Thursday, July 17, 2008

Dakwah Tiada Akhir




Bismillahirrohmanirrohim..

Perjuangan tak kan usai meski cercaan dan hinaan, ujian dari kerikil hingga sebesar batu-batu karang tak kan melunturkan azzam. Kami tetap akan berada disini, istiqomah hingga mati. Di dakwah mulia bersama para pejuang, mujahid dan mujahidah dakwah. Di bawah naungan perlindungan Allah, berjuang bersama untuk kebangkitan dan kejayaan Islam. Bersama setitik harapan, tuk perbaiki diri, keluarga dan bangsa kami, hingga kalimat ilahy menggema di seluruh penjuru bumi. Kuda-kuda para mujahid telah berpacu melaju dan melesat lewati lintasan penuh rintangan. Malaikat-malaikat tlah menjadi saksi bangkitnya para prajurit dan satria dakwah. Maka dakwah ini tak kan usai hingga di sini. Darah daging kami, anak cucu kami, penerus-penerus kami, adalah janji yang kan terbayar untuk membangun Generasi yang hanya berorientasi pada Ilahy. Mari bahu membahu, berjuang bersama untuk kemashlahatan ummat. Majulah dan jayalah PK Sejahtera!!! Allahu Akbar...!!!!!!!!!!


Fithri Ariani, S.T
ex. Staff BAHUMAS DPW PKS Sumsel
(Hidup Untuk Menyembah Allah Semata)

Thursday, July 10, 2008

25 Tahun Perjalanan


Di pendar-pendar sisa usia,
Di tiap detik dan hela nafas tersisa,
Jelang langkah cita, harap dan asa
Dalam perjalanan menuju gerbang akhir
Makhluk-Mu yang dhoif memohon...
Tuk lebih baik dalam menjalani penghambaan


Ketika pagi tiba di 10 Juli 2008, Allah masih membukakan jendela dunia tuk hirup kembali udara yang dengan cuma-cuma, tanpa bayar, tanpa beli, Allah berikan padaku. Ia hiasi hari-hariku dengan warna-warni pelangi. Hingga warna-warni itu memancarkan celupan warna Ilahy. Alhamdulillah... hidayah itu tetap bertahan di qolbu, di jasad, semoga hingga akhir hayat, hingga usia berakhir, diri ini tetap pada jalan Cahaya Islam, pada hidayahNya. Istiqomah hingga akhir masa. Aamiin...

Beruntunglah kita kaum muslim, karena Allah telah mewarnai kita dengan warna-warni yang lembut dan menyejukan, tegas dan menggambarkan kekuatan serta rahmat dan keberkahan.
"Baarokallah untukku..."
Semoga sisa usia menjadi bekal terbaik tuk meniti jalan surgawi, Aamiin...
Pekik Takbir! ALLAHU AKBAR!!! SEMANGAT!!!


Ciangsana, 10 Juli 2008
Di pagi indah ketika 25 tahun perjalanan usia

Saturday, July 05, 2008

Sujudku (6)

Ada senyum terukir
Ada bahagia menyata
Ada harap membumbung
Ada ghiroh menuntun
Ada cinta merunduk
Melengkap sudah…
Satu dalam mahabbah
Terima kasih Ya Allah...

Rabu 3 Juli 2007, menjadi sejarah menyatanya impian. Terukir indah dalam jejak-jejak langkah perjalanan, perjuangan, asa dan segala peluh lelah. Damai mengukir, ketenangan mengalir. Hening dunia menyejuk. Menjawab semua keresahan jiwa selama rentang waktu yang panjang.

Bagai air dingin mengaliri qolbu yang kerontang. Senyuman menjadi penguat dalam setiap titik rintis hujan. Dan pengobat luka saat terjatuh ironi. Karena jalan tak pernah tertutup. Meski waktu yang berlalu tak kan pernah kembali. Semoga semua tak kan pernah menjadi sebuah kesiaan.

