Monday, February 28, 2011

Aku dan Trauma

28 Februari 2011

Tepat setahun setelah pertemuan itu. Minggu bertemu Senin, Senin berganti Selasa, Selasa berganti Rabu, dan seterusnya. Kita ibarat menghitung hari demi hari dari sebongkah sejarah masa lalu yang penuh pembelajaran, menuju masa depan akhirat yang pasti. Ibarat tangis meringis dari bibir yang manis menjadi senyum menyungging penuh keikhlasan karena badai ujian akhirnya berlalu pasti. Waktu terus berjalan, kawan. Hidup bagai ujian, dan setiap kita memiliki ujian masing-masing yang tentu telah Allah perhitungkan bahwa kita pasti mampu dan sanggup menghadapi. Ujian tak pernah salah sasaran. Siswanya sudah Allah tentukan untuk menjadikan kita lulus mendapat predikat terbaik atau sebaliknya. Tadribat (latihan) dari Allah tidak pernah salah sasaran. Semua sudah digariskan kepada siapa dan bagaimana ujian itu terjadi. Semua baik bagi kita. Allah yang Maha Mengatur sudah menggariskannya sedemikian rupa agar kita menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi.

Di dunia fana ini, hanya Janji Allah yang pasti. Janji manusia terkadang tak mampu ia tepati karena khilaf dan lupa atau karena ia berada di bawah pengaruh dan tekanan orang lain, yang menjadikannya tak mampu menjadi diri sendiri, kehilangan jati diri dan nuraninya sendiri, karena pada dasarnya manusia itu tempat khilaf dan salah. Itulah manusia, makhluk yang Allah ciptakan dengan kelemahan (dho'if) dan keterbatasan. Apalah artinya kita?. Manusia yang kemana-mana membawa kotoran, bagai debu yang diombang-ambingkan angin takdir. Kita hanya manusia, hamba (budak) Allah yang menjalani saja apa yang digariskanNya dari sebuah kitab yang sudah tertulis, Lauh Mahfuz. Saya menuliskan sebuah kisah nyata yang saya alami sendiri, tragis dan miris, namun menuai hikmah, yang akhirnya membawa saya masuk ke dalam ruang pembelajaran bernama bab memaafkan dan memahami. Kemudian disana saya banyak belajar tentang makna memahami perbedaan karena memang setiap kita lahir dalam keadaan berbeda.

Inilah janji-janji Allah yang terus membuat saya kuat bertahan, meski badai bagai tak henti-hentinya menghadang.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS 2:286)

Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. (QS 6:152)

Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. (QS 7:42)

Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya (QS 23:62)

Ada begitu banyak janji yang Allah berikan bagi hamba-hambanya yang sabar dan ikhlas menghadapi ujian. Meski jikalau ujian itu diberikan pada yang lain, belum tentu yang lain mampu menghadapi.

Apakah anda berharap orang lain akan memahami anda?, Mengerti kondisi anda?, sekali lagi tidak. Orang lain hanya bisa berkomentar, berprasangka, berargumen terhadap permasalahan yang anda alami. Mereka tidak akan pernah bisa menyelami isi hati anda karena mereka tidak mengalami dan menjalani apa yang anda alami. Oleh karena itu fahami saja mereka. Dengan begitu engkau menjadi lebih kuat dibanding mereka. Hadapi dan nikmatilah ujian hidup anda. Karena Allah sudah mengukur batas kekuatan anda. (Fithri Ariani, Saat Badai itu Datang Lagi. 09 Februari 2011)

"Manusia yang pada dasarnya baik, bisa berubah menjadi sebaliknya saat ia mendapat tekanan perorangan, kelompok, atau lingkungannya. atau berada di bawah pengaruh orang lain."

Aku dan hidupku
Sekarang, yang tertinggal hanya trauma dan luka. Ibarat badai yang datang tiba-tiba, kemudian hilang juga tiba-tiba, namun meninggalkan bekas yang porak poranda. Saya, bagai baru terbangun dari tidur panjang yang melelahkan. Terjebak dalam mimpi indah membangun masa depan dan janji-janji manis. Terjepit di antara duri kawat yang menyakit, namun tak bisa berlari karena tak mampu memilih (mimpi yang menjadi nyata di bunga tidur, Juni 2010). Ibarat sebuah layang-layang, yang diterbangkan tinggi, kian meninggi. Menjauh, kian menjauh. Diterpa angin berkali-kali, nyaris jatuh berkali-kali. Berusaha bertahan (memaafkan) berkali-kali, kemudian setelah terbang makin meninggi, talinya diputus begitu saja. Sakit. Hanya sakit yang terasa. Trauma, terutama jika mengingat badainya (Desember 2010).

