Thursday, October 30, 2008

Met Milad Buat Kakakku

29 Oktober 2008
Langit nampak cerah, awan berarak indah. Ku laju kuda besiku memasuki gerbang sekolah tercinta perlahan. Masih ku lihat kurcaci-kurcaci kecil itu berlarian kesana kemari. Lucu!. Ada yang bersiap dalam barisan, ada yang sibuk bermain-main, ada yang masih duduk-duduk di koridor kelas masing-masing. Semua masih tetap sama. Senyum sumringah menyambutku disana-sini. Ada yang menyapa, ada yang diam, ada yang melihat dari kejauhan. Ku coba mereka-reka, apa yang istimewa di hari ini ya?. Hm...

Ku ayunkan kaki menuju sebuah ruangan mungil di sudut gedung C sekolah. Rutinitas setiap pagi setibanya di sekolah. Absen euy. Sembari ku langkahkan kaki menuju kelas 1 langit tempatku berteduh (Ciee... hujan kaleee'). Ku coba kembali mengingat-ingat, apa yang istimewa hari ini..? Astaghfirullah.. aku lupa salah satu hari istimewa. Ck.. Ck.. Fit.. Fit.. masih muda udah pelupa! Emang! hehehe...

Pagi ini, 29 Oktober 2008...
Seorang hamba Allah dalam hitungan waktu kembali berkurang usianya. 30 tahun sudah ia arungi bahtera dunia fana. Dalam kesejatian hidup, ia telah menemukan setengah bagian hidupnya. Belahan jiwa (soulmate)
dan generasi penerusnya (Qurrota 'ayun) yang kelak diharapkan bisa menjadi pejuang Islam masa depan. Aamiin...


Met Milad ke-30 buat kakakku tercinta,
Jemy Oktavianto, S.T

Sebagai adik, adek hanya bisa menitipkan Doa dan Cinta
untuk kakak laki-lakiku semata wayang tersayang
Moga sisa usiamu semakin berkah dan selalu diisi dengan hal bermanfaat dan bermakna, bertambah ukiran karyamu yang bermanfaat bagi manusia, segala urusanmu dimudahkan Allah, semakin sholih, semakin dicintai ALLAH serta penduduk langit & bumi, keluarga kecil yang telah kau bangun semakin bertabur berkah Allah :x
Pokoknya i wish u all the best.
Aamiiiinnnn...

Luv u coz Allah and Allah luv u too bro! ^_*
sukses dunia dan akhirat ya
Aamiiiinnnn...



Buat Kakakku,
do'ain adek moga bisa jadi satpam yang baik di villa 5.
Kapan nih kita pindah?!? ditunggu generasi keduanya ^_^

Tuesday, October 28, 2008

Sang Kurcaci Cinta

Ini sebuah cerita kisah nyata tentang seorang anak manusia yang sedang mencari cinta sejati. Cerita ini bukan seperti cerita dalam "30 Hari Mencari Cinta". Namun cerita perjuangan seorang anak manusia di sebuah kota yang damai dan permai. Kota yang penuh dengan kebahagiaan. Ya.. Sengaja ku beri judul "Sang Kurcaci Cinta" karena memang yang mengalami mirip kurcaci, imut dan menggemaskan, begitulah orang-orang menilainya hehehe... Karakter kurcaci sebenarnya baik hati, cukup tampan, dan disenangi banyak orang. Tapi sayang, agak berlebihan dan kurang percaya diri. hm.. hm.. hm.. sayang ya..

Sang kurcaci hendak mencari cinderela. Segala daya dan upaya ia kerahkan tuk meraih cinderela hatinya. Ibarat kumbang yang sedang mencari tempat mengemas madunya, sang kurcaci sibuk menebar pesona berharap ada cinderela yang mau padanya. Tak sedikit cinderela yang terpesona dengan ketampanan dan kebaikan sang kurcaci. Bahkan anak-anak dari negeri kurcaci dan ibu-ibu pun juga nge-fans dengan si kurcaci penebar pesona. Oalaah...