Bahagia dan restu ayah bunda menjadi bekal perjalanan. Berharap kedepannya segala karunia menjadi jalan penghantar kebahagiaan ukhrowi. Sebagai pembuka ladang amal sholih, amal jariyyah atas nama ilmu yang tiada akhir manfaatnya. Untuk Generasi Islam selanjutnya, Generasi Robbani. Semoga sisa kekuatan ini menjadi jalan terbuka, untuk menambah jumlah abdi-abdiMu yang setia, serta pasukan-pasukanMu yang satria membela Engkau, Rosul-Mu dan Islam Ya Allah... Megahnya Alam-Mu menjadi saksi setiap bait perjalanan yang terukir di sebuah kitab akhir. Dan hamba yang dho’if, memohon kitab diterima di sebelah kanan. Amiin..

Terima kasih ya Robbi atas segala karunia, di jelang 25 tahun perjalanan usia. Terima kasih ya Robbi yang telah menguatkan jiwa, memberikan selaksa harapan tuk terus berada dalam millah-Mu yang mulia. Terimakasih ya Robbi atas dikabulkannya permohonan hati, di waktu yang ajaib dalam detik-detik yang menghimpit. Di setiap pilihan-pilihan yang Engkau beri. Semoga ini yang terbaik. Harap ridho dan berkah atas segala pilihan-Mu tuk terus istiqomah berjuang mengarungi terjalnya jalan dakwah. Dalam nafas ruhani yang tak kan terputus memuja dan memuji, dalam ketinggian asma-Mu. Terima kasih atas kado terindah.. didiklah hamba menjadi abdi-Mu yang bersyukur. Amiin...


Ya Robbi..
Jangan tinggalkan hamba..
Terangi jalan ini..
Hangatkan jiwa ini..
Tuntunlah langkah ini..
Menuju cinta-MU yang hakiki
Amiin..

Kenangan Terindah 2

(Refleksi Jelang 25 Tahun Perjalanan)

13 Juni 2008

Hari ini Ciangsana tak nampak mendung, namun menjelang shubuh, angin berhembus kencang dan hujan pun turun cukup deras. Setelah sekian lama ku nanti hujan sejak kepindahanku kesini, akhirnya hujan juga. Ku ingat malam kemarin sebelum tidur aku sempat berdo’a meminta hujan pada Allah. Subhanallah.. keesokkan harinya Allah langsung mengabulkannya. Maha Suci Allah, yang mengabulkan setiap do’a. Ya, kebiasaan sebelum tidur adalah berdo’a sembari mengingat-ingat saudara-saudaraku yang pernah menghiasi hidupku, baik dan buruk, sembari memohon ampunanNya atas segala khilaf selama hidupku dan khilaf mereka terhadapku. Agar tidurku jadi lebih tenang, sebab jika aku tidak kembali terjaga keesokkan harinya, kaki ini akan lebih ringan menghadapNya. Masih dalam bed restku, dengan tubuh lemah terbaring di tempat tidur, masih kurasakan getar-getar rindu, rindu kenangan indah hidupku...

Menjelang Kepindahan Kembali ke Palembang
Selama kurang lebih 5 tahun kami tinggal di Kecamatan Tanjung Pandan, Ibu kota Kabupaten Belitung. Kami tinggal di komplek Pemda. Di komplek ini banyak sekali batu-batu gunung. Tersusun rapi di sekitar halaman rumah-rumah. Jalan-jalannya curam dan banyak tanjakkan/tebing yang panjang. Lokasinya masih banyak hutan. Tepat di belakang rumah kami ada sebuah bukit yang masih hijau. Ada jalan setapak di hutan belakang rumah. Jalan ini tembus menuju bukit. Di hutan belakang rumah inilah aku, kakak adikku dan teman-temanku sering bermain-main karena ada sumber mata air dan beberapa kali-kali kecil disana. Kami memancing, berenang dan memanjat pohon, dari pohon-pohon itu teman-temanku sering melompat ke air. Selama tinggal disini aku sekolah naik sepeda. Orang Belitung menyebut sepedaku sepeda keranjang karena didepannya ada keranjang. Sekolahku jauh sekali dari rumah. SD N 16 jaraknya kurang lebih 4 Km. Lumayan jauh untuk anak SD naik sepeda. Hehehe... Setelah masuk SMP 1 Tanjung Pandan, malah tambah jauh lagi. Dari rumah, sekitar 6 km dan masih dengan sepeda dengan jalanan yang curam menanjak.

