-laki saya di Sekolah lama suka sekali mencari hewan kepik dan memainkannya. Namun, ada juga yang takut dan geli melihat hewan satu ini. Saya sendiri, sangat suka menggambar kepik. Yang paling mudah terdeteksi dalam keseharian kita adalah rasa gatal pada kulit jika terkena serangan kutu. Tapi ternyata tidak semua kutu merugikan loh. Ada juga kutu yang membantu proses penyerbukan tanaman meski jumlahnya amat sedikit alias lebih banyak merugikan.
Nah, kali ini kita bukan akan membahas hewan kutu itu sendiri melainkan istilah-istilah yang menggunakan kata kutu. Yup!, kata kutu ini sudah mengalami perluasan makna. Di kehidupan keseharian kita, istilah kutu biasanya diidentikan dengan orang-orang yang keranjingan atau kecanduan sesuatu. Memang tidak sedikit istilah-istilah yang kita kenal menggunakan kata kutu. Dari yang berkonotasi positif sampe yang negatif. Kalau istilah kutu buku (istilah untuk orang yang gemar membaca buku) mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Atau (maaf) kutu kupret misalnya, (istilah lain untuk orang yang mau bilang "Sialan lo!"). Nah, kalau istilah kutu kupret ini pertama kali saya dengar dari rekan kerja di Pulau Jawa dulu, karena seingat saya di Palembang ga ada yang suka bilang kutu kupret, hehe. Sekarang saya menemukan istilah baru dengan menggunakan kata kutu akibat hasil pengamatan saya di lingkungan sekitar. Bisa ngga ya, istilah ini saya patenkan sebagai hasil temuan saya sebelum nanti di patenkan negeri tetangga?!, hihihi..
Kutu On line
Salah satu istilah untuk orang yang keranjingan on line. Hidupnya bagaikan lirik lagu Saykoji, on line 24 jam nonstop. Paling tidak, hal ini memang sudah membumi. Saat ini On line adalah hal yang biasa. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, ada sebagian dari manusia jaman sekarang yang tidak bisa lepas dari on line. Apa lagi kalangan mahasiswa. Coba deh baca lirik berikut ini. "Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk on line on line on line on line, jari dan keyboard beradu pasang earphone dengar lagu aku on line online on line on line. Tidur telat bangun pagi pagi nyalain komputer online lagi, bukan mau ngetik kerjaan e-mail tugas diserahkan, tapi malah buka facebook padahal face masih ngantuk, beler kayak orang mabuk, pala naik turun ngangguk-ngangguk sambil ngedownload empitri, colok i pod usb kiri ngecekin postingan forum apa ada balesannye?, biar belum sikat gigi belum mandi tapi kalo belum on line paling anti liat friendster, myspace, youtube me and him, everybody you too".
Keturunan Kutu On Line
Nah, kutu online ini juga bekembang biak. Dia punya banyak anak, diantaranya Kutu Facebook, Kutu Plurk, Kutu Twitter, Kutu Friendster, Kutu Youtobe, Kutu Games, Kutu Chatting (kembarannya Kutu YM, Kutu MIRC, etc), ada lagi yang mau menambahkan?.
Istilah diatas adalah istilah-istilah untuk orang-orang yang keranjingan FB, plurk, twitter, friendster, Youtobe, Games, YM, MIRc, dan sebagainya. Kalau ada yang mau bikin lirik lagu, saya rekomendasikan lirik berikut ini, silahkan diedit, "Saban hari kerjaannya ga jauh-jauh dari on line, tiap menit ganti status, ada yang koment, koment balik, hati sueneng bukan maen, pas gebetan ikut-ikut koment. Ada yang nyari uang, nyari pacar, nyari jodoh, nyari popularitas, sampe nyari mangsa.. hiii.. suereem ya.."
Ngeri juga ya, kalau dah keranjingan on line. Ibarat kecanduan morfin, ekstasi, dan obat-obatan terlarang lainnya. Memang, kemajuan teknologi itu ibarat pisau. Jika diasah, akan semakin tajam. Jika tidak, ya menumpul. Tergantung kitanya, mau mengasahnya kepada hal yang positif, atau sebaliknya, mengasahnya untuk hal yang negatif.
Seperti kita tahu, pisau jika diasah dan digunakan sebagaimana fungsinya maka akan sangat berguna, untuk memotong bumbu dapur, buah-buahan, kue, daging, dan sebagainya misalnya. Sebaliknya, jika diasah untuk menyakiti atau bahkan membunuh orang lain, maka ia pun akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Seperti pelaku kriminal yang saban hari mengisi line berita-berita kriminal negeri ini. Begitu juga media on line. Jika dipergunakan sesuai fungsinya dan diarahkan kepada hal yang positif, maka kita pun akan memperoleh banyak manfaatnya. Seperti kita tahu, banyak orang yang mendapatkan penghasilan dari berbisnis on line, on line yang halal tentunya. Kalau tidak benar-benar bisa menggunakannya dengan baik, bisa terjerumus ke hal-hal yang negatif karena banyak sekali pengaruh negatif dari media internet/teknologi ini jika tidak benar-benar bisa memanage diri dalam menggunakannya.
Terakhir, jangan sampai media on line (internet) ini membuat kita lalai dari mengingat Allah. Gara-gara online jadi melalaikan sholat atau bahkan jadi lupa sholat, misalnya. Waah.. bahaya banget tuh.
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله
“Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
* kutu air (anggota Crustacea)
* kutu beras, hama pada biji-bijian yang disimpan
* tuma/kutu kepala/rambut
* kutu kucing, parasit pada kucing
* kutu anjing, parasit pada anjing
* kutu burung, parasit pada burung/unggas
* kutu daun, hama tumbuhan
* kutu perisai, hama tumbuhan
* kutu putih, hama tumbuhan
* kutu bubuk, hama kayu
* kutu buku (pemakan buku)
* kutu loncat.
(sumber: wikipedia.org)
Sebagian dari kita menganggap kutu adalah binatang yang menjijikan. Sebagian lagi beranggapan bahwa kutu adalah hewan parasit atau hama yang merugikan. Tidak jarang para petani mengalami kerugian gara-gara ulah si kutu karena kutu-kutu ini memakan buah, bunga, batang, dan daun tanaman. Bagi manusia sendiri, kutu hidup sebagai parasit yang merugikan, menghisap darah, dan menimbulkan penyakit. Yang paling heboh kalau ketemu kutu biasanya ya anak-anak, ada yang suka pada beberapa jenis kutu tertentu dan malah asyik memainkannya, kepik (termasuk jenis kutu) misalnya. Dulu murid laki-laki saya di Sekolah lama suka sekali mencari hewan kepik dan memainkannya. Namun, ada juga yang takut dan geli melihat hewan satu ini. Saya sendiri, sangat suka menggambar kepik. Yang paling mudah terdeteksi dalam keseharian kita adalah rasa gatal pada kulit jika terkena serangan kutu. Tapi ternyata tidak semua kutu merugikan loh. Ada juga kutu yang membantu proses penyerbukan tanaman meski jumlahnya amat sedikit alias lebih banyak merugikan.
Nah, kali ini kita bukan akan membahas hewan kutu itu sendiri melainkan istilah-istilah yang menggunakan kata kutu. Yup!, kata kutu ini sudah mengalami perluasan makna. Di kehidupan keseharian kita, istilah kutu biasanya diidentikan dengan orang-orang yang keranjingan atau kecanduan sesuatu. Memang tidak sedikit istilah-istilah yang kita kenal menggunakan kata kutu. Dari yang berkonotasi positif sampe yang negatif. Kalau istilah kutu buku (istilah untuk orang yang gemar membaca buku) mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Atau (maaf) kutu kupret misalnya, (istilah lain untuk orang yang mau bilang "Sialan lo!"). Nah, kalau istilah kutu kupret ini pertama kali saya dengar dari rekan kerja di Pulau Jawa dulu, karena seingat saya di Palembang ga ada yang suka bilang kutu kupret, hehe. Sekarang saya menemukan istilah baru dengan menggunakan kata kutu akibat hasil pengamatan saya di lingkungan sekitar. Bisa ngga ya, istilah ini saya patenkan sebagai hasil temuan saya sebelum nanti di patenkan negeri tetangga?!, hihihi..
Kutu On line
Salah satu istilah untuk orang yang keranjingan on line. Hidupnya bagaikan lirik lagu Saykoji, on line 24 jam nonstop. Paling tidak, hal ini memang sudah membumi. Saat ini On line adalah hal yang biasa. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, ada sebagian dari manusia jaman sekarang yang tidak bisa lepas dari on line. Apa lagi kalangan mahasiswa. Coba deh baca lirik berikut ini. "Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk on line on line on line on line, jari dan keyboard beradu pasang earphone dengar lagu aku on line online on line on line. Tidur telat bangun pagi pagi nyalain komputer online lagi, bukan mau ngetik kerjaan e-mail tugas diserahkan, tapi malah buka facebook padahal face masih ngantuk, beler kayak orang mabuk, pala naik turun ngangguk-ngangguk sambil ngedownload empitri, colok i pod usb kiri ngecekin postingan forum apa ada balesannye?, biar belum sikat gigi belum mandi tapi kalo belum on line paling anti liat friendster, myspace, youtube me and him, everybody you too".
Keturunan Kutu On Line
Nah, kutu online ini juga bekembang biak. Dia punya banyak anak, diantaranya Kutu Facebook, Kutu Plurk, Kutu Twitter, Kutu Friendster, Kutu Youtobe, Kutu Games, Kutu Chatting (kembarannya Kutu YM, Kutu MIRC, etc), ada lagi yang mau menambahkan?.
Istilah diatas adalah istilah-istilah untuk orang-orang yang keranjingan FB, plurk, twitter, friendster, Youtobe, Games, YM, MIRc, dan sebagainya. Kalau ada yang mau bikin lirik lagu, saya rekomendasikan lirik berikut ini, silahkan diedit, "Saban hari kerjaannya ga jauh-jauh dari on line, tiap menit ganti status, ada yang koment, koment balik, hati sueneng bukan maen, pas gebetan ikut-ikut koment. Ada yang nyari uang, nyari pacar, nyari jodoh, nyari popularitas, sampe nyari mangsa.. hiii.. suereem ya.."
Ngeri juga ya, kalau dah keranjingan on line. Ibarat kecanduan morfin, ekstasi, dan obat-obatan terlarang lainnya. Memang, kemajuan teknologi itu ibarat pisau. Jika diasah, akan semakin tajam. Jika tidak, ya menumpul. Tergantung kitanya, mau mengasahnya kepada hal yang positif, atau sebaliknya, mengasahnya untuk hal yang negatif.
