Tuesday, September 21, 2010

“Maka Nikmat Tuhan kamu Manakah yang kamu Dustakan?”.

Alhamdulillah wa syukurillah, bersyukur padaMu ya Allah..
Kau jadikan, kami saudara.. indah dalam kebersamaan
(Opick – Alhamdulillah)
Teruntuk: Sahabat-sahabatku di Bahumas DPW PKS Sumsel dan generasi penerus risalah.

Alhamdulillah.. rasa syukur dan pekik takbir sepertinya tidak cukup untuk membalas segala kenikmatan yang pernah Allah berikan kepada saya karena saya pernah mengecap bagaimana rasanya menjadi “siswa” di BAHUMAS DPW PKS (Badan Humas Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera) Sumatera Selatan meski hanya seumur jagung. Saya menyebut diri saya siswa karena bagi saya saat bergabung di sebuah organisasi dan diamanahi sebuah tugas, saya mengondisikan diri seperti siswa yang sedang belajar disana. Pertimbangannya adalah ilmu dan pengalaman apa yang bisa saya peroleh dari sana dengan tetap memberikan kontribusi terbaik yang bisa saya lakukan semampu saya.

Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang semuanya memberi manfaat serta kebaikan bagi saya pribadi sejak awal bergabung di BAHUMAS meski dalam menjalankan amanah tersebut dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan, terkadang saya masih belum bisa mempersembahkan yang terbaik. Tapi, Subhanallah.. bagi saya, bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel merupakan berkah yang tiada terkira karena begitu banyak kebaikan yang saya peroleh dari sana. Pengalaman yang menambah wawasan, kemampuan berorganisasi dan keilmuan, mengasah kemampuan menulis terutama menulis berita, mengenal elemen-elemen dakwah yang lebih luas melalui kepartaian, mengenal begitu besarnya arti perjuangan dan pengorbanan di jalan dakwah terutama rekan ikhwah yang bekerja di DPW (saya menyaksikan sendiri ada rekan ikhwah yang pergi pagi pulang pagi lagi ketika menjalankan amanah di DPW sehingga DPW ibarat rumah kedua bagi mereka bahkan sampai ada yang jatuh pingsan atau sakit dalam menjalankan amanah lantaran tidak ingin meninggalkan amanah yang belum selesai), dan masih banyak lagi hal positif lainnya yang saya peroleh saat bergabung di BAHUMAS. Namun yang paling utama di balik itu semua satu hal yang sangat saya syukuri hingga saat ini adalah mendapat teman-teman yang baik dan tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata, karena walau pun sudah lama saya mengundurkan diri dari Bahumas, hampir semua rekan Bahumas tetap menjaga silaturrahim. Bahkan jika saya pulang ke Palembang, (setelah keluar dari Bahumas saya langsung hijrah ke Jakarta dan bekerja disana), rekan-rekan Bahumas selalu mengadakan silaturrahim dan mengajak semua anggota Bahumas baik yang lama maupun baru. Bagi saya mereka semua adalah inspirator-inspirator muda yang rela mengemban tugas tanpa pamrih, tanpa imbalan harta mau pun jasa, bahkan terkadang merekalah yang berkorban, harta, tenaga, fikiran, dan waktu mereka untuk dakwah ini. Mereka semua adalah rekan-rekan yang pernah bergabung di BAHUMAS dan mereka adalah saudara-saudara terbaik yang pernah saya miliki.

Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang BAHUMAS, karena umur saya di BAHUMAS sendiri hanya sebentar. Bergabungnya saya di BAHUMAS, mungkin lebih tepat karena ketidaksengajaan. Ya.. waktu itu Desember 2006, Etha (Elitha Aprilucilla), salah satu rekan se-DPC dengan saya (DPC Kemuning), memperkenalkan saya dengan Ari Oktarudi ketika DPRa PKS Sekip Jaya mengadakan raker di Ruang Fraksi PKS Gedung DPRD Prop. Sumsel. Kebetulan kita bertiga sama-sama satu DPC. Saat itu seingat saya (maaf ya kalau ingatan saya salah, maklum.. udah banyak lupa, hehe..) Etha mengatakan kepada Ari, “ini mbak Fithri yang Etha ceritain itu kak”. Cerita punya cerita ternyata saya mau direkrut untuk kegiatan PKS Expo Januari 2007 yang selanjutnya akan diamanahi sebagai staff BAHUMAS DPW PKS Sumsel. Kemudian setelah pertemuan Desember 2006 itu, kami bertemu kembali di kegiatan PKS Muharram Expo Januari 2007. Saat itu saya tidak begitu “ngeh” dengan amanah-amanah di acara PKS Expo, yang saya tahu tugas saya dari nametake kepanitiaan yang diberikan kepada saya tertulis nama dan bidang yang saya pegang, yaitu divisi media yang kemudian berlanjut membantu tim media membuat berita terkait kegiatan PKS Muharram Expo selama kurang lebih satu minggu kemudian meng-upload berita tersebut ke website PKS Sumsel. Bergantian saya, Etha, Ari, Almu, Kiki, Qory yang saat itu bergabung di kepanitiaan menjaga posko/stan DPW PKS Sumsel. Begitulah sekelumit sejarah awal bergabung di BAHUMAS DPW PKS Sumsel.

Saat itu saya juga diperkenalkan dengan Kak Irwan. Jujur, pada awalnya saya tidak tahu Kak Irwan itu jabatannya apa di struktur partai dan di kepanitiaan PKS Expo. Yang saya tahu cuma, beliau dan istrinya punya stan sendiri di depan GOR Palembang tempat diadakannya acara PKS Expo dan berjualan macam-macam barang mulai dari baju, perlengkapan RT, atribut-atribut partai, dll karena Etha sering mengajak saya mampir kesana untuk sekedar melihat-lihat atau melaporkan hasil kerja kita kepada Kak Irwan. Saat itu saya sekedar mereka-reka saja, sepertinya nih orang atasan kita-kita yang jadi panitia dan jagain stan DPW PKS. Laah.. gimana bisa tahu?, wong kenalnya aja baru di acara PKS Expo 2007 tersebut (maklum.. Kak Irwan ga ngetop kali untuk urusan penokohan, beliau sepertinya bekerja di belakang panggung, upz.. ‘afwan jiddan kak.. this is a joke, jangan kesungging yah.. hehe). Kesan pertama kenal Kak Irwan, nih kakak kayaknya jaim banget. Klo ketemu ga ada remeh-temehnya tuh. Eeeh.. teryata setelah saya bergabung di Bahumas dan sering mampir ke DPW, pemikiran saya tentang Kak Irwan berubah karena ternyata Kak Irwan tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Beliau sama seperti ikhwah Bahumas yang lain, baik dan ramah.

Kesan pertama bergabung di DPW, rada-rada menakutkan. Ada rasa sungkan dan ga PD, terus terang saja, sedikit minder. DPW boo’..!, sarangnya para petinggi partai. Orang-orang yang berkecimpung didalamnya pastilah orang-orang pilihan. Dalam gambaran saya waktu itu, pastilah orang-orang yang bekerja di DPW itu sholih/sholihah, cerdas, wawasannya luas, kalangan murobbi/murobbiyah, pinter bersosialisasi (secara.. mau memasarkan partai, klo ga pinter-pinter bersosialisasi dengan berbagai kalangan, gimana dakwah partai bisa diterima masyarakat..?), pengalaman organisasinya pasti banyak dan keren-keren, sedangkan saya... seorang Fithri Ariani, yang termasuk aktivis kelas teri. Malah saya merasa bukan aktivis, saya cuma numpang menuntut ilmu di liqo-liqo pekanan di gerbong panjang Tarbiyah. Sangat beruntung bila saya cukup disebut sebagai penggembira saja di ranah dakwah. Makanya, meski sudah dihubungi Etha dan Ari sejak lepas dari kepanitiaan PKS Expo Januari 2007, saya masih merasa sungkan datang ke DPW, maluu.. Alhasil saya baru datang ke DPW sekitar bulan April. Tiga bulan setelah PKS Expo 2007. Tapi saya punya alasan syar’i, saat itu saya sedang mengejar deadline menyelesaikan skripsi dan wisuda. Alhamdulillaah.. memang akhirnya, saya diwisuda ketika sedang aktif-aktifnya di BAHUMAS. Ini salah satu berkah bergabungnya saya di BAHUMAS, wisuda. Laah.. apa hubungannya..?!.

