Tuesday, March 29, 2011

Senandung Alam (2)



29 Maret 2011

Pagi tersenyum indah. Hujan membasahi bumi seharian, dedaunan dan rerumputan hijau nampak basah tersiram hujan. Embun pagi menyapa, tetes demi tetesnya jatuh ke tanah melalui ujung dedaunan. Subhanallah, indah!. Gambaran hamparan kesucian. Euforia langit menumpahkan curahan rahmat-Nya. Langit masih gelap. Hati berbisik pelan dalam lantunan do'a, "Allahumma shoyyiban naafi’an, Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat. Semoga kebaikan dan keberkahan semakin bertambah. Aamiin..".

Sembari ditemani sholawat Mesut Kurtis - Burdah (Feat Sami Yusuf), Hasbi Rabbi (sami Yusuf), dan 16 Ilahier (Asma ul Husna) yang keluar dari speaker kecil laptop, hati bertasbih memuja muji kebesaran Allah. Menikmati setiap hela nafas dengan tasbih, tahlil, dan takbir. Tak ada kenikmatan selain nikmat senikmat udara pagi yang Allah beri. Ada setitik damai merasuk ke jiwa. Ada sekuncup syukur tak bertepi tersemat di hati. Alhamdulillaah.. Allah masih memberikan nafas bagi hamba-Nya yang dho'if ini untuk mengarungi kehidupan kembali. Mengisinya dengan ibadah dan amal kebaikan. "Alhamdulillaah.. terima kasih Ya Allaah, Engkau telah mengembalikan jiwaku yang hilang". Kembali menjadi Fithri Ariani yang dulu, sosok yang selalu ku rindu.

Masih di bilangan Villa Nusa Indah 5. Tempat pertama ku menjejakkan kaki di Ciangsana Bogor. 3 tahun lalu, Desember 2007, ketika pertama kali menetap di Villa 5, tempat ini masih begitu sepi. Hutan dan semak masih tersebar merata. Sungai alami di belakangnya dengan air terjun setinggi kurang lebih 2 meter menambah sosok alami Villa Nusa Indah 5. Tempat yang tenang dan nyaman untuk tinggal. Aku, sangat menyukai Villa Nusa Indah 5. Mungkin inilah yang selalu menarikku untuk kembali ke sini, selain 2 orang keponakan kecilku yang manis dan lucu.

Barisan pegunungan dari balik jendela kamar depan rumah kakakku, masih sering terlihat. Sekarang, barisan pegunungan itu sudah tertutup bangunan rumah yang dibangun di seluruh sudut Villa 5. Kini, hanya sesekali saja "tuan Gunung" nampak memunculkan diri dalam eksotika alam-Nya yang indah ketika langit cerah. Meski demikian, Villa Nusa Indah 5 tetap menyimpan keindahan dalam kenangan manis di hati. 3 tahun lalu, ketika semua masih alami dan aku masih seperti dulu, ketika semua badai ujian itu belum terjadi. Namun begitulah Allah menghendakinya. Semua sudah digariskan dalam sebuah skenario yang harus dijalani. Semoga menjadi penghapus segala dosa dan pemberat pahala di akhirat nanti. Aamiin..

Ada sebuah syair tersemat di hati:
Dengan-Mu ada kelezatan,
meski terasa pahit, kuharapkan ridha-Mu;
meski seluruh manusia marah, Kuharapkan hubunganku dengan-Mu tetap harmonis;
meski hubunganku dengan seluruh alam berantakan
Bila cinta-Mu kudapatkan, semua akan terasa ringan;
sebab, semua yang di atas tanah adalah tanah belaka
(by: Anonim)

Ya Allah.. terima kasih atas segala peringatan-Mu, ampunilah segala dosa dan khilaf kami. Aamiin..