Seperti kita tahu, pisau jika diasah dan digunakan sebagaimana fungsinya maka akan sangat berguna, untuk memotong bumbu dapur, buah-buahan, kue, daging, dan sebagainya misalnya. Sebaliknya, jika diasah untuk menyakiti atau bahkan membunuh orang lain, maka ia pun akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Seperti pelaku kriminal yang saban hari mengisi line berita-berita kriminal negeri ini. Begitu juga media on line. Jika dipergunakan sesuai fungsinya dan diarahkan kepada hal yang positif, maka kita pun akan memperoleh banyak manfaatnya. Seperti kita tahu, banyak orang yang mendapatkan penghasilan dari berbisnis on line, on line yang halal tentunya. Kalau tidak benar-benar bisa menggunakannya dengan baik, bisa terjerumus ke hal-hal yang negatif karena banyak sekali pengaruh negatif dari media internet/teknologi ini jika tidak benar-benar bisa memanage diri dalam menggunakannya.
Terakhir, jangan sampai media on line (internet) ini membuat kita lalai dari mengingat Allah. Gara-gara online jadi melalaikan sholat atau bahkan jadi lupa sholat, misalnya. Waah.. bahaya banget tuh.
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله
“Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
Tuesday, August 17, 2010
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
by Fithri Ariani on Tuesday, August 17, 2010 at 3:51am
Terkadang, saya suka senyum sendiri melihat kondisi bangsa ini. Tentu saja senyum saya senyum sejuta makna (jiaaah..). Senyum itu menyimpan pesannya sendiri. Ada setumpuk rasa jauh di dasar hati. Miris, lucu, bercampur dengan kekecewaan, sedikit kekesalan, kebingungan, ditambah sebuncah harapan. Itulah makna senyum saya.
Bondan, "Ya Sudahlah.."
Melihat kondisi bangsa ini, terus terang saya sedih. Namun kesedihan yang saya rasakan bukanlah beban yang harus dikeluhkan terus menerus. Karena tentunya mengeluh tidak akan ada gunanya, tak menyelesaikan masalah bahkan terkadang makin memperunyam masalah. Contohnya, ketika kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir oleh pihak kepolisian yang agak kurang manusiawi, saya dan Papa sempet "ribut-ribut kecil" hanya karena Papa kecewa dengan pemerintahan President SBY yang notabene terpilih lagi karena dukungan Partai yang saya ikuti. "Ini karena partainya kamu milih SBY lagi, kalau ngga kan ga ada yang namanya rekayasa ancaman tembakan ke SBY itu, kasihan itu Ust. Ba'asyir. Udah tua, difitnah, bulan puasa ditangkep dengan cara tidak manusiawi lagi", ujar Papa waktu itu. Bukan itu saja, Papa sempat mengkritik para pejabat dari Partai yang saya ikuti. "Giliran udah terpilih jadi pejabat, hilang suaranya". Saya sampe istighfar mendengar kalimat demi kalimat kekecewaan yang mengalir dari lisan Papa. Astaghfirullah.. Saya coba jelaskan sedikit kerja-kerja yang telah ikhwah lakukan di parlement dan pemerintahan, tapi percuma saja. Yang namanya orang lagi marah bin kesal, ya.. agak susah diajak bicara. Dari pada ribut-ribut ga jelas juntrungannya, akhirnya saya mengalah saja, hitung-hitung menghindari dosa dan mengalahkan syetan yang mungkin waktu itu sudah naik tanduknya memanas-manasi keadaan. Pas sekarang kita juga lagi puasa. Ya sudahlah.. *Bondan Mode on*.
Fia, SBY, dan Gedung MPR/DPR
Kemarin saya menonton berita di TV. Sekelompok mahasiswa yang diwakili oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI berdemo di depan gedung MPR/DPR ketika President SBY membacakan Pidato pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI. Fia, nama mahasiswa tersebut menampilkan pemandangan yang cukup dramatis, dihiasi pemandangan lain disekelilingnya, segerombol polisi yang sibuk membujuknya dan mahasiswa lain untuk membubarkan diri. Ia bersikeras ingin tetap duduk di jalan dan menyampaikan aspirasinya. "Saya cuma ingin menyampaikan aspirasi saya kepada pemerintah, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan rakyat, biaya pendidikan semakin mahal, etc..". Begitu kurang lebih kalimat yang ia sampaikan. Yang lebih dramatis lagi ketika Polwan membujuknya untuk pindah dari posisi duduknya yang mengganggu lalu lintas. Saat itu ia berkata pada ibu-ibu Polwan yang membujuknya, "Seharusnya anda mendukung saya, saya menyampaikan aspirasi untuk anda juga, apa gaji anda cukup untuk kebutuhan sebulan?". Begitu kurang lebih ia menyampaikan aspirasinya dilanjutkan dengan adegan tangis sembari berpindah duduk ke pinggir jalan. Kemudian Ia menyemangati teman-temannya yang lain agar tetap bersemangat menyampaikan aspirasi mereka. Saya acungkan jempol untukmu Fia, Lanjutkan perjuanganmu. Tapi lain kali jangan tanggung-tanggung, buat atraksi yang lebih menarik di tengah jalan atau naik ke atap gedung MPR/DPR, kaya artis senior Pong Hardjatmo. *Ups, maaf-maaf.. jangan diambil hati ya.. saya cuma bercanda*.
Bagaimana dengan Pidato Pak SBY di dalam gedung MPR/DPR sendiri?. "Bagaikan melayang di atas langit", begitu kata salah satu nara sumber yang diwawancarai salah satu TV Nasional di negeri ini. Banyak kalangan yang kecewa dengan pidato SBY itu, termasuk saya. Karena kondisi di lapangan tidaklah sama dengan gambaran isi pidato yang Presiden sampaikan. Padahal sebenarnya jikalau President mau mengungkap sedikit permasalahan rakyat sesuai realitanya pada pidatonya dan memberikan gambaran solutif, pasti akan lebih berkelas dan menaikan pamornya kembali. *Sayang sekali pak, pidato anda kurang membumi.*
Teroris Baru!. Tabung-tabung yang Malang
Di tengah kondisi carut-marutnya bangsa ini, rakyat kecil semakin melarat. Harga sembako naik, pengangguran dimana-mana, angka kriminalitas terus bertambah, sedangkan kesejahteraan bagai partikel-partikel yang mengawang tinggi yang tak jua mampu diraih. Yang kaya tambah kaya, yang kaya jatuh miskin, sedangkan yang miskin jarang ada yang tambah kaya. Ada istilah baru yang kian ngetrend belakangan ini. Teroris model baru, yaitu tabung gas LPG yang sering meledak sampai memakan korban jiwa. Sekedar guyon ringan, mengutip pidatonya Megawati, "Pas udah meledak, baru sosialisasi cara pemasangan gas LPG, gimana sih?". Tentu saja omongan bu Mega ini ada benarnya, walau pun kadang pidato-pidatonya lucu menurut saya. Kemudian bagaimana rakyat kecil menanggapinya, "Mendingan pake minyak tanah dari pada harus jadi korban". Kata anak gaul di ibukota, "Hari gene.. masih pake minyak tanaah?!". Bagai kembali ke masa purba. *Lebay*. Hm.. PR lagi, ada yang mau ngasih solusi? P E R T A M I N AAA.. Selamat bekerja!!!.
Fenomena Keong Racun dan Ariel-Luna-Cut Tari
Terus terang, terkadang saya juga meringis melihat kondisi generasi muda bangsa saat ini. Narkoba, dugem, miras, free sex, senioritas, gaya hidup kebarat-baratan, konsumeris, dan rentetan pergaulan bebas lainnya. Beginilah gambaran global kondisi generasi muda bangsa kita. Sepertinya, ga keren kalau ga dugem, ga gaul kalau ga mengikuti gaya hidup barat, ga dewasa kalau ga pacaran, dan sederet kata ga' inilah - ga' itulah lainnya. Ditambah lagi dengan sinetron-sinetron yang kurang mendidik, menambah sederet contoh-contoh tidak baik yang menggambarkan moralitas bangsa.
Mungkin kalau membaca tulisan sebelumnya tentang Fia dan BEM UI sebagian kita akan merasa bangga menjadi generasi muda bangsa karena masih ada generasi muda yang berani menampilkan sesuatu yang berbeda dan mewakili rakyat. Sebagian lagi mungkin acuh tak acuh, sedangkan sisanya mungkin malah benci dengan aktifis mahasiswa. Keong Racun, ibarat gambaran kondisi generasi muda saat ini. Coba simak sendiri liriknya yang agak glamour dan kurang mendidik, menurut saya. Bukan hanya Keong Racun, hampir semua lagu dewasa, entah itu beraliran pop, rock, slow, jazz, sampe dangdut yang muatannya kebanyakan tentang cinta muda-mudi, patah hati, dan lagu-lagu yang menggambarkan keputusasaan lainnya, kebanyakan tidak mendidik dan malah melalaikan generasi muda. Tapi tidak semuanya loh!, sekali lagi saya sampaikan tidak semuanya.
Lain lagi dengan salah satu program Televisi Nasional Jhon Pantau. Mereka (kru Jhon Pantau) mengemas kritik mendidik dalam bentuk yang lebih elegan. Minggu ke dua bulan Agustus, acara ini mengangkat tema lagu-lagu yang memberikan pengaruh (entah itu positif atau malah negatif) yang sedang in di masyarakat. Keong Racun salah satunya. Saking nge-boomingnya lagu ini, tidak sedikit anak-anak yang notabene masih di bawah umur ikut menyukai dan menyanyikan lagu ini. Kalau sekarang mah, bukan cuma lagu Keong Racun aja yang suka dinyanyikan anak-anak. Lagu-lagu dewasa lainnya juga yang sedang populer sering dinyanyikan anak-anak Indonesia. Lagu-lagu dewasa lebih populer di telinga anak-anak Indonesia jaman sekarang ketimbang lagu-lagu anak-anaknya sendiri. Padahal belum tentu anak-anak itu mengerti apa yang mereka nyanyikan. "Laah.. kok bisa begitu ya..?!", ya.. karena pemberitaannya yang gencar dan tenggelamnya lagu anak-anak. *Berenang kemana ya lagu anak-anak sampai hanyut dan hilang?*. Sekarang timbul pertanyaan, Bagaimana dengan efek negatif lagu-lagu tersebut bagi anak-anak?. Ya jelas ada. Anak-anak kehilangan masa kanak-kanaknya karena terlalu sering mengkonsumsi informasi yang bukan untuk usianya atau lagu-lagu dewasa. Secara tidak langsung mereka dipaksa untuk lebih cepat matang/dewasa dibandingkan umurnya. Akibatnya, mereka terbiasa membahasakan jiwa mereka (emosi mereka) dengan gaya orang dewasa. Ujung-ujungnya mirip-mirip sinetron. Berteman milih-milih yang keren, gaul, tajir, etc. Lalu lahirlah anak-anak yang matang sebelum waktunya alias pubertas dini.