Awal bergabung di Bahumas, kita hanya berlima, Ari, Almu, Etha, saya, dan Nelen di bawah pengawasan Kak Irwan. Ari membawahi divisi website, Almu membawahi divisi media dengan Etha dan saya sebagai stafnya, sedangkan Nelen membawahi divisi pindat (pengarsipan data). Seingat saya (maaf lagi ya.. klo ingatan saya salah, coz banyak lupanya dari pada ingatnya), dulu namanya bukan Bahumas, melainkan Tim Media. Saat itu sekitar awal sampai pertengahan 2007, ruang lingkup kerja Bahumas tidak sebanyak tahun 2008/2009 ketika agenda PEMILU semakin padat. Sederhana saja, pengarsipan data (mengumpulkan info-info yang berkaitan dengan PKS dari media masa kemudian mengarsipkannya dalam satu file khusus), meliput berita kegiatan PKS, menulis berita kegiatan PKS dan meng-up-load-nya ke website PKS, menjaga pencitraan PKS melalui media masa dan internet (website PKS Sumsel), menyiapkan buletin bulanan Info PKS, menjadi panitia di kegiatan-kegiatan partai, dan mengawasi website PKS. Cukup simpel dan bisa kami kerjakan berlima. Kemudian ketika kegiatan Pemilu semakin padat menuntut untuk pengembangan bidang sehingga ditambahlah beberapa divisi dan anggota lagi. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Bahumas yang mendekati perfect.

Bulan Agustus direncanakan akan dibuat struktur baku Bahumas yang ditetapkan dengan SK DPW. Saat itu, Kak Saiful Fadli (klo yang ini saya tidak asing lagi, karena dulu saya sempat bergabung di KAMMI waktu jaman masih aktif-aktifnya di kampus. Beliau sering diundang mengisi materi) tiba-tiba nongol menjadi Ketua Bahumas, Kak Irwan malah sekretarisnya. Saya ga begitu mengerti gimana sejarahnya. Yang pasti sebagai staf, kita harus sami’na wa ‘atho’na saja karena pastilah orang-orang atas sudah mempertimbangkannya. Belakangan, baru saya mengerti mengapa Kak Saiful yang menjadi Ketua Bahumas. Bulan September, Nelen mulai sibuk dengan skripsinya dan kemudian mengundurkan diri. Bulan Oktober 2007 bergabung kembali Kiki dan Qory, adik-adik yang pernah menjadi panitia di PKS Muharram Expo 2007. Kiki menggantikan Nelen di pindat, sedangkan Qory menjadi bendahara Bahumas. Floren (Yeyen 1), sahabat Etha juga turut direkrut membantu kami di divisi media karena saat itu peran divisi media cukup banyak terutama dalam menyusun buletin bulanan INFO PKS. Kemudian bulan Novembernya kita kedatangan tamu istimewa yang bergabung, seorang akhwat yang punya banyak skill, cantik, sholihah, dan cerdas, Hernita Sari. Beliau inilah yang kita (saya dan Etha) harapkan (secara diam-diam) untuk melanjutkan tonggak perjuangan di Bahumas karena setelah lulus kuliah tuntutan orang tua kami untuk bekerja sangat tinggi menuntut kami pula untuk mulai berfikir mencari penerus (jangan marah ya dek Niiit.. ^^v). Bulan Desember bergabung Reni Triasari dan Evie Susanti yang memegang divisi Kasrat (Kajian Strategis). Bulan Januari bergabung lagi Kak Anton DC yang mengetuai divisi Pindat bersama Kiki sebagai stafnya.