Thursday, March 24, 2011

Indahnya Memaafkan

 
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.  Aamiin"
QS Al Baqoroh: 286
Manusia diciptakan sebagai  ladang koreksi terhadap sikap keliru dan menyimpang yang dilakukan manusia lain.
Banyak peristiwa besar yang dibiarkan tanpa penyelesaian, berawal dari kejadian kecil yang sungguh mudah diselesaikan pada saat terjadi.
Memaafkan adalah bentuk paling indah dan paling tinggi dalam kasih sayang. Balasannya, anda akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan yang tak sempat terkatakan, atau terucap melalui kata-kata. 
Tugas utama yang sangat mulia bagi pemaaf bukanlah terletak pada nilai sesaat dari usaha memberi maaf melalui lisan, tetapi lebih pada hasil dari membentuk pemaaf-pemaaf  baru (lanjutan) yang siap memaafkan pihak lain dari contoh yang berhasil diteladani.
 Bertakwalah kalian kepada Allah, perbaikilah hubungan yang terputus di antara kalian, karena Allah selalu ingin mendamaikan di antara orang-orang muslim yang tengah berselisih. (HR Imam Al Hakim)
Meski sulit dalam praktik, sikap memaafkan tidak harus dijauhkan dari target atau objeknya. Sebab, rangkaian memaafkan bukan ditujukan sesaat setelah peristiwa aniaya dilakukan. Ia menuntut sinergi yang berkesinambungan saat peristiwa serupa atau yang mendekatinya kembali terulang. Letak ujian yang sesungguhnya tersemat disana, tepat pada saat gambaran kekeliruan yang pernah terjadi terulang dan menuntut adanya perlakuan serta sikap serupa, yaitu kembali memaafkan.
Kita seharusnya berterima kasih pada pelaku kesalahan.Sebab, dari mereka kita bisa mengetahui dan belajar menghindarkan diri dari kesalahan yang sama. Kita bisa tahu kalau tindakan itu bernilai salah jika ada contohnya. Betapa kita tidak akan tahu makna benar jika tidak pernah ada yang melakukan kesalahan.
Berlapang dada sangat dibutuhkan setelah kata maaf kita berikan. Sebab, jika lapang dada menjadi tanda bahwa kita siap menerima jika kesalahan serupa atau bahkan bernilai lebih kembali menimpa kita, baik dari pelaku kesalahan yang sama, atau pun pihak lain, kepada kita.
Berilah maaf!. Tidakkah kalian ingin jika Allah juga memaafkan kesalahan kalian kepada-Nya?
"Ya Allah.. jika Engkau tidak marah kepadaku, maka sungguh tidak ada yang lebih aku butuhkan selain itu. Namun maaf-Mu, aku rasakan lebih luas bagiku".  (HR Imam Ath Thabari)
Mengirim cahaya ke kegelapan hati manusia adalah satu tugas yang sungguh sangat mulia.
Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Lalu orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah akan Dia ampuni dosa-dosa mereka. Kecuali bagi mereka yang masih menyimpan rasa dendam dan kebencian terhadap sesama (saudaranya). Lalu Allah katakan untuk mereka yang tengah berselisih: "Tangguhkanlah ampunan untuk kedua orang ini, hingga mereka berdamai". (HR. Muslim)
Kita harus segera menyatukan rasa sakit hati dan membakarnya, sebagai energi positif untuk menempuh perjalanan hidup ke depan.
Menganggap remeh kata maaf sama artinya dengan memandang rendah diri sendiri. Karena maaf sangat dibutuhkan oleh siapa saja, termasuk diri sendiri.
Kejujuran merupakan hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan menjadi sahabat yang paling baik.
Pengetahuan diperoleh dengan belaja, kepercayaan diperoleh melalui keraguan pada awalnya, keahlian digapai melalui pelatihan, dan cinta diraih dengan cinta.
Maafkanlah jika anda ingin dimaafkan
Bersikaplah waspada terhadap dampak buruk dari perbuatanmu. Sebab, setiap amalan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Untuk itu berhati-hatilah dalam berbuat. (Imam Ali).
Benteng terkuat dalam sejarah anak Adam adalah maaf.  Perlindungan terbaik dalam hidup adalah terletak pada kekuatan kata maaf. Kekuatan yang amat dahsyat tersemat bagi pemaaf. Dan, keajaiban sesungguhnya yang jauh dari ungkapan verbal adalah sanubari yang pandai memaafkan.
Apabila anda merasa ragu atas cinta seseorang, maka bertanyalah kepada sanubari anda sendiri tentang hal yang sama. (Ali bin Abi Thalib) 
Posisi sakit akan selalu berada di atas (menyelimuti) sifat dasarnya, yaitu sehat. Ia disebut sakit, karena sifatnya yang membelenggu kesehatan sebelumnya. Pada saat belenggu sakit itu terlepas atau dilepaskan, maka kembali posisi awalnya, yaitu sehat (tidak sakit lagi).
Ketika berhadapan dengan orang lain, ingatlah bahwa anda tidak berurusan dengan makhluk logika, tatapi dengan makhluk emosi.
Keraguan hanya bisa dihilangkan dengan tindakan.
Siapa saja bisa marah, dan marah itu mudah dilakukan. Tapi, marah kepada orang yang tepat, dengan derajat kemarahan yang tepat pula, pada saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dengan cara-cara yang tepat, semua itu sungguh tidaklah mudah.
Siapa yang memanjatkan do'a kepada-Ku, Aku pasti akan mengabulkan untuknya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku pasti akan memberinya, dan siapa yang memohon maaf kepada-Ku, niscaya Aku memberinya maaf. (HR Bukhori dan Muslim)
Semua orang pernah melakukan kesalahan, tapi hanya mereka yang bijak yang bisa belajar dari kesalahan itu.
Dalam praktik toleransi, satu musuh adalah guru yang terbaik. Dan guru yang teraik pasti akan memberikan pelajaran terbaik pula kepada murid-murid yang mau mengikuti arah kebenaran yang diajarkan.
Tragedi kehidupan terjadi ketika kita tua lebih awal dan terlambat menjadi orang bijaksana.
Kebenaran bukan untuk semua orang, tapi hanya untuk mereka yang mencarinya.
Jika anda ingin dihormati orang lain, maka hormatilah diri anda sendiri. Hanya dengan itu anda akan memaksa orang lain menghargai anda.
Hadapi masa lalu tanpa penyesalan. Hadapi hari ini dengan tegar dan percaya diri. Siapkan masa depan dengan rencana yang matang dan tanpa rasa khawatir. Dan, hindari berfikir menggunakan kalimat "kalau saja".
Keajaiban akan dialami oleh mereka yang mempercayainya 
(Terapi Maaf, Ibnu Ibrahim).
Hasil bedah buku TERAPI MAAF - IBNU IBRAHIM
Selamat memaafkan dan selamat menikmatinya

