Tuesday, March 22, 2011

Karena Allah Mencintai Kita


Saudaraku, pernahkah terbesit dalam hatimu, mengapa Allah memberi kita ujian bertubi hingga kita harus sama-sama tersakiti?. Aku, masih terus berusaha memaknai dan mengambil hikmah dari semua kejadian yang kita alami. Dahulu.. kita memulainya dengan baik, dengan ikhlas saling menerima satu sama lain dengan segenap kelebihan dan kekurangan kita. Lalu, ketika detik-detik waktu terus bergulir hingga hari demi hari menjadi minggu, bulan, hingga tahun, kita mengalami berbagai ujian demi ujian karena sebuah "proses" yang teramat panjang. Selama rentang waktu itu pula masuklah mereka, orang-orang ketiga yang kemudian saling berebut pengaruh di hati dan fikiran kita, hingga menghancurkan semua yang kita awali dengan baik-baik,  dengan niat baik, menyempurnakan ibadah kepada Allah. Semua yang pernah kita niatkan dan kita rencanakan hancur berantakan.

Niat baik, tidak selalu dianggap baik, jika dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik. Berulang kali kita mengalaminya, dan berulang kali pula kesalahan demi kesalahan kita lakukan karena kita hanyalah manusia yang penuh kekhilafan dan fithrahnya kita pembuat kesalahan. Kemudian sebuah kalimat pun terlontar kembali, "niat saya baik atau niat kami baik". Sekali lagi, niat baik haruslah dilakukan dengan cara-cara yang baik agar dinilai baik dan hasilnya juga baik. Jika niat baik dilakukan dengan cara-cara tidak baik, maka juga akan dinilai tidak baik. Semoga hal ini bisa menjadi ladang koreksi bagi kita dalam meletakan niat pada setiap perbuatan.

Pada suatu titik, tanda tanya yang selalu bersliweran di kepala akhirnya terjawab sudah, mengapa sedemikian rupa Allah menguji kita hingga harus mengalami jatuh bangun berkali-kali membangun ta'aruf dan bahkan sama-sama tersakiti?. Jawabannya hanya 1, karena Allah begitu mencintai kita dan Allah ingin kita menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi, terus menerus menjadi lebih baik. Ketika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka Ia akan memberikan ujian.Ujian mengajarkan kita makna kehidupan. Mendewasakan kepribadian dan menguatkan spiritual. Ujian mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, membuat kita lebih kuat mental, lebih tangguh, tahan terhadap ancaman dan tantangan kehidupan. Makin banyak masalah, maka semakin kuat. Semakin berat beban diangkat maka memberi peluang bagi kita untuk semakin kokoh. Karena datangnya masalah pertanda Allah mencintai kita.

Subhanallaah..!, saudaraku.. pernahkah kau tersadar?, begitu besar cinta Allah kepada kita, saking besarnya cinta Allah, kita harus  mengalami semua ini. Kemudian, ada banyak cara ketika Allah ingin menyadarkan kita dari kelalaian, lalu menjadikan kita orang baru. Tiba-tiba kita merasa hidup kembali. Seperti saat ini, ketika aku terbangun dari semua mimpi "buruk" ini, aku tersadar bahwa saat ini cukup 1 hal yang bisa ku lakukan, berdo'a dan terus menerus berdo'a, agar Allah mengampuni kesalahan-kesalahan dan dosa kita, serta dosa mereka, orang-orang yang pernah berperan membantu kita, baik membantu dalam kebaikan atau dukungan maupun yang membantu menghancurkan semuanya. Ya.. tugas kita saat ini hanya berdo'a memohon ampun untuk diri  kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. 

Mungkin.. dikarenakan nurani itu sering disebut sebagai "Hati Terdalam" atau "Hati Kecil", maka wajar saja jika "Bisikannya" sulit didengar. Letaknya begitu jauh di dasar jiwa, dalam dan kecil, ia mampu menyimpan semuanya, rapat, utuh, dan tak tersentuh. Saking dalamnya, butuh idzin dan ridho ALLAH untuk bisa mendengarnya. Itu sebabnya dalam beribadah, semakin dalam, semakin kecil, semakin pelan, semakin dekat denganNYA. Semoga semua do'a-do'a yang mendatangkan kebaikkan dikabulkan Allah.. Aamiin..
Hati manusia layaknya sebuah samudera yang dalam. Ia sanggup menampung segala deraan ujian dan cobaan. Ia sanggup menyimpan segala luka goresan dan sakit hati. Terkadang hati itu dingin seperti es, namun terkadang hangat di musimnya. Ia bisa merasakan berbagai rasa, namun ia pun bisa dengan mudah memaafkan. Hati manusia sedalam lautan, seluas samudera, karena ia mampu memaafkan.. (Every Body Ever Hurt). Aku, yang terus berusaha memaafkanmu sejak dulu, sejak pertama kali kesalahan -kesalahan itu terjadi hingga berulang pun, hingga saat ini, aku tetap berusaha memaafkan.

Saat ini, episode hidupku memasuki bab belajar ikhlas. Standar kompetensinya adalah berusaha memaafkan meski didera sakit dan luka bertubi. Kompetensi Dasarnya adalah menikmati indahnya disakiti dan dilukai. Allah tidak menguji melebihi kemampuan hamba-Nya. Tetap berusaha sekuat tenaga untuk tegar. Tetap berusaha untuk menikmati indahnya ujian memaafkan. 

2 comments:

Anonymous said...

Subhanallah..
Ukhti, terimakasih... akhirnya saya menemukan jawaban dari cobaan yang saya hadapi selama ini..
ya ukhti, maukah anda berbagi kisah dengan saya?

leo is ahmad said...

Hmmm,,,,,blog anda sgt bgus mmng d'kndsi saya yg msih mncri jati dri sgt btuh referensi sprti yg ad dlm blog ini andai sja semua ank muda membca blog d'atas,,,,