Suatu hari, kurcaci melihat seorang cinderela yang menawan hatinya dan akhirnya ia jatuh cinta. Sang kurcaci pun berjuang untuk mendapatkan sang cinderela. Berbagai upaya ia lakukan, bahkan sejak pertama melihat sang cinderela ia langsung berusaha mengutarakan isi hatinya. oh my God...!

Bukannya malah senang, sang cinderela malah takut dibuatnya. Ya, ternyata cinderela belum siap dan ia sedikit kaget dengan keberanian si kurcaci. Menurutnya, si kurcaci terlalu terburu-buru. Ck.. Ck.. Ck.. emang.

Akhirnya cinderela mencari cara untuk menutup jalan si kurcaci. Sang kurcaci pun menyadarinya lalu mulai menata kembali hatinya. Setiap bertemu cinderela ia nampak salah tingkah dan malu. Bahkan tak jarang nampak seperti anak kecil yang hendak lepas jantungnya. Dag.. dig.. dug... dueeer... hehehe...

Kurcaci pun akhirnya mundur perlahan. Ia merasa tak layak bersanding dengan cinderela. Menurutnya ia bukanlah siapa-siapa untuk cinderela. Padahal cinderela merasa biasa saja. Malah menurutnya, kurcaci memiliki banyak potensi yang bisa berguna untuk kerajaannya. Ya, kurcaci tak percaya diri. Oalaah melownya..


To be continued


Yup... cerita ini masih bersambung, entah bagaimana endingnya.
Semoga saja berakhir dengan happy ending tanpa ada yang terluka.
Ah.. kurcaci - kurcaci... biasa aja kaleee'... ^_^

Terjebak Hujan










Hujan..
Hujan..
Aku terjebak hujan
Ya Allah.. tolong hentikan hujannya
hamba ingin pulang..

Waktu di layar komputer sudah menunjukkan pukul 17.33. Sudah hampir 3 jam aku terjebak di warnet ini untuk cek email & message di FS. Peluh keringat mulai membasahi, karena ACnya ga nyala kayaknya. Panas.. Ffiiuhh... Ku lepas pandang keluar. Nampaknya hujan tak jua hendak berhenti. Ku sadari, perut sudah mulai bernyanyi-nyanyi. Kriuk.. kriuk.. Ya Robbi... Aku lapar... Suasana seperti ini memang membuat perut jadi lapar.

Hm.. hm.. mulai ku rancang rencana sesampai di rumah nanti. Makan. Ya, makan untuk mengisi energi yang sudah terkuras seharian. Ku bayangkan sepiring nasi hangat dan sepotong ayam sabana yang masih hangat. Lengkap dengan tumisan kangkung yang sudah ku potong pagi tadi. Waaa... berarti nanti pulang harus numis kangkung dulu dong. Hehehe...

Seketika teringat suasana rumah di Palembang. Kolam ikan di depan rumah. Ya, jika hari hujan aku paling suka memandang gemericik air yang jatuh ke kolam ikan di depan rumah. Tis tis tis... tes teretes terets... Brrr.. brrr... brrr.... Suasana hujan, aku suka. Mama.. Papa.. Ah.. aku kangen mereka semua. Rasanya tak sabar ingin segera pulang dan meluapkan kerinduan. Nha loh..?!? kok jadi melow gini ya'???


Kyyyaaaaa................. hujannya makin deraaaaaaassss... brrr.. brrr.. brrr.....

Tuesday, October 21, 2008

Sujudku 7

Sanubari Cinta di Taman Tarbiyah

Akan kemana ku bawa ruh ini
dengan semangat dan sisa nafas tersisa
beriring debur gelombang dan cinta di hati
dakwah ini akan tetap merekah di jiwa


Perjalanan ini belumlah jauh
Pengalaman ini teramat sedikit
Bekal ilmu pun masih sangatlah minim
Namun cintaku pada Allah, Rosulullah, Jihad di jalan-Nya
Tarbiyah dan ikhwah..
Tak kan usai hingga hela nafas terakhir
Ya Allah....... istiqomahkanlah hamba.
Aamiin..