Lain lagi cerita yang satu ini, sebenarnya agak jijik saya mengangkat tema mereka. Para artis yang ditonton, dilihat, dibanggakan, bahkan mungkin dicontoh oleh segelintir generasi muda karena karya-karyanya yang dinilai bagus.Tergelincir dalam lubang kelam yang mengerikan. hii.. Na'udzubillah.. Pemberitaannya menghebohkan bangsa ini, saking hebohnya kasus-kasus lainnya seperti Skandal Century, Rekening Gendut Kepolisian, dan kasus-kasus lainnya bagaikan turut tenggelam seperti lagu anak-anak tadi. *Air mengalir sampai jaauuh.. akhirnya ke lauut*. Ngga nyambung mode on, silahkan artikan sendiri supaya nyambung.
Ribut-ribut Penangkapan Tiga Anggota DKP
Ini salah satu cerita heboh di jelang hari kemerdekaan kita. Tak perlu saya jelaskan jalan ceritanya karena pihak Indonesia baru akan membentuk tim Independen untuk menyelidiki kasus ini. Tapi, dari gambaran umum pemberitaan yang ada, jelas-jelas nelayan Malay itu melanggar batas teritorial. Memang masalah batas teritorial perairan Indonesia - Malaysia ini adalah masalah classic. Pemerintah seharusnya segera mengambil tindakkan tegas kepada Malaysia dan bekerja keras guna memperjelas batas teritorial perairan Indonesia ini agar masalah serupa tidak terulang kembali. Entah sudah berapa kali masalah serupa terjadi, mulai dari yang sederhana sampai lepasnya satu per satu pulau-pulau di Indonesia yang diclaim bangsa Malay sebagai bagian negaranya. Lucu!. Anehnya, dalam wawancara yang saya lihat di TV, dua nelayan yang diwawancarai itu mengaku alat dektektor (entah seperti apa bentuknya) disadap anggota DKP sehingga mereka ibarat dijebak di perairan Indonesia yang saat itu menurut mereka dektektor mereka menunjukkan bahwa mereka berada di perairan Malaysia. Tuduhan yang sadis. Sudah!, saya tidak mau pajang lebar membicarakan si "Malay" ini. Takutnya isi tulisan saya berubah menjadi kecaman, cacian, dan perkataan-perkataan jelek lainnya menyangkut Malay. Bangsa kita sudah banyak disakiti Malay. Kasus demi kasus bergulir terus, mulai dari permasalahan TKI, klaim terhadap hasil bumi dan kebudayaan Indonesia yang diakui mereka sebagai milik mereka, dan lain sebagainya. Intinya, Bangsa Indonesia harus membela kedaulatannya dan membawa permasalahan ini benar-benar ke jalur hukum, menurut saya. Karena memang sudah jelas Malay telah menginjak harkat martabat Bangsa Indonesia dengan penangkapan tiga orang anggota DKP dengan cara "kurang" manusiawi. *Tembak-tembak ga jelas, kayak baru belajar nembak. Cak ketako'an.*
Cerita "Lucu" Tentang Ikan
Satu lagi, sebenarnya ini hanya guyonan saya saja karena hal ini cukup menggelitik benak saya. Persengketaan masalah batas teritorial ini sebenarnya amat penting bagi bangsa kita. Karena batas teritorial inilah yang menggambarkan kedaulatan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan utuh yang memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. Namun, coba sejenak gunakan mata hati anda untuk hal ini. Ikan yang ada di laut berenang bebas kemana pun mereka mau. Dalam waktu satu detik saja mereka bisa berada di perairan Indonesia atau juga perairan Malay. Lantas ikan-ikan tersebut bisakah kita klaim sebagai ikan perairan Indonesia atau ikan perairan Malaysia, jikalau dalam waktu sekian detik tersebut mereka juga bisa berpindah ke perairan negara lain selain Indonesia dan Malaysia, Singapura misalnya. Ikan yang lahir di perairan Indonesia atau Malaysia, bisakah kita indentifikasi sebagai ikan/kekayaan salah satu bangsa jika setelah dewasa mereka berhijrah (berenang) ke perairan negara tetangganya?, saya rasa tidak. Lantas, timbul pertanyaan baru. Bagaimana cara mengenali ikan perairan Indonesia dengan ikan perairan negara lain? Bagai mana caranya agar nelayan Indonesia mau pun Malaysia tidak salah menangkap ikan?. Sempat terfikirkan, buat pagar kawat kasa yang tipis dengan ukuran diameter jaring yang sangat kecil dari dasar laut sampai tingginya kurang lebih dua meter ke permukaan air laut yang mengelilingi batas teritorial di seluruh perairan Indonesia agar tidak ada bangsa lain yang bisa mencuri ikan dan sumber daya laut Indonesia atau dengan seenaknya mengklaim bahwa mereka berada di perairan mereka. *Ide konyol, jangan diikuti*
Akhirnya..
Hari ini, tepat di hari kemerdekaan RI yang ke 65, di hari Ramadhan yang ke - 7, di tengah carut marutnya kondisi Bangsa Indonesia, kita tetap berharap bahwa suatu saat nanti kondisi bangsa ini akan semakin membaik di berbagai bidang. Tak ada lagi rakyat yang kelaparan, tak ada lagi diskriminasi sosial, tak ada lagi perang saudara, tak ada lagi kolonialisme ekonomi. Rakyat makmur dan sejahtera. Maju dan beradab. Cerdas dan sholih/ah. Bangsa yang madanilah tujuannya. Tentu saja semua menjadi PR B E S A R kita semua. Mari bekerja memperbaiki diri, memperbaiki kinerja, memperbaiki fasilitas, memperbaiki lingkungan sekitar kita dari yang terkecil. Hingga bangsa ini menjadi JAYA dan bermartabat di dalam mau pun internasional. Semoga Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan ini mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan bagi Bangsa ini. Bangkitlah Indonesiaku, Harapan itu Masih Ada. ALLAHU AKBAR..!!!
Wallahu a'lam bishshawwab
Fithri Ariani, 17 Agustus 2010 (07 Ramadhan 1431 H)
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
Terkadang, saya suka senyum sendiri melihat kondisi bangsa ini. Tentu saja senyum saya senyum sejuta makna (jiaaah..). Senyum itu menyimpan pesannya sendiri. Ada setumpuk rasa jauh di dasar hati. Miris, lucu, bercampur dengan kekecewaan, sedikit kekesalan, kebingungan, ditambah sebuncah harapan. Itulah makna senyum saya.
Bondan, "Ya Sudahlah.."
Melihat kondisi bangsa ini, terus terang saya sedih. Namun kesedihan yang saya rasakan bukanlah beban yang harus dikeluhkan terus menerus. Karena tentunya mengeluh tidak akan ada gunanya, tak menyelesaikan masalah bahkan terkadang makin memperunyam masalah. Contohnya, ketika kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir oleh pihak kepolisian yang agak kurang manusiawi, saya dan Papa sempet "ribut-ribut kecil" hanya karena Papa kecewa dengan pemerintahan President SBY yang notabene terpilih lagi karena dukungan Partai yang saya ikuti. "Ini karena partainya kamu milih SBY lagi, kalau ngga kan ga ada yang namanya rekayasa ancaman tembakan ke SBY itu, kasihan itu Ust. Ba'asyir. Udah tua, difitnah, bulan puasa ditangkep dengan cara tidak manusiawi lagi", ujar Papa waktu itu. Bukan itu saja, Papa sempat mengkritik para pejabat dari Partai yang saya ikuti. "Giliran udah terpilih jadi pejabat, hilang suaranya". Saya sampe istighfar mendengar kalimat demi kalimat kekecewaan yang mengalir dari lisan Papa. Astaghfirullah.. Saya coba jelaskan sedikit kerja-kerja yang telah ikhwah lakukan di parlement dan pemerintahan, tapi percuma saja. Yang namanya orang lagi marah bin kesal, ya.. agak susah diajak bicara. Dari pada ribut-ribut ga jelas juntrungannya, akhirnya saya mengalah saja, hitung-hitung menghindari dosa dan mengalahkan syetan yang mungkin waktu itu sudah naik tanduknya memanas-manasi keadaan. Pas sekarang kita juga lagi puasa. Ya sudahlah.. *Bondan Mode on*.
Fia, SBY, dan Gedung MPR/DPR
Kemarin saya menonton berita di TV. Sekelompok mahasiswa yang diwakili oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI berdemo di depan gedung MPR/DPR ketika President SBY membacakan Pidato pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI. Fia, nama mahasiswa tersebut menampilkan pemandangan yang cukup dramatis, dihiasi pemandangan lain disekelilingnya, segerombol polisi yang sibuk membujuknya dan mahasiswa lain untuk membubarkan diri. Ia bersikeras ingin tetap duduk di jalan dan menyampaikan aspirasinya. "Saya cuma ingin menyampaikan aspirasi saya kepada pemerintah, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan rakyat, biaya pendidikan semakin mahal, etc..". Begitu kurang lebih kalimat yang ia sampaikan. Yang lebih dramatis lagi ketika Polwan membujuknya untuk pindah dari posisi duduknya yang mengganggu lalu lintas. Saat itu ia berkata pada ibu-ibu Polwan yang membujuknya, "Seharusnya anda mendukung saya, saya menyampaikan aspirasi untuk anda juga, apa gaji anda cukup untuk kebutuhan sebulan?". Begitu kurang lebih ia menyampaikan aspirasinya dilanjutkan dengan adegan tangis sembari berpindah duduk ke pinggir jalan. Kemudian Ia menyemangati teman-temannya yang lain agar tetap bersemangat menyampaikan aspirasi mereka. Saya acungkan jempol untukmu Fia, Lanjutkan perjuanganmu. Tapi lain kali jangan tanggung-tanggung, buat atraksi yang lebih menarik di tengah jalan atau naik ke atap gedung MPR/DPR, kaya artis senior Pong Hardjatmo. *Ups, maaf-maaf.. jangan diambil hati ya.. saya cuma bercanda*.
Bagaimana dengan Pidato Pak SBY di dalam gedung MPR/DPR sendiri?. "Bagaikan melayang di atas langit", begitu kata salah satu nara sumber yang diwawancarai salah satu TV Nasional di negeri ini. Banyak kalangan yang kecewa dengan pidato SBY itu, termasuk saya. Karena kondisi di lapangan tidaklah sama dengan gambaran isi pidato yang Presiden sampaikan. Padahal sebenarnya jikalau President mau mengungkap sedikit permasalahan rakyat sesuai realitanya pada pidatonya dan memberikan gambaran solutif, pasti akan lebih berkelas dan menaikan pamornya kembali. *Sayang sekali pak, pidato anda kurang membumi.*
Teroris Baru!. Tabung-tabung yang Malang
Di tengah kondisi carut-marutnya bangsa ini, rakyat kecil semakin melarat. Harga sembako naik, pengangguran dimana-mana, angka kriminalitas terus bertambah, sedangkan kesejahteraan bagai partikel-partikel yang mengawang tinggi yang tak jua mampu diraih. Yang kaya tambah kaya, yang kaya jatuh miskin, sedangkan yang miskin jarang ada yang tambah kaya. Ada istilah baru yang kian ngetrend belakangan ini. Teroris model baru, yaitu tabung gas LPG yang sering meledak sampai memakan korban jiwa. Sekedar guyon ringan, mengutip pidatonya Megawati, "Pas udah meledak, baru sosialisasi cara pemasangan gas LPG, gimana sih?". Tentu saja omongan bu Mega ini ada benarnya, walau pun kadang pidato-pidatonya lucu menurut saya. Kemudian bagaimana rakyat kecil menanggapinya, "Mendingan pake minyak tanah dari pada harus jadi korban". Kata anak gaul di ibukota, "Hari gene.. masih pake minyak tanaah?!". Bagai kembali ke masa purba. *Lebay*. Hm.. PR lagi, ada yang mau ngasih solusi? P E R T A M I N AAA.. Selamat bekerja!!!.