Tahun 1995 Papa bertugas di Kecamatan Manggar (sejak otonomi daerah tahun 2001, Bangka – Belitung memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Selatan dan Kecamatan Manggar menjadi Kabupaten Belitung Timur). Setahun kemudian Kak Jemy kembali ke Palembang dan kuliah di Pertambangan UNSRI. Sedangkan Yu’ Ren yang saat itu lulus SMP meraih NEM Matematika tertinggi se-Tanjung Pandan melanjutkan sekolah di SMU N 12 Jakarta Timur. Sedangkan aku dan dua adikku, Feby dan Icha, ikut Papa dan Mama pindah tugas ke Kecamatan Manggar. Saat itu aku kelas 2 SMP, Feby kelas 6 SD dan Icha kelas 3 SD.

Di Manggar aku punya seekor kucing, namanya Pinpon. Pinpon kucing yang cerdas, berani dan penurut. Ia akur berteman dengan peliharaan kami yang lain. Pernah suatu hari kami melihat Pinpon membantu angsa mengumpulkan rumput-rumput kering ketika angsa di rumah mau bertelur. Subhanallah... Pinpon juga telaten menjaga rumah sampai anjing tetangga takut padanya. Ia paling tak bisa melihat kecoa, tikus dan hewan-hewan tanah lainnya. Karenanya rumah bebas dari tikus dan kecoa. Pinpon kucing yang unik, ketika aku sedih, Pinpon mendekat dan berputar-putar di kakiku. Seolah mengerti dan ingin menghiburku. ”Ya Allah.. salam rindu untuk Pinpon, pertemukanlah kami kelak di SurgaMu. Amiin..”

Di rumah juga pernah dimasuki tokek yang beberapa hari tinggal di atap rumah. Sehingga saat ia bersuara, rumah menjadi ramai. Kita serumah tertawa dan meniru-niru suara tokek. ”Tokek.. tokek... sini turun, main yuk, ada Mama, ada Papa, ada Yu’ Fit, ada Feby, ada Icha, ada pinpon, ada angsa, ada bangau, ada ayam”. Hehehe... Setelah Masuk ke jenjang SMU, 1,5 tahun masih bersekolah di Belitung, namun pertengahan kelas 2 SMU, orang tuaku memutuskan mutasi ke Palembang. Kami sekeluarga pun pindah. Dengan berat hati ku terima keputusan orangtua setelah 10 tahun lebih ku habiskan masa kanak-kanak hingga remaja di pulau damai nan indah ini, mengingat kondisi Belitung saat itu (setelah pecahnya reformasi dan demo di sana-sini, Mei 1998).

Belitung, Ya.. ku simpan kenangan dalam ingatan, ketika menjelang senja aku dan teman-teman sering berjalan-jalan ke pantai sembari bermain sepeda atau dengan kuda besiku, kami menyisiri bibir pantai, terkadang sambil berlarian mengejar bola-bola rumput jarum yang tersapu ditiup angin, atau sembari mengumpulkan kerang. Tak lupa kami pun membawa bekal. Atau ketika setiap hari ahad, Papa dan Mama mengajak serta aku dan kedua adikku menikmati akhir minggu ke Pantai, kami memancing, memanggang ikan, minum es kelapa muda dan membeli hasil laut dari nelayan yang baru merapatkan kapalnya. Ada kepiting, lopster, cumi, kerang, ikan pari dan berbagai jenis ikan laut. Jika teringat masa-masa itu, rasanya rindu sekali. Ingin ku ulang lagi masa kanak-kanak dan remajaku yang indah, bersahabat dan menyatu dengan alam Belitung yang permai. Melly, Yanti, Aci, Fia, mereka ke-empat teman remajaku. Ya Allah, sampaikan salam rinduku pada mereka, semoga Engkau Lindungi dan Memberkahi setiap langkah kami serta pertemukanlah kembali kami di surga-Mu. Amiin..