- Fithri Ariani -

Tarbiyah.. jika ku ingat satu kata ini, bergetarlah sanubari. Selongsong jiwa yang merindukan damainya jiwa, kuatnya ukhuwah, dan dalamnya cinta. Begitu berartinya tarbiyah bagi diri. Karena dengannya telah banyak perubahan terjadi, bukan hanya pada diri pribadi, tapi bagi setiap orang yang pernah menikmati indahnya taman ilmu tarbiyah dan mereka yang turut bersimpati dengan dakwah tarbiyah. Tarbiyah bernuansa semangat dan perjuangan. Setiap perjuangan akan menuntut adanya pengorbanan. Namun pengorbanan untuk tarbiyah, bagi semua ikhwahnya telah membawa cinta dan damainya jiwa kepada indahnya syurga yang abadi. Karena setiap titik pengorbanan, hanya ridho Allah-lah yang di cari.

Tarbiyah adalah titik perubahan. Tempat manusia menempa diri menjadi pribadi-pribadi muslih. Titik perubahan yang memiliki peranan penting bagi perjalanan hidup manusia. Disana diperkenalkan hakikat diri sebagai hamba, di perbaiki akhlaq, akidah dan ke-Islaman kita. Disana pula bermunculan niat, amal, cita-cita, harapan, perjuangan, pengorbanan yang perlahan menjadi subur bagai pohon yang akarnya dalam menunjang ke dalam tanah. Tarbiyah mengakar ke dalam jiwa para jundi/jundiyahnya, lengkap dengan cita-cita mulianya yang diusung setinggi langit tuk gapai ridho Ilahy. Tarbiyah adalah tempat kita menempa diri dan ladang energi bagi jiwa-jiwa yang kering dan tandus sentuhan cinta Ilahy.

Begitu indah peran tarbiyah. Terutama bagi mereka yang serius dan terus istiqomah mengikuti ritme tarbiyahnya, susah dan senang, suka mau pun duka, mereka yang tetap istiqomah di taman perjuangan tarbiyah adalah orang-orang pilihan Allah. Orang-orang yang dinilai layak berjuang untuk dakwah dan perbaikan umat. Begitu indah tarbiyah mewarnai perjalanan dakwah kaum muslimin. Dengan berbekal semangat dan pemahaman, individu-individu yang telah terdidik dan terberdayakan fikriyah, jasadiyah dan ruhiyahnya di taman tarbiyah, mewujudkan cita-cita mulia, tugas-tugas dan peran dakwah yang dilakukan hanya demi tujuan asasinya, Allah. Dakwah tarbiyah menyeru kepada Allah semata, mendidik manusia menjadi pribadi yang Islamy, dan menyeru kepada yang lain untuk bersatu dalam misi mulia Islam, rahmatan lil 'alamiin.

Layaknya sebuah bangunan, individu muslim adalah batu bata utama dalam pembangunan keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Sebesar apa tarbiyah yang ia peroleh, sedalam apa pemahamannya tentang perjuangan dakwah, sekuat itu pula bangunannya akan terpancang. Dan kini, setelah sekian lama waktu berjalan, kan tetap ku kokohkan hati dan pijakkan kaki ini hanya untuk Tarbiyah. Berjuang bersama untuk kebangkitan dan kemuliaan Islam bersama ikhwah. Tak kan goyah hingga akhir nyawa.




Di sini kami tetap berdiri
Di sini kami tetap berfikir
Di sini kami tetap berjaga
Di sini kami tetap waspada
Di sini kami membuka mata
Di sini kami selalu mencari kesejatian diri


Allang-alang bergerak
Mata kami berputar
Seperti Elang kami melayang
Seperti air kami mengalir
Seperti matahari kami berputar
Seperti gunung kami merenung


Di lingkaran kami berpandangan
Di lingkaran kami memujakan
Kami cinta pada-Mu Ya Allah..


(Lingkaran, "Aku cinta pada-Mu". Sawung Jabo)



Refleksi tarbiyahku. Istiqomah hingga mati...

Thursday, October 16, 2008

Refleksi Usai Romadhon 1429 H


Semoga Allah Senantiasa bersamaku.
Ya Allah... save my soul...