Fenomena Keong Racun dan Ariel-Luna-Cut Tari
Terus terang, terkadang saya juga meringis melihat kondisi generasi muda bangsa saat ini. Narkoba, dugem, miras, free sex, senioritas, gaya hidup kebarat-baratan, konsumeris, dan rentetan pergaulan bebas lainnya. Beginilah gambaran global kondisi generasi muda bangsa kita. Sepertinya, ga keren kalau ga dugem, ga gaul kalau ga mengikuti gaya hidup barat, ga dewasa kalau ga pacaran, dan sederet kata ga' inilah - ga' itulah lainnya. Ditambah lagi dengan sinetron-sinetron yang kurang mendidik, menambah sederet contoh-contoh tidak baik yang menggambarkan moralitas bangsa.
Mungkin kalau membaca tulisan sebelumnya tentang Fia dan BEM UI sebagian kita akan merasa bangga menjadi generasi muda bangsa karena masih ada generasi muda yang berani menampilkan sesuatu yang berbeda dan mewakili rakyat. Sebagian lagi mungkin acuh tak acuh, sedangkan sisanya mungkin malah benci dengan aktifis mahasiswa. Keong Racun, ibarat gambaran kondisi generasi muda saat ini. Coba simak sendiri liriknya yang agak glamour dan kurang mendidik, menurut saya. Bukan hanya Keong Racun, hampir semua lagu dewasa, entah itu beraliran pop, rock, slow, jazz, sampe dangdut yang muatannya kebanyakan tentang cinta muda-mudi, patah hati, dan lagu-lagu yang menggambarkan keputusasaan lainnya, kebanyakan tidak mendidik dan malah melalaikan generasi muda. Tapi tidak semuanya loh!, sekali lagi saya sampaikan tidak semuanya.
Lain lagi dengan salah satu program Televisi Nasional Jhon Pantau. Mereka (kru Jhon Pantau) mengemas kritik mendidik dalam bentuk yang lebih elegan. Minggu ke dua bulan Agustus, acara ini mengangkat tema lagu-lagu yang memberikan pengaruh (entah itu positif atau malah negatif) yang sedang in di masyarakat. Keong Racun salah satunya. Saking nge-boomingnya lagu ini, tidak sedikit anak-anak yang notabene masih di bawah umur ikut menyukai dan menyanyikan lagu ini. Kalau sekarang mah, bukan cuma lagu Keong Racun aja yang suka dinyanyikan anak-anak. Lagu-lagu dewasa lainnya juga yang sedang populer sering dinyanyikan anak-anak Indonesia. Lagu-lagu dewasa lebih populer di telinga anak-anak Indonesia jaman sekarang ketimbang lagu-lagu anak-anaknya sendiri. Padahal belum tentu anak-anak itu mengerti apa yang mereka nyanyikan. "Laah.. kok bisa begitu ya..?!", ya.. karena pemberitaannya yang gencar dan tenggelamnya lagu anak-anak. *Berenang kemana ya lagu anak-anak sampai hanyut dan hilang?*. Sekarang timbul pertanyaan, Bagaimana dengan efek negatif lagu-lagu tersebut bagi anak-anak?. Ya jelas ada. Anak-anak kehilangan masa kanak-kanaknya karena terlalu sering mengkonsumsi informasi yang bukan untuk usianya atau lagu-lagu dewasa. Secara tidak langsung mereka dipaksa untuk lebih cepat matang/dewasa dibandingkan umurnya. Akibatnya, mereka terbiasa membahasakan jiwa mereka (emosi mereka) dengan gaya orang dewasa. Ujung-ujungnya mirip-mirip sinetron. Berteman milih-milih yang keren, gaul, tajir, etc. Lalu lahirlah anak-anak yang matang sebelum waktunya alias pubertas dini.
Lain lagi cerita yang satu ini, sebenarnya agak jijik saya mengangkat tema mereka. Para artis yang ditonton, dilihat, dibanggakan, bahkan mungkin dicontoh oleh segelintir generasi muda karena karya-karyanya yang dinilai bagus.Tergelincir dalam lubang kelam yang mengerikan. hii.. Na'udzubillah.. Pemberitaannya menghebohkan bangsa ini, saking hebohnya kasus-kasus lainnya seperti Skandal Century, Rekening Gendut Kepolisian, dan kasus-kasus lainnya bagaikan turut tenggelam seperti lagu anak-anak tadi. *Air mengalir sampai jaauuh.. akhirnya ke lauut*. Ngga nyambung mode on, silahkan artikan sendiri supaya nyambung.
Ribut-ribut Penangkapan Tiga Anggota DKP
Ini salah satu cerita heboh di jelang hari kemerdekaan kita. Tak perlu saya jelaskan jalan ceritanya karena pihak Indonesia baru akan membentuk tim Independen untuk menyelidiki kasus ini. Tapi, dari gambaran umum pemberitaan yang ada, jelas-jelas nelayan Malay itu melanggar batas teritorial. Memang masalah batas teritorial perairan Indonesia - Malaysia ini adalah masalah classic. Pemerintah seharusnya segera mengambil tindakkan tegas kepada Malaysia dan bekerja keras guna memperjelas batas teritorial perairan Indonesia ini agar masalah serupa tidak terulang kembali. Entah sudah berapa kali masalah serupa terjadi, mulai dari yang sederhana sampai lepasnya satu per satu pulau-pulau di Indonesia yang diclaim bangsa Malay sebagai bagian negaranya. Lucu!. Anehnya, dalam wawancara yang saya lihat di TV, dua nelayan yang diwawancarai itu mengaku alat dektektor (entah seperti apa bentuknya) disadap anggota DKP sehingga mereka ibarat dijebak di perairan Indonesia yang saat itu menurut mereka dektektor mereka menunjukkan bahwa mereka berada di perairan Malaysia. Tuduhan yang sadis. Sudah!, saya tidak mau pajang lebar membicarakan si "Malay" ini. Takutnya isi tulisan saya berubah menjadi kecaman, cacian, dan perkataan-perkataan jelek lainnya menyangkut Malay. Bangsa kita sudah banyak disakiti Malay. Kasus demi kasus bergulir terus, mulai dari permasalahan TKI, klaim terhadap hasil bumi dan kebudayaan Indonesia yang diakui mereka sebagai milik mereka, dan lain sebagainya. Intinya, Bangsa Indonesia harus membela kedaulatannya dan membawa permasalahan ini benar-benar ke jalur hukum, menurut saya. Karena memang sudah jelas Malay telah menginjak harkat martabat Bangsa Indonesia dengan penangkapan tiga orang anggota DKP dengan cara "kurang" manusiawi. *Tembak-tembak ga jelas, kayak baru belajar nembak. Cak ketako'an.*
Cerita "Lucu" Tentang Ikan
Satu lagi, sebenarnya ini hanya guyonan saya saja karena hal ini cukup menggelitik benak saya. Persengketaan masalah batas teritorial ini sebenarnya amat penting bagi bangsa kita. Karena batas teritorial inilah yang menggambarkan kedaulatan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan utuh yang memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. Namun, coba sejenak gunakan mata hati anda untuk hal ini. Ikan yang ada di laut berenang bebas kemana pun mereka mau. Dalam waktu satu detik saja mereka bisa berada di perairan Indonesia atau juga perairan Malay. Lantas ikan-ikan tersebut bisakah kita klaim sebagai ikan perairan Indonesia atau ikan perairan Malaysia, jikalau dalam waktu sekian detik tersebut mereka juga bisa berpindah ke perairan negara lain selain Indonesia dan Malaysia, Singapura misalnya. Ikan yang lahir di perairan Indonesia atau Malaysia, bisakah kita indentifikasi sebagai ikan/kekayaan salah satu bangsa jika setelah dewasa mereka berhijrah (berenang) ke perairan negara tetangganya?, saya rasa tidak. Lantas, timbul pertanyaan baru. Bagaimana cara mengenali ikan perairan Indonesia dengan ikan perairan negara lain? Bagai mana caranya agar nelayan Indonesia mau pun Malaysia tidak salah menangkap ikan?. Sempat terfikirkan, buat pagar kawat kasa yang tipis dengan ukuran diameter jaring yang sangat kecil dari dasar laut sampai tingginya kurang lebih dua meter ke permukaan air laut yang mengelilingi batas teritorial di seluruh perairan Indonesia agar tidak ada bangsa lain yang bisa mencuri ikan dan sumber daya laut Indonesia atau dengan seenaknya mengklaim bahwa mereka berada di perairan mereka. *Ide konyol, jangan diikuti*
Akhirnya..
Hari ini, tepat di hari kemerdekaan RI yang ke 65, di hari Ramadhan yang ke - 7, di tengah carut marutnya kondisi Bangsa Indonesia, kita tetap berharap bahwa suatu saat nanti kondisi bangsa ini akan semakin membaik di berbagai bidang. Tak ada lagi rakyat yang kelaparan, tak ada lagi diskriminasi sosial, tak ada lagi perang saudara, tak ada lagi kolonialisme ekonomi. Rakyat makmur dan sejahtera. Maju dan beradab. Cerdas dan sholih/ah. Bangsa yang madanilah tujuannya. Tentu saja semua menjadi PR B E S A R kita semua. Mari bekerja memperbaiki diri, memperbaiki kinerja, memperbaiki fasilitas, memperbaiki lingkungan sekitar kita dari yang terkecil. Hingga bangsa ini menjadi JAYA dan bermartabat di dalam mau pun internasional. Semoga Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan ini mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan bagi Bangsa ini. Bangkitlah Indonesiaku, Harapan itu Masih Ada. ALLAHU AKBAR..!!!
Wallahu a'lam bishshawwab
Fithri Ariani, 17 Agustus 2010 (07 Ramadhan 1431 H)
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
Friday, August 06, 2010
Gosip.. digosok Makin Siiip!