Tuesday, March 22, 2011

Karena Allah Mencintai Kita


Saudaraku, pernahkah terbesit dalam hatimu, mengapa Allah memberi kita ujian bertubi hingga kita harus sama-sama tersakiti?. Aku, masih terus berusaha memaknai dan mengambil hikmah dari semua kejadian yang kita alami. Dahulu.. kita memulainya dengan baik, dengan ikhlas saling menerima satu sama lain dengan segenap kelebihan dan kekurangan kita. Lalu, ketika detik-detik waktu terus bergulir hingga hari demi hari menjadi minggu, bulan, hingga tahun, kita mengalami berbagai ujian demi ujian karena sebuah "proses" yang teramat panjang. Selama rentang waktu itu pula masuklah mereka, orang-orang ketiga yang kemudian saling berebut pengaruh di hati dan fikiran kita, hingga menghancurkan semua yang kita awali dengan baik-baik,  dengan niat baik, menyempurnakan ibadah kepada Allah. Semua yang pernah kita niatkan dan kita rencanakan hancur berantakan.

Niat baik, tidak selalu dianggap baik, jika dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik. Berulang kali kita mengalaminya, dan berulang kali pula kesalahan demi kesalahan kita lakukan karena kita hanyalah manusia yang penuh kekhilafan dan fithrahnya kita pembuat kesalahan. Kemudian sebuah kalimat pun terlontar kembali, "niat saya baik atau niat kami baik". Sekali lagi, niat baik haruslah dilakukan dengan cara-cara yang baik agar dinilai baik dan hasilnya juga baik. Jika niat baik dilakukan dengan cara-cara tidak baik, maka juga akan dinilai tidak baik. Semoga hal ini bisa menjadi ladang koreksi bagi kita dalam meletakan niat pada setiap perbuatan.

Pada suatu titik, tanda tanya yang selalu bersliweran di kepala akhirnya terjawab sudah, mengapa sedemikian rupa Allah menguji kita hingga harus mengalami jatuh bangun berkali-kali membangun ta'aruf dan bahkan sama-sama tersakiti?. Jawabannya hanya 1, karena Allah begitu mencintai kita dan Allah ingin kita menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi, terus menerus menjadi lebih baik. Ketika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka Ia akan memberikan ujian.Ujian mengajarkan kita makna kehidupan. Mendewasakan kepribadian dan menguatkan spiritual. Ujian mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, membuat kita lebih kuat mental, lebih tangguh, tahan terhadap ancaman dan tantangan kehidupan. Makin banyak masalah, maka semakin kuat. Semakin berat beban diangkat maka memberi peluang bagi kita untuk semakin kokoh. Karena datangnya masalah pertanda Allah mencintai kita.