Berhubung saya di tim media, saya ngertinya ya tim ini. Ngertinya cuma sedikit pula. Maklum, Belum berpengalaman, hehe.. Waktu itu sekitar bulan Juli 2007 kita tim media ditinggalkan rapat bertiga. Almu, Etha, dan saya. Seperti biasa, Etha dan saya sibuk menggunting artikel-artikel yang ada PKSnya di koran-koran. Sambil ngobrol-ngobrol, Almu bertanya kira-kira nama buletinnya apa dan pake slogan yang menarik. Almu menjelaskan beberapa nama alternatif, saat itu seingat saya dari hasil diskusi dengan Kak Irwan ada beberapa nama yang diajukan diantaranya INFO Keadilan dan INFO PKS. Kita tinggal memilih salah satu diantaranya. Saat itu disepakati nama buletinnya INFO PKS, namun slogannya belum ada. Tanpa sadar saya nyeletuk pelan, “INFO PKS, Semakin dekat, Semakin Merakyat”. Etha ternyata mendengar suara saya dan memperbaiki slogannya menjadi Makin Dekat Makin Merakyat. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya slogan itu dipakai untuk buletin INFO PKS yang terbit setiap bulan waktu jaman Pemilu.

Banyak sekali kenangan-kenangan indah selama bergabung di Bahumas yang tak bisa saya tuliskan satu per satu disini dari yang aneh, lucu, miris, dan lain-lain tapi bolehlah saya bagi sedikit. Diantaranya, Etha pernah nangis gara-gara mencari-cari nasi bungkus untuk buka puasa simpatisan yang sudah capek-capek datang tapi tidak kebagian pada kegiatan Deklarasi dukungan pada Syahrial Oesman. Padahal waktu itu kita melihat nasi bungkus masih ada satu kotak besar disimpan oleh salah satu koordinator panitia. Kita hanya meminta beberapa bungkus saja untuk simpatisan, tapi tidak diberi. Saya kesal sekali sama orang itu, mana pake ngomong agak keras ke kita, “ini nasi khusus untuk panitia”. Akhirnya saya cuma bisa berusaha menenangkan Etha yang sudah berlinangan air mata, “mbaak.. kito tuh Cuma nak ngasih mereka yang la capek-capek datang, kasihaan mbak.. mada’i minta berapo bungkus bae lagi dak boleh, padahal tanpa mereka apolah arti gawe kito”, ujar Etha saat itu.
Lain lagi ceritanya dengan Ari, klo yang ini rada-rada nganeh tapi lucu, lumayan buat hiburan kita-kita, hehe. Ketika saya dan Etha sedang asyik menggunting artikel dari koran, tiba-tiba dia mengeluarkan penggaris panjang. Di Humas perlengkapan ATKnya lengkap. Ada sebuah penggaris stainless stell berukuran 100 cm yang sering kita gunakan. Kalo ada yang hilang, paling Reni Amatullah (staf keuangan DPW) samo KakCek yang diteriaki Ari. Saat itu Ari dalam posisi berdiri disamping meja, lalu mengeluarkan penggaris tersebut dan mengangkatnya ke atas bergaya mirip tokoh kartun yang tidak saya kenal, kata Etha namanya Himmura. “Chiaaat.. chiaaat..”, ujar Ari menirukan gaya seorang pemain samurai. Heheh.. nganeh budak sikok ini. Selain itu, Ari juga pernah pingsan atau mimisan yah, lupa.. di DPW saking kecapean ngerjain sejibun amanah. Pernah juga luka tangannya kena cutter. Satu lagi.. miris, ceritanya Nit, Ari hampir di D.O gara-gara skripsinya terbengkalai demi ngurusi dakwah. Ckck.. Tapi Alhamdulillah akhirnya skripsi Ari kelar dan hebatnya lagi, dia yang jadi pelopor pertama “pecah telok” di Bahumas alias nikah duluan dan diwisuda setelah menikah. Cie.. cie.. yang foto wisudanya sudah gaet istri.. cuiit.. cuiit.. saluth to Ari d^_^b