Kalau baca judulnya, kayaknya provokatif banget ya. Ga jauh-jauh sama pembawa acara infotainment-infotainment picisan negeri ini yang saban hari dari pagi, siang, sore, ampe malem menyiarkan siaran gosip-gosip terhangat seantero negeri. Mulai dari artis, selebritis, sampe pengusaha, konglomerat, dan pejabat. Dari pejabat tinggi, sampe pejabat rendah yang mulanya tidak terkenal sampe jadi ikut terkenal gara-gara kecipratan gosip. Sepertinya, gosip bisa jadi tunggangan empuk untuk menjadi terkenal. Hm.. Parahnya, gosip ibarat makanan sehari-hari yang sudah biasa dikonsumsi masyarakat negeri ini. So, masyarakat pun jadi terbiasa bergosip. Sebentar-sebentar, ngomongin aib orang, sebentar-sebentar, membicarakan kejelekan orang. Padahal apa yang dibicarakan itu belum tentu benar. Ck.. ck.. Bangsa ini sudah ibarat Republik Gosip saja!.
Biasanya, "Penggosip" atau "Tukang Gosip", dikenal dengan cara bicara yang khas, enerjik, dan mimik muka yang ekspresif. Terkadang ditambah dengan bibir yang maju mundur, ke depan ke samping beberapa mili dan ekor mata yang ga jelas. Yang pasti, tatapannya rada-rada sinis. Lisannya sepertinya tidak pernah lepas dari membicarakan aib orang lain, mulai dari aib fisik, aib pribadi, aib keluarga orang, aib karakter, aib penampilan, dan berprasangka buruk tanpa alasan terhadap orang lain. Kalimat yang biasa khas keluar dari lisannya adalah:
"Eh.. eh.. tau nggga, si itu kan sama si anu tauu'... " atau
"Eh, dia kan begini begini, begitu begitu..".
Bahkan terkadang kalimatnya rada-rada maksa. "Pokoknya dia itu begini.. percaya deh sama aku!".
Eleeuuuh.. GUBRAKS..!. Nah.. begitulah si "Tukang Gosip" biasa meyakinkan sekitarnya.
Baiklah, mungkin kita banyak lupa atau mungkin bahkan tidak tau makna atau pengertian gosip. Sampe akhirnya gosip itu menjadi hal yang biasa dilakukan, ga perempuan, ga laki-laki, sama saja. Terkadang, laki-laki ada juga yang suka bergosip. Jangan kesindir ya..!.
Sebenarnya, apa sih pengertian gosip?. Menurut catatan yang pernah saya browsing di google, gosip berasal dari bahasa Inggris (wuiih.. jauh ya..) dari kata gossip yang artinya gunjing, kabar angin, atau buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip” yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang yang digosipin tidak ada dalam forum yang sama. Sedangkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca, gosip adalah seorang muslim yang membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran.
Naah loh..! dari pengertiannya saja, gosip itu sudah jelek. Masih mau bergosip??.
Seberapa besar sih dampak gosip di masyarakat?, ga usah jauh-jauh deh, dampaknya ke yang terkena gosip sendirilah. Biasanya, yang digosipin terkena beban mental. Jadi malu bertemu banyak orang, atau bahkan menutup diri. Bahayanya jika ternyata apa yang digosipkan itu hanya isapan jempol semata, kasihan kan yang digosipin, mereka menjadi objek fitnah. Butuh waktu untuk membersihkan nama baik mereka lagi di lingkungan yang sudah tercemar polutan gosip. Hiii.. saking berbahayanya virus gosip. Contohnya, gosip-gosip yang menimpa artis atau selebritis sampe pejabat tinggi belakangan ini. Ga usah jauh-jauh deh, coba kita sendiri yang terkena gosip atau digosipin orang, diomongin kejelekan atau dijelek-jelekan orang lain walau pun belum tentu benar, bagaimana rasanya?!, sebel bukan?!.
Permasalahannya adalah, kebanyakan infotainment itu berisi gosip-gosip aib atau kejelekan orang lain, sedangkan kebanyakan orang-orang yang digosipi atau yang diangkat aibnya adalah orang-orang populer yang dilihat, disukai, diidolakan, bahkan dicontoh oleh masyarakat. Padahal seharusnya mereka memberikan contoh yang baik. Terbayang kan efek negatif yang ditimbulkan dari penayangan berita infotaiment itu. Dalam tayangan-tayangan infotainment yang kebanyakan isinya tentang gosip perceraian, kehidupan glamour dan bebas para selebritis, gaya hidup yang konsumeris, sampe isu-isu korupsi para pejabat tinggi negara dan mafia hukum, sedikitnya memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Minimal masyarakat menganggap hal itu adalah biasa dan lumrah. Kemudian, banyak masyarakat yang mengikuti gaya-gaya hidup tersebut.
Sekarang, saatnya kita mereformasi bahkan merevolusi (wuiiih..) tayangan-tayangan yang hendak dipublikasi kepada masyarakat dan menggantinya dengan tayangan-tayangan yang lebih mendidik. Memang butuh kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak untuk merealisasikannya. Namun jika kita yakin dan optimis bahwa kita mampu, insyaAllah kita pasti bisa merubah sistem dan pola fikir masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi berita gosip dan terbiasa bergosip, menjadi masyarakat yang lebih cerdas. Tentunya, pemerintah juga perlu campur tangan untuk membenahi hal ini, mulai dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), MUI, dan Menteri Komunikasi dan Informatika (yang kebetulan dikenal religius), sampai pihak-pihak yang berkepentingan seperti televisi-televisi nasional yang biasanya menyiarkan berita gosip di negeri ini. Inginkah kita menjdi bangsa yang lebih cerdas dan berakhlakul kharimah?.
Maka, sebagai orang yang masih minim ilmu, yang pernah kecipratan gosip atau digosipi orang, saya cuma bisa menuliskan sedikit risalah yang ditujukan untuk diri saya sendiri dan juga anda. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Saudaraku.. sibukkanlah diri untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain atau bahkan mencampuri urusan orang lain. Lagi pula, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan membongkar aibnya di akhirat kelak. Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan, “Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut”. Lalu seseorang bertanya, “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan?. Beliau menjawab, “ Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R Muslim).
Hukum Ghibah Dalam Islam
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al Israa[17]:36)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S Qaaf[50]:18)
Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam Surat yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.” (HR. Muslim no. 6537).
Bersabda nabi SAW:
“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)
Na'udzubillaah.. semoga kita terhindar dari perkara-perkara gosip dan hal-hal yang mengundang fitnah terhadap saudara-saudara kita. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab.
Biasanya, "Penggosip" atau "Tukang Gosip", dikenal dengan cara bicara yang khas, enerjik, dan mimik muka yang ekspresif. Terkadang ditambah dengan bibir yang maju mundur, ke depan ke samping beberapa mili dan ekor mata yang ga jelas. Yang pasti, tatapannya rada-rada sinis. Lisannya sepertinya tidak pernah lepas dari membicarakan aib orang lain, mulai dari aib fisik, aib pribadi, aib keluarga orang, aib karakter, aib penampilan, dan berprasangka buruk tanpa alasan terhadap orang lain. Kalimat yang biasa khas keluar dari lisannya adalah:
"Eh.. eh.. tau nggga, si itu kan sama si anu tauu'... " atau
"Eh, dia kan begini begini, begitu begitu..".
Bahkan terkadang kalimatnya rada-rada maksa. "Pokoknya dia itu begini.. percaya deh sama aku!".
Eleeuuuh.. GUBRAKS..!. Nah.. begitulah si "Tukang Gosip" biasa meyakinkan sekitarnya.
Baiklah, mungkin kita banyak lupa atau mungkin bahkan tidak tau makna atau pengertian gosip. Sampe akhirnya gosip itu menjadi hal yang biasa dilakukan, ga perempuan, ga laki-laki, sama saja. Terkadang, laki-laki ada juga yang suka bergosip. Jangan kesindir ya..!.
Sebenarnya, apa sih pengertian gosip?. Menurut catatan yang pernah saya browsing di google, gosip berasal dari bahasa Inggris (wuiih.. jauh ya..) dari kata gossip yang artinya gunjing, kabar angin, atau buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip” yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang yang digosipin tidak ada dalam forum yang sama. Sedangkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca, gosip adalah seorang muslim yang membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran.
Naah loh..! dari pengertiannya saja, gosip itu sudah jelek. Masih mau bergosip??.
Seberapa besar sih dampak gosip di masyarakat?, ga usah jauh-jauh deh, dampaknya ke yang terkena gosip sendirilah. Biasanya, yang digosipin terkena beban mental. Jadi malu bertemu banyak orang, atau bahkan menutup diri. Bahayanya jika ternyata apa yang digosipkan itu hanya isapan jempol semata, kasihan kan yang digosipin, mereka menjadi objek fitnah. Butuh waktu untuk membersihkan nama baik mereka lagi di lingkungan yang sudah tercemar polutan gosip. Hiii.. saking berbahayanya virus gosip. Contohnya, gosip-gosip yang menimpa artis atau selebritis sampe pejabat tinggi belakangan ini. Ga usah jauh-jauh deh, coba kita sendiri yang terkena gosip atau digosipin orang, diomongin kejelekan atau dijelek-jelekan orang lain walau pun belum tentu benar, bagaimana rasanya?!, sebel bukan?!.
Permasalahannya adalah, kebanyakan infotainment itu berisi gosip-gosip aib atau kejelekan orang lain, sedangkan kebanyakan orang-orang yang digosipi atau yang diangkat aibnya adalah orang-orang populer yang dilihat, disukai, diidolakan, bahkan dicontoh oleh masyarakat. Padahal seharusnya mereka memberikan contoh yang baik. Terbayang kan efek negatif yang ditimbulkan dari penayangan berita infotaiment itu. Dalam tayangan-tayangan infotainment yang kebanyakan isinya tentang gosip perceraian, kehidupan glamour dan bebas para selebritis, gaya hidup yang konsumeris, sampe isu-isu korupsi para pejabat tinggi negara dan mafia hukum, sedikitnya memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Minimal masyarakat menganggap hal itu adalah biasa dan lumrah. Kemudian, banyak masyarakat yang mengikuti gaya-gaya hidup tersebut.
Sekarang, saatnya kita mereformasi bahkan merevolusi (wuiiih..) tayangan-tayangan yang hendak dipublikasi kepada masyarakat dan menggantinya dengan tayangan-tayangan yang lebih mendidik. Memang butuh kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak untuk merealisasikannya. Namun jika kita yakin dan optimis bahwa kita mampu, insyaAllah kita pasti bisa merubah sistem dan pola fikir masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi berita gosip dan terbiasa bergosip, menjadi masyarakat yang lebih cerdas. Tentunya, pemerintah juga perlu campur tangan untuk membenahi hal ini, mulai dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), MUI, dan Menteri Komunikasi dan Informatika (yang kebetulan dikenal religius), sampai pihak-pihak yang berkepentingan seperti televisi-televisi nasional yang biasanya menyiarkan berita gosip di negeri ini. Inginkah kita menjdi bangsa yang lebih cerdas dan berakhlakul kharimah?.