Robb,
perkenankanlah hamba menjadi bagian orang-orang yang beruntung,
berkumpul bersama-sama para Nabi dan kaum yang sholih,
senantiasa mengingat-Mu,
cinta kepada-Mu, roja' dan khouf hanya kepada-Mu
dan terus istiqomah di jalanMu hingga akhir hayatku.

Amiin...


Robbku senantiasa bersamaku. Saat ini, kalimat ini menjadi penguat ruhiyah. Tiada kata yang terucap, selain lafaz-lafaz yang mengagungkan asma-Nya. Rindu yang menderu, setelah romadhon usai dua pekan lalu. Tak terurai dan tertuang jadi kata, meski jiwa ingin mengurai kata. Aku ingin bicara, aku ingin berkata, tentang jiwa-jiwa perindu dan pedamba syurga. Hari demi hari yang berlalu berurai tanya demi tanya. Apa yang ku butuhkan? Apa yang ku harapkan? Siapa yang ku inginkan? Apa yang ingin kulakukan? dan mengapa aku bagai terdampar di telaga asing layaknya pulau tak bertuan?. Nun jauh dari tanah kelahiran, tempatku berjuang, mengkonsep ide-ide perjuangan. Menuangkan segala inspirasi, manajemen, asa dan mimpi dan segala tugas sebagai hamba Allah. Bergerak bersama para ikhwah di jalan dakwah yang mulia. Terhampar amanah yang melimpah bagai tetesan air menyejukkan dahaga.

Hati kecil bertanya, apakah jiwa yang lemah ini masih pantas berharap nikmat romadhon selanjutnya jika banyak amanah dan amaliah yang ku lalaikan? Apakah diri yang dho'if ini masih layak berharap syurga-Nya jika hati terus menjerit dan merintih pedih karena lalaiku mengingat Allah? pujian sanjungan datang bagai prestasi yang membuat diri terlempar dari kemuliaan dan ketawadhu'an. Namun sebaliknya, ruhiyahku melemah. Akhirnya, ku bertanya..

"Siapakah aku?",
"Layakkah aku disebut sebagai pejuang-Mu?"

Sungguh hamba sangat malu pada-Mu...

Inginku kibarkan bendera jihad, seperti kibasan-kibasan pedang para mujahid di medan perang. Ingin ku teriakkan takbir sekeras-kerasnya tanpa henti hingga ruh terpisah dari jasad. Ingin ku berlari memacu kuda dan melibas para pendusta. Inginku hancurkan segala kenistaan yang nampak di depan mata. Ingin ku berjuang menegakkan kuasa-Mu pada keseharian hidup manusia di atas batas- batas syar'iyah. Ingin ku adalah...

Menjadi bahan bakar yang membangunkan mesin-mesin dan motor dakwah,
Menjadi inspirasi bagi para pejuang-pejuang yang tiada henti berkorban demi dakwah,
Menjadi sumber kekuatan tempat berlabuhnya ruhiyah-ruhiyah yang sedang lelah,
Menjadi hujan yang membasahi qolbu yang kering kerontang,
Menjadi semangat tiada tara yang membangunkan ruhiyah sendu senyap terjatuh dalam kefuturan.

Namun saat kulihat diriku. Tersadar dalam diamku. "Siapakah aku?"

Saat ku sadari diri ini telah menjadi lemah. Bagai burung yang terbang kelelahan tak tentu arah. Semangat ini tertahan, namun asa berteriak; "Aku ingin bebas, lepas... kembali kesana dengan semangat tiada tara, dan senyum tersungging karena bahagia atas perjuangan kami semua". Dan terakhir, seandainya diri masih diberi kesempatan untuk menikmati romadhon selanjutnya.. hanya 3 kata yang ingin ku hidupkan kembali dalam keseharianku, bahwa aku ingin.. "Menjadi Tentara Allah..."

Aamiin.. Allahu Akbar!!!


Hari-hari yang kian bertabur perenungan
Robb.. Selamatkanlah hamba.. Aamiin..