Kontak bathin antara anak dan ayah bisa membuat segalanya berubah. Saat anak sakit, orang tua pun akan sakit saking kuat ikatan bathin mereka. Karena didarahnya mengalir darah ayahnya, karena sang ayah menyayangi anaknya. Saat itu, semua bagai badai yang datang bertubi-tubi. Bermula dari angin yang berhembus pelan, awan putih di pelataran langit biru yang berarak indah berubah menjadi mendung hitam, kemudian menjadi rintik-rintik hujan, ia menyerinai menari mengisi detik demi detik membuat pusaran angin kemudian menjadi badai yang melibas tanpa batas, dan menghancurkan segalanya. Dan saat itu, kita sudah tak bisa lagi berlari atau menghindar dari catatan goresan tulisan langit "takdir" yang Allah tentukan. Aku, dan trauma..

04 Desember 2010
Papa marah di depan saya. Setiap hari, tak henti-henti ia menanyakan itu, saya bingung dan kalut. Sudah berkali-kali mengingatkan, namun tak jua datang. Sudah kehabisan cara dan kehilangan kekuatan. Janji hanya tinggal sampah yang muncrat bagai comberan. Semua bagai larutan asam pekat yang menyakitkan. "Mana surat-surat administrasinya?, Papa mau urus semuanya, biar cepat selesai", dan selanjutnya setiap hari...  "Mana.. mana.. mana.. sini Papa yang menghubungi, mana nomornya, mau dikirim tidak? ". BLAR!, Papa muntah di hadapan saya. Papa sakit sejak 3 Desember - 17 Desember 2010. Tidak mau makan, tidak mau minum obat, hanya diam dan melamun. Saya kalut bukan kepalang. Saya yang mencuci pakaian-pakaian Papa ketika ia sakit. Air bilasannya bercampur dengan tetesan air mata saya. Saat itu, hanya ada saya, Papa, dan Allah. Dan jika teringat itu semua, hanya luka yang tersisa, terus menganga. Luka di atas luka yang belum kunjung sembuh, lalu ditimpa dengan luka-luka baru. Astaghfirullaahaladzhiim..

Saya.. Fithri Ariani, hanya hamba Allah yang dho'if penuh kehilafan. Diuji bertubi-tubi dengan ujian yang sama. Berkali-kali memaafkan dan berkali-kali pula terluka. Saya diciptakan untuk memaafkan. Diciptakan untuk menjadi manusia yang kuat bertahan. Namun, saya.. hanyalah manusia biasa yang penuh keterbatasan. Saya tidak sekuat itu. Saya terluka dan trauma.

Perbincangan Hati
"Maafkan aku Papa. Aku sudah tidak percaya laki-laki. Aku benci laki-laki. Namun aku akan tetap mencintai Papa, Kakak, dan adik laki-lakiku, serta keponakan-keponakan laki-lakiku, serta keluarga laki-lakiku. Maafkan aku Papa, walau pun Papa dan kakak atau adik laki-lakiku adalah lelaki, tapi aku sudah tak percaya laki-laki. Sekarang aku hanya ingin hidup dengan hidupku sendiri. Tidak ingin lagi bersentuhan dengan urusan berbau laki-laki, cinta, atau lawan jenis. Traumaku sudah sangat dalam. Lukaku sudah tak terperi. Meski dalam kehidupan normal aku tidak akan bisa lepas dari berinteraksi dengan laki-laki, tapi tembok yang kubuat kian meninggi. Terus ku bangun meninggi. Biar tak ada lagi yang mendaki. Aku, sakit hati.

Ku tulis semua dengan air mata. "Maafkan aku, jika ku harus menulis lagi tentang luka. Bila suatu saat engkau membacanya, lihatlah aku. Aku yang meninggalkanmu dan kau tinggalkan dengan sisa-sisa luka, yang seumur hidup akan tetap terus kubawa. Maafkan aku. Semoga Allah mengampuni kita, dan semoga apa yang ku alami, tidak akan pernah engkau atau saudara perempuanmu, atau anak perempuanmu kelak alami. Karena kau pasti tak kan kuat menghadapi seperti saat aku diuji."

Kutipan Catatan Desember 2010

Monday, February 14, 2011

Wahai Yang Maha Pemberi Cinta

Wahai Allah Yang Maha Pemberi Cinta..
Lindungilah mereka yang tengah jatuh cinta,
Ridhoilah setiap detik waktu yang mereka lalui,
Berkahilah setiap hela nafas yang mereka hirup,
Ampunilah segala dosa-dosa mereka. Aamiin..