Maka, sebagai orang yang masih minim ilmu, yang pernah kecipratan gosip atau digosipi orang, saya cuma bisa menuliskan sedikit risalah yang ditujukan untuk diri saya sendiri dan juga anda. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Saudaraku.. sibukkanlah diri untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain atau bahkan mencampuri urusan orang lain. Lagi pula, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan membongkar aibnya di akhirat kelak. Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan, “Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut”. Lalu seseorang bertanya, “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan?. Beliau menjawab, “ Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R Muslim).
Hukum Ghibah Dalam Islam
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al Israa[17]:36)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S Qaaf[50]:18)
Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam Surat yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.” (HR. Muslim no. 6537).
Bersabda nabi SAW:
“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)
Na'udzubillaah.. semoga kita terhindar dari perkara-perkara gosip dan hal-hal yang mengundang fitnah terhadap saudara-saudara kita. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab.
Monday, August 02, 2010
Pulang Ke Kotaku
Perjalanan malam adalah satu-satunya perjalanan favoritku dengan pesawat terbang dari Jakarta ke kota kelahiranku, Palembang. Biasanya, aku memang selalu memilih jam malam untuk kepulanganku. Mengapa?, karena dari pesawat, aku bisa melihat indahnya pemandangan kota Palembang di waktu malam. Malam di kotaku sangat semarak dengan kerlap-kerlip lampu. Ada pemandangan eksotik yang nampak dari pesawat, yaitu kerlap-kerlip lampu yang menghiasi jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi, sehingga lampu-lampu yang menghiasi pinggiran jembatan itu mirip sebuah kerangka jembatan, menakjubkan. Selain itu, lampu menara-menara pabrik yang membentuk sebuah kerangka tower, diantaranya menara PT. Pusri & Pertamina, juga turut menyemarakan hamparan kota Palembang. Menambah indah pemandangan dari atas pesawat.
Saturday, July 31, 2010
Maafkanlah
Maafkanlah..
Jika ku tak bisa sesempurna inginmu
Maafkanlah..
Jika ku tak bisa seperti harapmu
Maafkanlah..
Jika ku tak bisa menjalani sepenuh hati
Maafkanlah..
Jika ucap, tulis, dan sikapku pernah menyakiti.
Aku sdg belajar menerima apa yg disebut takdir krn idealisme pemahamanku berbenturan dgn realita & harapanku. Kt berbeda. Pemahamanku mengajarkan semua terjaga, dr awal hingga akhir. Harapanku semua terhindar dr fitnah. Jika blm apa-apa semua tersebar kemana-mana, wajarkah jika aku kecewa?.
Jika ku tak bisa sesempurna inginmu
Maafkanlah..
Jika ku tak bisa seperti harapmu
Maafkanlah..
Jika ku tak bisa menjalani sepenuh hati
Maafkanlah..
Jika ucap, tulis, dan sikapku pernah menyakiti.
Aku sdg belajar menerima apa yg disebut takdir krn idealisme pemahamanku berbenturan dgn realita & harapanku. Kt berbeda. Pemahamanku mengajarkan semua terjaga, dr awal hingga akhir. Harapanku semua terhindar dr fitnah. Jika blm apa-apa semua tersebar kemana-mana, wajarkah jika aku kecewa?.
Wednesday, July 28, 2010
Pendendam dan Pemaaf
Pendendam dan pemaaf, dua kata yang sama-sama diawali dengan awalan pe-, tapi memiliki makna yang jauh berbeda. Dua kata ini, diidentikan dengan karakter/sifat manusia. Seorang yang pendendam adalah orang yang sulit memaafkan. Jika ia disakiti atau merasa tersakiti baik sengaja atau pun tidak, ia akan sulit untuk memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain terhadapnya, sebaliknya terkadang ia sendiri tidak berusaha untuk mengintrospeksi kesalahan-kesalahannya. Begitu ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Biasanya, seorang yang memiliki sifat pendendam sering kali pandai bersandiwara dan mendramatisir keadaan. Terkadang laganya mirip-mirip artis sinetron. Seorang yang pendendam biasanya populer dengan ungkapan "Kalau aku sudah sakit hati, aku akan sulit untuk memaafkan". Padahal terkadang dirinya sendirilah yang menjadi penyebab ia disakiti atau tersakiti.
Adalah hal yang sangat manusiawi jika manusia disakiti ia sulit melupakan, karena dampak tersakiti tersebut membutuhkan jeda waktu untuk proses penyembuhannya pasca trauma yang ditimbulkan. Biasanya seorang pendendam tidak ingin bahkan enggan melihat atau kontak mata dan bertemu langsung apa lagi sampai bercengkrama dan berkomunikasi dengan orang yang ia anggap telah menyakitinya. Ia lebih memilih menghindar dari orang tersebut. Hal ini diperparah lagi jika situasi dan kondisi yang sudah runyam dan komunikasi yang buruk diprovokatori oleh pihak ketiga yang sengaja atau pun tidak sengaja ingin nampak baik dihadapannya dan seolah-olah lebih memihaknya.
Namun, untuk ukuran manusia normal seseorang yang pernah disakiti atau tersakiti tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memaafkan kesalahan orang lain, apa lagi sampai membutuhkan waktu menahun untuk memaafkan. Jika pada dasarnya orang tersebut memiliki kepribadian atau sifat dasar yang baik, ia akan sangat mudah memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain terhadap dirinya dan bisa bersikap biasa saja dengan orang yang dianggap pernah menyakitinya. Kemudian hal ini kita kenal dengan orang yang berkepribadian pemaaf.
Seorang dengan kepribadian pemaaf adalah orang yang ikhlas dalam menjalani segala sesuatunya. Jika mendapatkan ujian atau cobaan, berupa disakiti atau tersakiti orang lain, ia tidak berlama-lama larut dalam bayang-bayang sakit hati apa lagi sampai menanam kebencian terhadap orang lain. Adalah hal yang wajar jika di awal ia merasakan sakit hati bahkan sampai mengeluh. Namun biasanya hal itu tidak berlangsung lama. Berbeda dengan orang yang berkepribadian pendendam.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa seorang pendendam memiliki trauma masa kecil yang sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya atau sengaja ditanamkan oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Misalnya, seseorang yang memiliki orang tua lengkap, tapi tidak merasakan figur salah satu orang tuanya, baik itu ayah atau pun ibunya. Sebagai contoh, seorang anak yang tidak pernah atau jarang bertemu salah satu orang tuanya lantaran pekerjaan yang jauh mau pun perpisahan. Anak tersebut tidak merasakan kehadiran figur salah satu orang tuanya tersebut terutama kasih sayang dan perhatian.
Maka, anak tersebut akan sering mencari-cari perhatian dari lingkungan sekitarnya sebagai akibat kurangnya bahkan tidak adanya perhatian dari salah satu orang tuanya. Hal ini diperparah lagi jika salah satu figur orang tua yang hidup bersamanya atau keluarga terdekatnya menanamkan nilai-nilai yang tidak baik pada anak tersebut, misal menjelek-jelekkan figur salah satu orang tua yang tidak hidup bersamanya. Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa sang ayah yang jauh tidak pernah menafkahi keluarga atau sang ibu tidak peduli padanya dan lebih memilih meninggalkannya atau bekerja mementingkan karirnya. Akibatnya, dalam diri anak tersebut tertanam sifat pendendam atau mudah benci terhadap orang yang dianggap telah menyakitinya dan orang yang disayanginya.
Dahulu, dalam perjalanan dakwahnya Rosulullah Muhammad saw menghadapi banyak ujian dan cobaan. Pernah suatu ketika Nabi mendakwahi kaum kafir Quroisy untuk menyembah Allah, ia ditentang bahkan dicaci maki, difitnah, dianiyaya, disakiti lahir bathinnya.Ketika Malaikat Jibril bertanya padanya apakah Nabi akan mendo'akan kaum kafir agar mendapat azab, Nabi Muhammad malah memaafkan dan mendo'akan agar kaum kafir Qurois diampuni dan mendapatkan petunjuk dan hidayah Allah. Inilah suri tauladan yang baik, yang tidak ada cela dalam kepribadiannya, yang kita diperintahkan untuk mempelajari dan mengikuti akhlaknya sebagai bekal kita di akhirat kelak.
Pada akhirnya, semua bermuara pada satu kata, yaitu keikhlasan. Keikhlasan yang hakikatnya kita jalani di dunia ini dalam proses pembelajaran kita sebagai hamba Allah. Semua yang ada di alam semesta adalah media bagi kita untuk belajar, meski caranya harus melewati proses yang amat pahit sekali pun.
Rosulullah bersabda, "Balaslah perbuatan buruk dengan kebaikan, dan balaslah perbuatan baik dengan kebaikan pula", mengingatkan kita akan pentingnya perbuatan baik terutama memaafkan kesalahan orang lain. Maka alangkah baiknya jika kita memulai ibadah di bulan Ramadhan dengan saling memaafkan. Mengosongkan folder di fikiran kita yang berisi daftar kesalahan saudara-saudara kita, terlebih lagi jika mereka adalah keluarga kita sendiri, baik orang tua, saudara kandung, ipar, dan lainnya.
Semoga Ramadhan kali ini kita bisa menggali sebanyak-banyaknya ilmu dan hikmah, serta menabung kebaikan terutama dengan memaafkan agar ibadah Shoum Ramadhan yang kita jalani menjadi lebih baik dan lebih berkah dari sebelumnya sehingga menjadi amal yang akan dihitung sebagai pahala yang memberatkan timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin ya Robbal'aalamiin..
Sepertiga malam, 28 Juli 2010. Teruntuk diriku sendiri.
Allahumma baariklana fii Rajab wa Sya'ban wa balighna Ramadhan. Allahummaghfirlanaa ya Allaah.. Aamiin..
Adalah hal yang sangat manusiawi jika manusia disakiti ia sulit melupakan, karena dampak tersakiti tersebut membutuhkan jeda waktu untuk proses penyembuhannya pasca trauma yang ditimbulkan. Biasanya seorang pendendam tidak ingin bahkan enggan melihat atau kontak mata dan bertemu langsung apa lagi sampai bercengkrama dan berkomunikasi dengan orang yang ia anggap telah menyakitinya. Ia lebih memilih menghindar dari orang tersebut. Hal ini diperparah lagi jika situasi dan kondisi yang sudah runyam dan komunikasi yang buruk diprovokatori oleh pihak ketiga yang sengaja atau pun tidak sengaja ingin nampak baik dihadapannya dan seolah-olah lebih memihaknya.
Namun, untuk ukuran manusia normal seseorang yang pernah disakiti atau tersakiti tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memaafkan kesalahan orang lain, apa lagi sampai membutuhkan waktu menahun untuk memaafkan. Jika pada dasarnya orang tersebut memiliki kepribadian atau sifat dasar yang baik, ia akan sangat mudah memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain terhadap dirinya dan bisa bersikap biasa saja dengan orang yang dianggap pernah menyakitinya. Kemudian hal ini kita kenal dengan orang yang berkepribadian pemaaf.