Almu, tak banyak hal aneh yang terekam dari ingatan saya tentang Almu. Anaknya pendiam Tapi ternyata ga jauh beda sama kita-kita anak humas yang laen. Ga terlalu banyak cincong dan pemurah, karena paling sering mentraktir kita-kita, heheh. Semoga rezekinya makin banyak dan berkah yaa.. aamiin.

Qory dan Kiki, ibarat kakak dan adek. Kompak banget, “mbak, kami ni samo-samo wong minang”, ujar mereka. Hal yang lucu dari mereka yaitu kadang-kadang ikhwah humas sering salah manggil dan manggilnya kebalik-balik. Manggil Kiki Qory, manggil Qory Kiki. Kiki ini anaknya masih imuuuuuut banget, tapi semangatnya jangan ditanya. Satu hal lagi, manjanyoooooo... minta ampun, tapi dia jadi adik kesayangan kita-kita dan sering jadi objek penderita karena sering dijahili kakak-mbaknya di humas. hihihi. Maafkan kami ya dek... ^^v.

Floren, tak banyak yang saya simpan tentang Floren karena kami bekerja sama di bahumas cuma sebentar. Tapi kepiawaiannya dalam menulis patut diperhitungkan. Saya terkagum-kagum dengan salah satu tulisannya tentang tausiyah Ust. Mahfudz Siddiq ketika acara dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi di Novotel Palembang.
Reni dan Kak Anton masuk diwaktu yang hampir bersamaan. Kami bertemu di kepanitiaan Pelikan dan Konsolidasi Aleg se-Sumsel di hotel Sandjaja. Reni, sudah tidak asing bagi saya karena kita sering ketemu di aksi-aksi KAMMI. Biasanya saya liat Reni itu klo aksi di luar barisan, maklum.. dia anak KAMDA yang mengkoordinir komisariat kampus klo aksi. Selain itu juga, yang sangat terekam dalam ingatan saya tapi Reni sepertinya sudah lupa, kita pernah sholat berimaman berdua ketika kegiatan AB 2 KAMMI di Mata Merah. Kak Anton, kenalnya cuma sebentar, tapi belakangan beliau ini yang sering mengkoordinir anak-anak Humas klo mau ngadain silaturrahim. Kato dek Kiki, Kak Anton tuh Kepala Pecongnyo Bahumas. Kita juga sering membahas tulisan karena beliau ini bekerja sebagai tim media di DSIM, salah satu badan amil zakat independent di Palembang. Sampai sekarang, klo saya nulis sering minta editin sama beliau ini nih, gara-gara beliau sendiri yang menawarkan diri untuk mengedit tulisan-tulisan saya yang amburadul asal nulis, hehe. Beliau juga pernah memasukan salah satu tulisan saya tentang kenangan hidup selama tinggal di Belitung di majalah DSIM. Saya ga pernah kefikiran untuk memasukan, mengirim, atau mengikuti lomba menulis karena bagi saya menulis itu adalah ketika saya sudah tidak bisa mengekspresikan diri atau berbicara lagi saking kelunya lidah ini tentang suatu hal yang saya alami sehingga cukuplah saya tulis saja. Ya.. bagi saya menulis itu ya menulis saja, tulis apa yang ada dalam hati dan fikiran. Tapi kok ada ya, yang mau memasukan tulisan saya ke majalah?, batin saya bertanya saat itu. Padahal tulisan-tulisan saya kan jelek. Anyway.. Syukron ya bro.. sudah berbaik hati mau membantu ngeditin tulisan-tulisan amburadulku 