Subhanallaah..!, saudaraku.. pernahkah kau tersadar?, begitu besar cinta Allah kepada kita, saking besarnya cinta Allah, kita harus  mengalami semua ini. Kemudian, ada banyak cara ketika Allah ingin menyadarkan kita dari kelalaian, lalu menjadikan kita orang baru. Tiba-tiba kita merasa hidup kembali. Seperti saat ini, ketika aku terbangun dari semua mimpi "buruk" ini, aku tersadar bahwa saat ini cukup 1 hal yang bisa ku lakukan, berdo'a dan terus menerus berdo'a, agar Allah mengampuni kesalahan-kesalahan dan dosa kita, serta dosa mereka, orang-orang yang pernah berperan membantu kita, baik membantu dalam kebaikan atau dukungan maupun yang membantu menghancurkan semuanya. Ya.. tugas kita saat ini hanya berdo'a memohon ampun untuk diri  kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. 

Mungkin.. dikarenakan nurani itu sering disebut sebagai "Hati Terdalam" atau "Hati Kecil", maka wajar saja jika "Bisikannya" sulit didengar. Letaknya begitu jauh di dasar jiwa, dalam dan kecil, ia mampu menyimpan semuanya, rapat, utuh, dan tak tersentuh. Saking dalamnya, butuh idzin dan ridho ALLAH untuk bisa mendengarnya. Itu sebabnya dalam beribadah, semakin dalam, semakin kecil, semakin pelan, semakin dekat denganNYA. Semoga semua do'a-do'a yang mendatangkan kebaikkan dikabulkan Allah.. Aamiin..
Hati manusia layaknya sebuah samudera yang dalam. Ia sanggup menampung segala deraan ujian dan cobaan. Ia sanggup menyimpan segala luka goresan dan sakit hati. Terkadang hati itu dingin seperti es, namun terkadang hangat di musimnya. Ia bisa merasakan berbagai rasa, namun ia pun bisa dengan mudah memaafkan. Hati manusia sedalam lautan, seluas samudera, karena ia mampu memaafkan.. (Every Body Ever Hurt). Aku, yang terus berusaha memaafkanmu sejak dulu, sejak pertama kali kesalahan -kesalahan itu terjadi hingga berulang pun, hingga saat ini, aku tetap berusaha memaafkan.

Saat ini, episode hidupku memasuki bab belajar ikhlas. Standar kompetensinya adalah berusaha memaafkan meski didera sakit dan luka bertubi. Kompetensi Dasarnya adalah menikmati indahnya disakiti dan dilukai. Allah tidak menguji melebihi kemampuan hamba-Nya. Tetap berusaha sekuat tenaga untuk tegar. Tetap berusaha untuk menikmati indahnya ujian memaafkan. 

Thursday, March 17, 2011

Ya Robb.. Sembuhkanlah..

Ya Robb..


Mengapa aku jadi sedemikan takutnya kepada makluk yang bernama 

Laki-laki


Tolong hamba Ya Allaah.. 

Sembuhkan trauma ini, Aamiin..

Tuesday, March 15, 2011

Aku dan Trauma (2)


Bumi Mutiara, 05 March 2011
Hari ini, takdir membawaku ke tempat yang jauh. Jauh dari negeri kelahiranku. Anganku membawaku  menyebrang ke Negara tetangga untuk menuntut ilmu. Aku berusaha melupakan dan menghilangkan semua kejadian itu dengan menuntut ilmu di tempat yang jauh. Ku harap, dengan memokuskan otak dan fikiran dengan belajar, perlahan-lahan aku bisa melupakan semuanya, terutama trauma itu. Aamiin..

Aku masih mengenang semuanya. Tahap demi tahap proses dan kejadiannya. Semua masih lekat diingatkanku, beserta semua janji-janji manis yang pernah diucapkannya. Walau bagaimanapun semua sudah terjadi, dan akan ku bawa hingga kelak akhir hidupku, bahkan sampai akhirat nanti. Suatu saat, aku menunggumu di depan sana, saat kita menceritakan semua yang pernah menimpa kita, disana di hadapan Sang Khalik, Pemilik Ruh Kita, kita akan mempertanggungjawabkan semuanya.