Seorang dengan kepribadian pemaaf adalah orang yang ikhlas dalam menjalani segala sesuatunya. Jika mendapatkan ujian atau cobaan, berupa disakiti atau tersakiti orang lain, ia tidak berlama-lama larut dalam bayang-bayang sakit hati apa lagi sampai menanam kebencian terhadap orang lain. Adalah hal yang wajar jika di awal ia merasakan sakit hati bahkan sampai mengeluh. Namun biasanya hal itu tidak berlangsung lama. Berbeda dengan orang yang berkepribadian pendendam.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa seorang pendendam memiliki trauma masa kecil yang sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya atau sengaja ditanamkan oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Misalnya, seseorang yang memiliki orang tua lengkap, tapi tidak merasakan figur salah satu orang tuanya, baik itu ayah atau pun ibunya. Sebagai contoh, seorang anak yang tidak pernah atau jarang bertemu salah satu orang tuanya lantaran pekerjaan yang jauh mau pun perpisahan. Anak tersebut tidak merasakan kehadiran figur salah satu orang tuanya tersebut terutama kasih sayang dan perhatian.
Maka, anak tersebut akan sering mencari-cari perhatian dari lingkungan sekitarnya sebagai akibat kurangnya bahkan tidak adanya perhatian dari salah satu orang tuanya. Hal ini diperparah lagi jika salah satu figur orang tua yang hidup bersamanya atau keluarga terdekatnya menanamkan nilai-nilai yang tidak baik pada anak tersebut, misal menjelek-jelekkan figur salah satu orang tua yang tidak hidup bersamanya. Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa sang ayah yang jauh tidak pernah menafkahi keluarga atau sang ibu tidak peduli padanya dan lebih memilih meninggalkannya atau bekerja mementingkan karirnya. Akibatnya, dalam diri anak tersebut tertanam sifat pendendam atau mudah benci terhadap orang yang dianggap telah menyakitinya dan orang yang disayanginya.
Dahulu, dalam perjalanan dakwahnya Rosulullah Muhammad saw menghadapi banyak ujian dan cobaan. Pernah suatu ketika Nabi mendakwahi kaum kafir Quroisy untuk menyembah Allah, ia ditentang bahkan dicaci maki, difitnah, dianiyaya, disakiti lahir bathinnya.Ketika Malaikat Jibril bertanya padanya apakah Nabi akan mendo'akan kaum kafir agar mendapat azab, Nabi Muhammad malah memaafkan dan mendo'akan agar kaum kafir Qurois diampuni dan mendapatkan petunjuk dan hidayah Allah. Inilah suri tauladan yang baik, yang tidak ada cela dalam kepribadiannya, yang kita diperintahkan untuk mempelajari dan mengikuti akhlaknya sebagai bekal kita di akhirat kelak.
Pada akhirnya, semua bermuara pada satu kata, yaitu keikhlasan. Keikhlasan yang hakikatnya kita jalani di dunia ini dalam proses pembelajaran kita sebagai hamba Allah. Semua yang ada di alam semesta adalah media bagi kita untuk belajar, meski caranya harus melewati proses yang amat pahit sekali pun.
Rosulullah bersabda, "Balaslah perbuatan buruk dengan kebaikan, dan balaslah perbuatan baik dengan kebaikan pula", mengingatkan kita akan pentingnya perbuatan baik terutama memaafkan kesalahan orang lain. Maka alangkah baiknya jika kita memulai ibadah di bulan Ramadhan dengan saling memaafkan. Mengosongkan folder di fikiran kita yang berisi daftar kesalahan saudara-saudara kita, terlebih lagi jika mereka adalah keluarga kita sendiri, baik orang tua, saudara kandung, ipar, dan lainnya.
Semoga Ramadhan kali ini kita bisa menggali sebanyak-banyaknya ilmu dan hikmah, serta menabung kebaikan terutama dengan memaafkan agar ibadah Shoum Ramadhan yang kita jalani menjadi lebih baik dan lebih berkah dari sebelumnya sehingga menjadi amal yang akan dihitung sebagai pahala yang memberatkan timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin ya Robbal'aalamiin..
Sepertiga malam, 28 Juli 2010. Teruntuk diriku sendiri.
Allahumma baariklana fii Rajab wa Sya'ban wa balighna Ramadhan. Allahummaghfirlanaa ya Allaah.. Aamiin..
Saturday, July 10, 2010
...
...
Tak terasa, umurku sudah 27. Belum banyak hal-hal positif yg kulakukan. Belum produktif dlm hal kebaikan. Blm banyak kebermanfaatan ku berikan. Malah sebaliknya, dosa menumpuk, iman menipis.
Astaghfirullahaladzhiim.. Astaghfirullahaladzhiim..
Astaghfirullahaladzhiim..
Allaahummaghfirlii.. ya Allaah..
Satu do'a: Robbanaa laa tuzighquluubana ba'da idzhaadaitana wa hablana miladunka rohma innaka antal wahhaab.
Ya Allaah.. tetapkanlah hidayah dan imanku kpdMU hingga akhir hayatku. Aamiin
Tak terasa, umurku sudah 27. Belum banyak hal-hal positif yg kulakukan. Belum produktif dlm hal kebaikan. Blm banyak kebermanfaatan ku berikan. Malah sebaliknya, dosa menumpuk, iman menipis.
Astaghfirullahaladzhiim.. Astaghfirullahaladzhiim..
Astaghfirullahaladzhiim..
Allaahummaghfirlii.. ya Allaah..
Satu do'a: Robbanaa laa tuzighquluubana ba'da idzhaadaitana wa hablana miladunka rohma innaka antal wahhaab.
Ya Allaah.. tetapkanlah hidayah dan imanku kpdMU hingga akhir hayatku. Aamiin
Monday, July 05, 2010
Kamuflase Si "Kamuflaser"
Skli lg, ku coba cerna suara itu & klmt demi klmt yg diucapkannya. Ku rasa aku mengenal suaranya. Kmrn sore sehabis adzhan ashar ia mnghubungiku & menyebut sbuah nama yg tak ku knl. Lalu brtanya hal yg ckp sensitif u/ dijwb, Apakah sdh menikah, punya tunangan, / msh sndri. Malas aku mladeninya & ku jwb dgn asal jwb krn ia sndiri tdk mw mnjlskn sp dirinya.
Ku lht jam mnunjukkan pkl 00.57 WIB ktka HPku kmbali brbunyi dgn nmr pemanggil yg sama. Tengah malam begini ktika aku sdg tdr pulas, Ya Allaah..
Ku lht jam mnunjukkan pkl 00.57 WIB ktka HPku kmbali brbunyi dgn nmr pemanggil yg sama. Tengah malam begini ktika aku sdg tdr pulas, Ya Allaah..
Friday, July 02, 2010
Melukis Matahari
Siang ini, ku lukis matahari di tengah danau cinta sembari menyatukan serpihan-serpihan kertas bunga lembayung. Cerah cuaca ditingkahi sepasang kupu-kupu yg terbang menghisap madu bunga-bunga terompet ungu di sepanjang pinggir danau menambah semarak hariku.
Di sini, ku langkahkan kaki sembari menyusun kembali rangkaian-rangkaian cerita setengah jalan yg kita ukir dalam waktu.
Semoga yg ku rasa bukan bingkai separuh jalan krn setengahnya lagi adl milikmu yg ku harap selaras dgn bingkai jiwaku. 2)
Di sini, ku langkahkan kaki sembari menyusun kembali rangkaian-rangkaian cerita setengah jalan yg kita ukir dalam waktu.
Semoga yg ku rasa bukan bingkai separuh jalan krn setengahnya lagi adl milikmu yg ku harap selaras dgn bingkai jiwaku. 2)
Wednesday, June 30, 2010
Untuk Seseorang yang Hendak Menjadikanku Belahan Jiwanya
Selamat malam wahai seseorang yg hendak menjadikanku sbg tulang rusukmu.. ingin ku sampaikan padamu bahwa amanah itu bukanlah amanah ringan yg bs kau permainkan sesuka hatimu. Hati itu rentan, terkadang ia rapuh. Jk luka, ia akan lama sembuh. Maka, jagalah amanah itu agar tetap dalam perlindungan dan keberkahan Allah.
Selamat malam wahai seseorang yg hendak menjadikanku sbg belahan jiwamu, ingin ku sampaikan bahwa terkadang aku tak bs mengerti rasamu, namun terkadang ku bs merasa rindumu.
Bersambung..
Selamat malam wahai seseorang yg hendak menjadikanku sbg belahan jiwamu, ingin ku sampaikan bahwa terkadang aku tak bs mengerti rasamu, namun terkadang ku bs merasa rindumu.
Bersambung..
Monday, February 15, 2010
Tahajud Rindu
Malam-malam berlalu. Detik usia berkurang satu per satu. Hiruk pikuk dan gaduh dunia melalaikan jiwa-jiwa pemburunya. Tak jarang hela nafas terbuang sia. Namun bagi para pencinta, malam adalah waktu terindah yang dinanti, kehadirannya laksana pelepas dahaga akan cinta terdalam pada Sang Kekasih. Disana tak ada takut, tak ada ragu, tak ada sepi, krn hati bersorai menyambut uluran cinta Kekasih Tertinggi. Disana tak ada cerita tentang luka dan patah hati, tak ada kisah tentang sayap-sayap patah apa lagi tepukan Sebelah tangan. Tak ada kisah tentang air mata yang berderai-derai karena duka ujian, karena disana cinta tak pernah mengenal sayap-sayap patah, apa lagi tepukan sebelah tangan. Disana semua cinta terbalaskan, semua do’a terkabulkan. Disana hanya ada kebahagiaan karena jiwa memeluk erat cinta Sang Maha Pemberi Cinta. Jikalau pun ada air mata, hanya karena seruan agung menyambut pahala dan ladang amal sholih. Karena seberat apa pun ujian, pasti mengandung kebaikan. Dan semua kisah mengandung hikmah, Allah telah mengukur dan mengaturnya, kepada siapa IA akan memberikan ujian tersebut.
Ketika hidup hanya disandarkan kepada Allah dan dijadikan sarana ibadah kepadaNYA, semua keluh kesah, duka karena ujian dan musibah menjadi mentah karena segala ketentuan Allah menjadi baik adanya. Menjadi ladang pahala dan amal sholih yang tiada bandingnya. Tahajud-tahajud rindu itu pun bertemu muaranya. Berpeluh kisah laksana cahaya keshalihan yang meramaikan surga. Merekalah para pencari kesejatian dalam penghambaan, merekalah para perindu kenikmatan tiada tara yang dijanjikan. Merekalah jiwa-jiwa yang membahasakan rindu dalam tahajud akan kuasa Tuhan. PadaNYA cinta tercurah, padaNYA rindu bertaut, padaNYA asa senantiasa terjawab. Lewat khusyuknya sujud dan syahadat tahyat yang mesra.