Wahai hamba Allah yang tengah di mabuk cinta,
Palingkan cintamu kepada Allah.
Sungguh.. Allah Pencemburu,
Jika mencintai sesuatu melebihi cinta kepadaNya,
maka bersiaplah, IA mengambil apa yang kita cintai dari sisi kita.

Tetaplah istiqomah,
Letakkan cintamu di tengah-tengah (adil/seimbang).
Semoga engkau bisa.. Aamiin..

Thursday, February 10, 2011

Bahagianya Merayakan Cinta - Kuliah Twitter Ust. Salim A Fillah

Artikel ini saya kutip dari sebuah postingan di Facebook. Sekedar sharing dan berbagi baik untuk rekan-rekan yang belum menikah, mau pun yang telah menikah, terutama untuk saya sendiri. Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi dalam menata pernikahan, mulai dari niat, persiapan, hari akad, hingga terbentuknya keluarga. Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kuliah Twitter "Persiapan Pernikahan" Bersama ustadz Salim Fillah:

1. Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.

2. Maka Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

4. Persiapan Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. Nikah

6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. Nikah

7. Jika kesiapan Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.

8. Izinkan saya membagi Persiapan Nikah dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)

9. Persiapan Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.

10. Sebaliknya, ada orang yang Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.

11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan Nikah lainnya berpijak pada yang satu ini.

12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. Nikah

13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.

14. Sebelum Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.

15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait Nikah adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.

16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya. Nikah

17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua. Nikah

18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu Nikah

19. Persiapan Ruhiyah Nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.

20. Jika Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.

21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam Nikah. “Apa obsesimu?”

22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah Nikah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?

23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah Nikah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.

24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll

25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga Nikah

26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu Nikah

27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. Nikah

28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi Nikah

29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. Nikah

30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. Nikah

31. . Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. Nikah

32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. Nikah

33. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?! Nikah

34. BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai. Nikah

35. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami. Ie: Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak! Nikah

36. -> Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma! Nikah

37. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar) Nikah

38. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4

39. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu #Nikah

40. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). #Nikah

41. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. #Nikah

42. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?” #Nikah

43. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. #Nikah

44. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. #Nikah

45. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P #Nikah

46. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9) #Nikah

47. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.

48. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah

49. Per #Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.

50. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. #Nikah

51. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus #Nikah

52. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah #Nikah

53. Jadi, target persiapan fisik #Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

54. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. #Nikah

55. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal #Nikah

56. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. #Nikah

57. Ingat & catat: Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.

58. Persiapan finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.

59. Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.

60. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.

61. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. #Nikah

62. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)

63. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah

64. Tetapi Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.

65. Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)

66. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)

67. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah

68. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah

69. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS #Nikah

70. Persiapan #Nikah yang sering terabai ialah nan kelima ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial.

71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.

72. Untuk itu, mereka yang akan me #Nikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.

73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per #Nikah-an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.

74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah

75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf.

76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. #Nikah

77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.

78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.

79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah

80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah

81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah

82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah

83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. #Nikah

84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst #Nikah

85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah

86. Ringkas kata untuk persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT #Nikah

87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta

Saturday, February 05, 2011

Menggenggam Rembulan

Aku, kembali sendiri menatap langit. Rembulan terang menyajikan eksotika malam yang bulat. Tak pernah ada engkau disana, sedari dulu hingga sekarang. Lembaran-lembaran sudah selesai. Hanya tinggal puing-puing sejarah, suram. kau ukir di takdirku. Janji-janji tinggal buaian kata, yang tak pernah kau tepati.

Aku, menanam sebatang pohon di atas kuburan "CINTA". Kusiram agar tak layu, ku pupuk agar terus tumbuh dan tumbuh, subur menghijau hingga menjadi taman di dalam hati. Cinta, kuhadirkan dalam genggaman. Ku ambil dari dalam jiwa. Ku persembahkan untuk yang layak menerimanya. Dan aku, menyimpan sepotong hati. Ku genggam dan kuberikan padamu, karena engkau layak dicintai.

Maafkan aku wahai lelaki, hati ini tak bisa membuka, sejak kau ketuk pintunya. Tak pernah bisa membagi. Tak kan bisa kau selami. Lukanya terlampau perih, karena satu demi satu kau coba bertubi. Biar waktu kan sembuhkan. Hingga datang jawaban pasti, dari Tuhan.