Aku tak bisa melupakan hari itu, 04 Desember 2010, hari ketika Papa jatuh sakit dan tiba-tiba muntah di hadapanku setelah sekian kali ia menanyakan surat-surat administrasi pernikahan yang tak kunjung ia kirim. Saat itu, aku bagaikan sebuah mainan yang digantung. Sesuka hati ia permainkan. Sesuka hati ia gantung tanpa kejelasan, apakah akan ia kirim atau tidak semua surat-surat administrasi itu. Hingga membuat Papa sakit. Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah jika orang tua kita disakiti atau dilukai. Tak ada yang bisa membayar/menggantikannya, meskipun mereka membeli dunia seisinya sekali pun. Orang tua adalah segala-galanya. Aku, tak akan pernah bisa melupakan kejadian itu. Papa, maafkan aku, maafkan kami, maafkan.. 

04 Desember 2010
BLAR!, Papa muntah di hadapanku. Kotoran muntahnya berceceran dimana-mana, di lantai dan di pakaianannya. Aku berteriak histeris karena kaget dan kalut. “Papa.. Papaaa..”, aku menangis histeris karena takut sesuatu terjadi pada Papa. Aku berusaha memapahnya ke kamar. Papa berjalan pelan sembari beristighfar. Matanya memerah karena menahan sakit akibat muntah yang tiba-tiba. Aku memapah tubuhnya membawanya berbaring di kamar dan meletakan badannya lurus di tempat tidur. Papa hanya beristighfar terus beristighfar. Aku melihat jelas ada lelehan bening di matanya. 

“Papa.. papa.. maafkan aku, maafkan kami, gara-gara kami Papa jadi sakit”. 

Papa hanya diam dan minta diambilkan minum. Aku terus menangis, sesenggukan. Tak bisa ku tahan kalut hatiku. Setelah mengambil air minum dan memberinya ke Papa, Papa meminta ditinggal sendirian karena mau beristirahat. Ku lihat tatapan matanya yang kian sayu dan hanya diam membisu. Aku kembali ke ruang tengah, membersihkan bekas muntah Papa dengan lap basah. Aku terus menangis sesenggukan, tetes demi tetes air mataku jatuh ke lantai tepat di tempat muntah Papa jatuh berceceran. Sesekali aku terdiam, sambil terus terisak. Setelah membersihkan semuanya, aku kembali ke kamar. Disana, ku lanjutkan tangis itu, sesenggukan dan menderu, pilu. Sakit sekali rasanya, sakit hatiku. Ya Robbi.. mengapa Engkau memberi ujian seberat ini padaku dan keluargaku, Ya Robbi.. kuatkan kami.. kuatkanlah kami..

07 Desember 2010
Aku sudah tak tahan didzolimi. Papa sudah sakit, aku pun demikian. Saat kembali mengingatkan surat-surat kelengkapan administrasi pernikahan yang harus ia lampirkan, sekonyong-konyongnya dan dengan begitu mudahnya ia mengatakan:

"Cetak aja sendiri foto saya di facebook, kan banyak tuh".

Astaghfirullaahaladzhiim.. aku, tak bisa berhenti beristighfar dalam hati saat terus berinteraksi dengannya. Setelah sebelum-sebelumnya ia berkata dengan perkataan-perkataan yang menyakiti, belum puas ia tambah lagi luka di hati. Akhirnya kesabaran ini menguap sudah, saat itu hanya sakit yang terasa. Sakit yang terus menerus mendera. SMS itu pun terkirim sudah. HANCUR!.

Ruang Muhasabah
Ya Rabb.. mengapa di dunia ini harus ada dia dalam hidupku?,  mengapa harus ada orang sejahat itu?, hamba meyakini semua takdir-Mu baik, semua yang Engkau gariskan itu baik. Namun, terkadang hati ini terlalu dangkal untuk bisa memahami semua ajaran-ajaranMu melalui semua hikmah kejadian yang Engkau titipkan di hidupku. Aku yang lemah.

* * *


Angin sepoi-sepoi bandara membelaiku lembut wajahku. Sesekali ku pejamkan mata menghayati setiap belaian angin dan helaan nafas yang ku hirup bersama berjalannya detik waktu. Ku pejamkan mataku sembari terus mendengarkan lantunan melodi piano Yanni “The End Of August” di telingaku. Ya.. setiap denting melodinya adalah isi hatiku saat ini. Isi hati yang ingin segera pergi jauh, terbang tinggi, dan memulai hidup yang baru di tempat yang jauh. Semoga langkah ini diberkahi, Aamiin. Tatapan penuh kulempar sejauh lapangan sembari melihat pesawat-pesawat yang parkir dan siap meninggalkan landasan. Selamat tinggal, selamat tinggal masa lalu, selamat tinggal luka, selamat tinggal...