Salah satu pengorbanan rekan Bahumas adalah banyak diantara kami yang telat lulus kuliah. Saya sendiri menyadari ada penyesalan dalam diri, mengapa tidak dari dulu saya fokus menyelesaikan skripsi padahal setelah saya jalani dengan sangat fokus dan tidak bermalas-malasan, skripsi saya selesai dalam waktu tiga bulan saja. Jikalau saya tahu cukup tiga bulan saja merampungkan skripsi, pastilah saya sudah fokus mengerjakannya sejak semester sembilan dan tak perlu diwisuda di semester 12. Qqq.. sebenarnya malu saya menyebut hal ini. Maaf.. bukan karena ingin menyalahkan sejibun amanah yang kami pegang, tapi karena kami sendirilah yang kurang pandai me-manage diri. Mohon maaf ya semuanya klo ada yang kesungging. Buat yang belum lulus, jangan sia-siakan waktumu kawan. Selesaikanlah skripsimu seoptimal mungkin. Jangan sampai amanah dakwah menjadi alasan kita telat lulus kuliah. Intinya hanya satu kata, Fokus. Tidak apa-apa melepas sebagian amanah dan mentransfernya sementara waktu ke yang lain agar bisa fokus menyelesaikan skripsi. Nanti klo sudah selesai kan bisa balik lagi ke amanah sebelumnya.

Banyak nama-nama yang tidak bisa saya jabarkan disini, diantaranya Ade Andriyani yang pernah bergabung di tim website, Didit, Yeyen Santi, Rahmat Adinugroho, Ayat Sudrajat, Teddy, dan mungkin nama-nama lain yang pernah bergabung di Bahumas setelah saya keluar. Diantara nama-nama tersebut pun cuma Ade, Didit dan Yeyen yang saya tahu.

Banyak sekali kegiatan Bahumas yang berkesan bagi saya sehingga tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Yang saya ingat diawali dari kepanitiaan PKS Muharram Expo 2007, kemudian deklarasi dukungan kepada Syahrial Oesman untuk menjadi Gubernur Sumsel 2008 – 2013, Tausiyah Ramadhan Ust. Hidayat Nur Wahid, Pelatihan Kehumasan dan Konsolidasi Aleg PKS Sumatera Selatan, dukungan PKS kepada Sarimuda – Iqbal Romzi, dan lain sebagainya. Untung saya sudah banyak lupa. Kalau ngga, bakalan tambah panjang ini tulisan dan sponsor ngomel di belakang, “udah ngumpulnyo telat, tulisannyo panjang pulo”, hehe.. ’afwaan deek.. be-kidding bae..

Februari 2008 saya mengundurkan diri dari Bahumas. Sedih sekali rasanya, karena sudah banyak sekali pelajaran yang saya peroleh selama bergabung disana. Sebenarnya saya masih merasa kurang, namun saat itu saya tidak punya pilihan lain karena tuntutan orang tua untuk bekerja sangat tinggi sekali selain itu juga karena dari lamaran kerja yang saya kirimkan, lebih banyak dipanggil di luar Palembang dari pada di Palembang sendiri. Tapi saya tetap berhusnudzhon, insyaAllah dakwah bisa dilakukan dimana saja.

Kalaulah mau saya ceritakan semua kenangan saya di BAHUMAS, pastilah tidak cukup lembar kertasnya, karena saya sudah dipeseni sponsor “mbaak.. nulisnyo jangan panjang-panjang”, hehe.. (sumputaan, gek dikejer Indah). Cuma ada beberapa pengalaman berkesan yang saya dapat selama bergabung di Bahumas yaitu mewawancarai beberapa tokoh partai dari tingkat Propinsi Sumsel sendiri sampai tingkat nasional. Diantaranya pernah membuat artikel wawancara dan biografi singkat Ust. Iqbal Romzi (ketua MPW PKS Sumsel), menulis wawancara dengan Ust. Mustafa Kamal, Ust. Imam Mansur yang saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Syuro PKS Sumsel, membuat artikel ramadhan dan tausiyah Ust. Hidayat Nur Wahid, dan menulis banyak artikel terkait kegiatan-kegiatan PKS. Hal ini sangat saya syukuri dan menjadi pengalaman yang membahagiakan manakala saya bisa menuliskan sebuah tulisan yang bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang serta membawa kebaikan bagi mereka. Banyak diantara tulisan-tulisan saya tersebut masuk ke beberapa website PKS dari website PKS Pusat hingga tingkat propinsi selain Sumatera Selatan.