Menyatalah cinta pada setiap helaan nafas. Dalam lantunan ayat suci dan dzikr, ketika menanti panggilan mulia melalui adzan di shubuhnya yang syahdu.
Ya Allah.. jadikanlah malam-malam hamba sebagai malam cahaya dan terbenam dalam rindu tahajud kepadaMU.
Bumi Mutiara, 03.00 wiib. 21 Shaffar 1431 H – 05 Februari 2010
Ketika hidup hanya disandarkan kepada Allah dan dijadikan sarana ibadah kepadaNYA, semua keluh kesah, duka karena ujian dan musibah menjadi mentah karena segala ketentuan Allah menjadi baik adanya. Menjadi ladang pahala dan amal sholih yang tiada bandingnya. Tahajud-tahajud rindu itu pun bertemu muaranya. Berpeluh kisah laksana cahaya keshalihan yang meramaikan surga. Merekalah para pencari kesejatian dalam penghambaan, merekalah para perindu kenikmatan tiada tara yang dijanjikan. Merekalah jiwa-jiwa yang membahasakan rindu dalam tahajud akan kuasa Tuhan. PadaNYA cinta tercurah, padaNYA rindu bertaut, padaNYA asa senantiasa terjawab. Lewat khusyuknya sujud dan syahadat tahyat yang mesra.
Menyatalah cinta pada setiap helaan nafas. Dalam lantunan ayat suci dan dzikr, ketika menanti panggilan mulia melalui adzan di shubuhnya yang syahdu.
Ya Allah.. jadikanlah malam-malam hamba sebagai malam cahaya dan terbenam dalam rindu tahajud kepadaMU.
Bumi Mutiara, 03.00 wiib. 21 Shaffar 1431 H – 05 Februari 2010
Tuesday, January 19, 2010
Hujan di Muharram
Muharram disapa hujan, tetes demi tetesnya jatuh basahi alam. Menyatu dengan tanah, bagai persenyawaan yang membentuk sari pati kehidupan. Mengukir indah laju perjalanan.
Di balik jendela, seorang perempuan muda melempar pandang ke luar, duduk menatap hujan. Meresapi Kemahabesaran Tuhan atas rahmat hujan. Baginya ia bagai kekasih yang lama dirindukan. Hatinya pun brseru, "Baarokallah.. untuk para pencinta dan perindu hujan.. Mengapa tak kau sulam benang-benang asa ketika mentari tersenyum menyambut pagi?, sambutlah kesejukan yang memenuhi ruang hati".
"Ufuk sinarnya kan memberkas cita, dan bermekaranlah bunga-bunga jiwa. Yang mati mulai tumbuh, yang layu mulai tegak, yang kuncup mulai mekar merekah. Jangan ragu mengambil langkah wahai pencinta, karena hujan di Muharram tetaplah indah seindah sabda agung sang Nabi mengkhususkan ibadah shaum didalamnya. Seindah lantunan adzan di waktu shubuh yang menyeru kemenangan ketika para hamba pulas di buai mimpi. Maka, sampaikanlah shalawat kepadanya, layaknya cinta para pencinta dan perindu hujan mencari berkah di Muharram suci".
14 januari 2009. Bumi Mutiara, 04.00 am
Monday, January 18, 2010
Temaram Sinar
Setiap hari, aku masuk melalui pintu itu. Pintu berwarna putih di sebuah rumah tinggal sederhana berpagar hijau. Didepannya tumbuh berjejer tujuh pohon palem yang subur. Nampak asri ditambah beberapa kembang asoka. Bersamaku, tinggal seorang ibu setengah baya, sang pemilik rumah. Seorang janda tegar dengan pengalaman hidup sarat makna yang terlihat dari garis wajahnya.
Di salah satu ruang di sudut rumah itu, cahaya temaram lampu yang sinarnya samar menemani tiap hariku. Bersamanya aku menjalankan aktifitas, membaca buku, internet surfing, beribadah, hingga tidur dan bangunku. Bersamanya, aku mengurai detik-detik waktu. Mencoba hayati setiap masa yang berlalu dari tiap kisah yang ku lihat, ku baca, dan ku rasa. Yang meski samar, tetap ku coba bertahan belajar mengambil hikmahnya.
Suatu hari, kedua orang tuaku datang berkunjung. Mereka masuk ke ruangan bercahaya samar itu. Saat itu, thypesku kambuh untuk yang ketiga kalinya, dikarenakan terlalu lelah bekerja ditambah ada beberapa permasalahan yang cukup kompleks. Kedatangan mereka juga untuk menemani kelahiran putra kedua kakakku yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2009. Itu kali pertama mereka datang menjengukku setelah sekian lama aku berusaha mandiri dan hidup dari hasil keringat sendiri. Orang tua yang selalu ku rindu. Mereka nun jauh disana, di kota kelahiranku.
Kali pertama mereka datang, Papa.. tertegun memperhatikan ruangan itu. Ruangan tanpa jendela, yang hanya ditemani oleh lampu yang sinarnya temaram. Hanya ada ventilasi kecil di atas pintu ruangan itu. Papa hanya diam seribu bahasa. Wajahnya berkerut, ia terlihat menahan sesuatu dibenaknya. Entah apa yang ia rasa. Sedih, kecewa, atau bangga melihat anaknya yang terkulai lesu. Ku coba menyelami perasaannya saat itu. Sedangkan Mama, maklum.. ibu-ibu.. banyak petuah-petuah yang keluar dari mulutnya. "Bisa baca buku terus ditemani lampu kecil begini?, apa ga sakit matamu?", bla-bla-bla, etc, en so on... Itulah pertanyaan yang paling nempel ditelingaku hingga saat ini karena terlalu banyak nasehat tentang kesehatan yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Papa, tak banyak bicara namun menyiratkan sejuta makna. Papa.. ku tau kau sedih. Tapi jangan pernah khawatir, bukankah kau mendidik anak-anakmu menjadi tangguh? Setangguh burung yang terbang di angkasa. Insya Allah.. anakmu akan baik-baik saja, karena ada DIA yang selalu menjaganya :).
Ada sebuah tempat tidur cukup luas disana. Sebuah bupet, tempatku menyusun buku-buku favoritku. Di seberang tempat tidur itu, ada sebuah lemari tua bercermin bening. Disana aku sering melihat bayanganku, dengan seribu raut yang kadang aneh, lucu, lugu, narsis, hingga miris. Kini, Januari 2010, tiga bulan sudah berlalu sejak kedatangan kedua orang tuaku. Sejak "protes" lampu keluar dari mulut bunda tersayangku. Ku lihat sinar temaram lampu ruanganku. Cahayanya makin redup saja. Entah kapan akan berganti dengan lampu yang baru, yang lebih terang. Menunggu bu kos menggantinya ketika lampu itu putus dengan sendirinya..? atau.. membeli sendiri?. Entahlah, aku enggan memperhatikan lampu yang sering membuatku tersenyum itu. lampu "protes" mamaku. Protes yang menunjukkan rasa kasihnya. Kasih sayangnya yang selalu ku rindu. Mama.. Papa.. jangan pernah khawatir, karena temaram sinar lampu ruanganku tak kan pernah meredupkan sinar di hatiku. Insya Allah.. Amiin..
don't worry about me. B'coz Allah always with me :)
Di salah satu ruang di sudut rumah itu, cahaya temaram lampu yang sinarnya samar menemani tiap hariku. Bersamanya aku menjalankan aktifitas, membaca buku, internet surfing, beribadah, hingga tidur dan bangunku. Bersamanya, aku mengurai detik-detik waktu. Mencoba hayati setiap masa yang berlalu dari tiap kisah yang ku lihat, ku baca, dan ku rasa. Yang meski samar, tetap ku coba bertahan belajar mengambil hikmahnya.
Suatu hari, kedua orang tuaku datang berkunjung. Mereka masuk ke ruangan bercahaya samar itu. Saat itu, thypesku kambuh untuk yang ketiga kalinya, dikarenakan terlalu lelah bekerja ditambah ada beberapa permasalahan yang cukup kompleks. Kedatangan mereka juga untuk menemani kelahiran putra kedua kakakku yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2009. Itu kali pertama mereka datang menjengukku setelah sekian lama aku berusaha mandiri dan hidup dari hasil keringat sendiri. Orang tua yang selalu ku rindu. Mereka nun jauh disana, di kota kelahiranku.
Kali pertama mereka datang, Papa.. tertegun memperhatikan ruangan itu. Ruangan tanpa jendela, yang hanya ditemani oleh lampu yang sinarnya temaram. Hanya ada ventilasi kecil di atas pintu ruangan itu. Papa hanya diam seribu bahasa. Wajahnya berkerut, ia terlihat menahan sesuatu dibenaknya. Entah apa yang ia rasa. Sedih, kecewa, atau bangga melihat anaknya yang terkulai lesu. Ku coba menyelami perasaannya saat itu. Sedangkan Mama, maklum.. ibu-ibu.. banyak petuah-petuah yang keluar dari mulutnya. "Bisa baca buku terus ditemani lampu kecil begini?, apa ga sakit matamu?", bla-bla-bla, etc, en so on... Itulah pertanyaan yang paling nempel ditelingaku hingga saat ini karena terlalu banyak nasehat tentang kesehatan yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Papa, tak banyak bicara namun menyiratkan sejuta makna. Papa.. ku tau kau sedih. Tapi jangan pernah khawatir, bukankah kau mendidik anak-anakmu menjadi tangguh? Setangguh burung yang terbang di angkasa. Insya Allah.. anakmu akan baik-baik saja, karena ada DIA yang selalu menjaganya :).
Ada sebuah tempat tidur cukup luas disana. Sebuah bupet, tempatku menyusun buku-buku favoritku. Di seberang tempat tidur itu, ada sebuah lemari tua bercermin bening. Disana aku sering melihat bayanganku, dengan seribu raut yang kadang aneh, lucu, lugu, narsis, hingga miris. Kini, Januari 2010, tiga bulan sudah berlalu sejak kedatangan kedua orang tuaku. Sejak "protes" lampu keluar dari mulut bunda tersayangku. Ku lihat sinar temaram lampu ruanganku. Cahayanya makin redup saja. Entah kapan akan berganti dengan lampu yang baru, yang lebih terang. Menunggu bu kos menggantinya ketika lampu itu putus dengan sendirinya..? atau.. membeli sendiri?. Entahlah, aku enggan memperhatikan lampu yang sering membuatku tersenyum itu. lampu "protes" mamaku. Protes yang menunjukkan rasa kasihnya. Kasih sayangnya yang selalu ku rindu. Mama.. Papa.. jangan pernah khawatir, karena temaram sinar lampu ruanganku tak kan pernah meredupkan sinar di hatiku. Insya Allah.. Amiin..