09 Desember 2010
Sepulangnya Mama dari sekolah, aku menyambutnya seperti biasa. Saat itu mataku bengkak. Beberapa saat kemudian, Mama masuk ke rumah dan menghampiriku yang hanya duduk terdiam memandang kedatangannya di depan pintu. Kulihat raut wajahnya yang nampak kepayahan. Tak dapat ku tahan isakku saat itu, hingga akhirnya ia tumpah bersama pecah suara tangis yang pilu. Mama menghabur ke tubuhku. Ia memelukku erat dan aku menangis di dadanya sembari memeluk erat tubuh Mama. Kurasakan tetes demi tetes embun menetes di kepalaku. Mama menangis. Tangisku makin menjadi dan pelukku ke tubuh Mama makin erat. 

“Sabar nak.. sabar nak ya..” 

Suara isak Mama terdengar parau di telingaku. Hari itu, detik itu, kami menangis bersama. Dalam peluk erat bersama. Hangat darah yang dipompa dari jantungku terasa mengalir begitu deras. Makin membuat aku mencintai keluargaku, terutama kedua orang tuaku, yang dengan ikhlas memaafkan kami dan sabar menerima semua keputusan itu. Meski sakit bagi kami karena semua persiapan yang hampir matang itu sudah kami lakukan. Ya Allah.. Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang ikhlas. 

Saat itu, aku memeluk erat ruhku, jiwaku, tak ada yang kucintai selain ruhku. Aku tak boleh terus terpuruk karena semua itu. Aku mencintai diriku, aku harus bangkit kembali membangun hidupku, karirku, masa depanku. 

Akhir Juni 2008
Matahari bersinar cerah. Dari balik jendela kamar kakakku di Villa Nusa Indah 5, Kluster Kasuari. Aku masih melihat lukisan nyata alam yang tersaji indah di seberang sana. Ya, dari jendela kamar depan rumah kakakku inilah aku sering mengintip tuan gunung berbaris gagah di sebrang kali Villa 5. Terkadang ia tersipu malu bersembunyi di balik awan, terkadang ia dengan PD-nya menampakkan keindahannya, berdiri kokoh disana. Pagi ini, kembali aku merencanakan survey ke beberapa tempat di sekitar Villa Nusa Indah untuk melihat beberapa sekolah. Setelah gagal dalam seleksi Research dan Analis PT Garuda Food Maret lalu, aku sempat merencanakan untuk pulang ke Palembang dan mencari kerja disana. Tetapi kakak yang membeli rumah di Villa Nusa Indah 5 Ciangsana Bogor memintaku untuk menetap di Jakarta sembari mencari kerja dan menjaga rumahnya karena ia dan keluarga kecilnya tinggal di Kalimantan, Kakak pertamaku bertugas di Pertamina Kalimantan. Hingga akhirnya takdir membawaku kesebuah tempat yang penuh pembelajaran, sebuah sekolah Islam yang kemudian menggores takdirku dengan ilmu sepenuh ikhlas dan sakit yang bertubi-tubi.

Tumpukan Tisyu
Waktu berbilang waktu, terus berlalu berganti hari demi hari. Aku, tetap disini bersama semua kenangan dan luka yang akan ku bawa sampai mati. Tak kan pernah bisa lupa semua kejadian-kejadian itu. Dan ku harap, ia pun demikian. Semoga sakit yang ku rasa, juga kau rasakan. Aamiin..

Kutipan Catatan Desember 2010

Monday, March 07, 2011

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

By Chrisye

Akan datang hari
Mulut dikunci
...Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba...

Rabbana...
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya
Sempurna
Mohon karunia kepada kami hamba-Mu yang hina

4 Someone:
Saat pengadilan akhirat bicara. Semoga kelak kita tidak tertahan di pintu surga karena apa yang pernah menimpa kita, Aamiin..

Thursday, March 03, 2011

Badai Pasti Berlalu


By Chrisye

Awan hitam
di hati yang sedang gelisah
daun-daun berguguran
satu satu jatuh ke pangkuan

kutenggelam sudah
ke dalam dekapan
semusim yang lalu
sebelum ku mencapai
langkahku yang jauh

kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti

gelisah kumenanti tetes embun pagi
tak kuasa ku memandang datangmu matahari

kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti

badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
badai pasti berlalu