Satu hal lagi yang berkesan dari Bahumas adalah kerja tim yang solid dalam setiap event kegiatan yang kita ikuti. Rekan-rekan Bahumas bekerja dengan sangat rapi dan kompak meskipun kami sadari masih banyak kekurangan disana-sini, tapi minimal kami sudah berusaha memberikan yang terbaik. Ya nggak guys...?. Ya Allah.. semoga apa yang pernah kami lakukan di Bahumas bernilai ibadah disisi-Mu dan menjadi pahala pemberat amal kebaikan kami di akhirat kelak. Aamin Ya Allaah..

Kawan.. bersama kita mengukir bait sejarah di mimbar perjuangan. Merenda hari demi hari dalam dekap erat ukhuwah. Lembar demi lembarnya kita tulis bersama, dengan tinta mahabbatullah dan pengorbanan.

Kawan.. Jalinan ukhuwah kita tidaklah sama dengan persahabatan yang kita kenal umumnya, karena aqidahlah yang mempersatukan hati-hati kita, kesamaan visi, misi, fikroh tentang dakwah dan risalah Rosulullah.

Kawan.. berbilang waktu telah berlalu, dan kita menulisnya bersama dalam sebuah buku perjuangan. Bagiku, masing-masing kita adalah permata, adalah nash yang berselimutkan cahaya, adalah jiwa-jiwa muda dengan semangat menggelora, adalah inspirator-inspirator yang kan terus menggoreskan pena di tangan-tangan pembelajar sejati....

Kawan.. banyak waktu kita lalui dengan tema, konsep, dan kerja. Ada yang mengenal pergi pagi, pulang menjelang pagi lagi ketika jelang pilkada. Ada yang rangkap-rangkap amanah, ada yang telat lulus kuliah, ada yang pingsan karena mengejar target menyelesaikan amanah dakwah, ada yang renggang hubungan dengan orang tuanya karena setelah lulus lebih memilih dakwah dari pada mencari kerja sesuai latar belakang akademisnya. Beragam kisah tentang para Aktivis Dakwah. Ku rekam baik-baik dalam memori. Hari demi hari, kita kian mengenal. Semua meninggalkan kesan.

Kita.. mengukir sejarah dalam mimbar harokah, kita.. melukis indah warna-warni dakwah. Kita dan cerita tentang ukhuwah, perjuangan, pengorbanan, dan kepribadian. Kita.. brtemu dan berpisah karena Allah. Ada cerita tentang aku dan Bahumas, dan kita bersama saat dulu kala. Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka, saat kita tertawa.. (Semua Tentang Kita, sing peter Pan Song).

Setiap perjuangan menuntut pengorbanan. “It such beautiful ways”, semua harus dipahami sebagai realitas dakwah. Realitas yang mendorong para penyeru kebenaran untuk bangkit dan berbuat melakukan perbaikan di setiap lini kehidupan. Semoga kita bisa merealisasikannya. Aamiin Ya Robbal’aalamiin.. Terakhir, mohon maaf lahir dan bathin jika dari tulisan ini ada yang kurang berkenan, mumpung masih lebaran.. Taqobbalallahu minna waminkum, Taqobbal ya Kariim.. ^_^

Wednesday, September 15, 2010

Hikmah 3

Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika perhatian memberikan pemahaman mendalam tentang sang kekasih, maka penumbuhan berarti melakukan tindakan-tindakan nyata untuk m

Selengkapnya Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.

Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.


dapatkan ilmunya sebelum hari itu tiba