Thursday, December 15, 2011

Edcoustic - Muhasabah Cinta



Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Reff. :
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Sunday, December 11, 2011

Seismic - Penantian



Penantian adalah satu ujian,
tetapkanlah ku selalu dalam harapan,
karena keimanan tak hanya diucapkan,
adalah ketabahan menghadapi cobaan,

sabarkanlah ku menanti pasangan hati,
tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini,
di dalam asa diri menjemput berkahMu,
tibalah ijinMu atas harapan ini,

Robbi teguhkanlah ku dipenantian ini,
Berikanlah cahaya terangmu selalu,
Robbi hanya padamu ya doaku ini,
Duhai tempat mengadu segala rasa diri.

Sunday, December 04, 2011


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….

Jodohku,
Bagaimana keadaanmu saat ini ?, semoga dirimu tetap di dalam naunganNya. Semoga setiap langkah kakimu mendapatkan berkah dariNya.

Mungkin kau bingung kenapa diriku mengirimkan surat ini, sungguh tak ada maksud apapun dariku untukmu kecuali rasa cinta dan rindu ku yang mendalam terhadapmu. Semoga rasa cinta dan rindu ini merupakan berkah dariNya untuk diriku, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Jodohku mungkin sekarang kita belumlah bertemu, tapi yakinlah janjiNya kepada kita semua. Janganlah takut kita tidak akan bertemu, karena pertemuan kita adalah suatu kepastian dariNya.

Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 49)

“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin36).

Mungkin saja kita tidak akan berjumpa di dunia ini, tapi insya Allah kita akan bertemu di surgaNya kelak.

Jodohku,
Janganlah kau jadikan masa menunggu ini sebagai alasan. Janganlah kau jadikan jodoh itu sebagai bentuk pelegalan berbagai macam bentuk pacaran. Maukah engkau memulai suatu ibadah dengan perbuatan dosa ? tentu tidakkan, sungguh tak ada maksud lain dariku untuk melarangmu berpacaran melainkan rasa cinta dan sayang dariku yang begitu mendalam.

Jodohku,
Sungguh rasa rinduku terhadapmu sangatlah besar, besar harapku untuk sesegera mungkin bertemu denganmu. Ingin rasanya ku untuk secepat mungkin mencurahkan rasa cintaku padamu, ingin rasanya diriku untuk menyempurnakan setengah dienku. Tapi apa daya kita sekarang belumlah bertemu, mungkin ini adalah sebuah skenario indah dariNya agar kita lebih bersabar dan menerima setiap ketentuannya.Serta mempertemukan kita di waktu dan tempat yang terindah.

Jodohku,
Ingatkah engkau dengan janjiNya…
Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS An Nur:26)

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik. Kita jadikan waktu yang tersisa ini untuk menjadi lebih baik, sungguh di sini ku kan selalu mendo’akanmu untuk dipermudahkan dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dan ku sangat berharap agar dirimu pun mendo’akan yang sama bagiku.

Jodohku,
Ingatlah di sini ku kan setia menantimu. Ku harap kaupun juga setia dalam penantian ini, penantian akan saat-saat indah itu. Saat-saat terindah dalam menjalani dien ini, saat-saat telah sempurnanya setengah dien kita.

Sabarkanlah ku menanti pasangan hati,
tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini,
di dalam asa diri menjemput berkahMu,
tibalah ijinMu atas harapan ini (Seismic/Penantian)

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

sumber: http://www.eramuslim.com/oase-iman/abdul-al-hafizh-surat-cintaku-untukmu.htm

Tuhanku Yang Maha Penyayang, Aku tak ingin lagi bermain-main atau tertipu dengan cinta yang setengah-setengah. Aku letih mengharapkan kebahagiaan dari yang katanya cinta... tapi tak menghormatiku, dari yang katanya kesetiaan tapi mengkhianatiku, dan dari yang katanya perhatian tapi menelantarkanku. Kuatkanlah aku untuk menegaskan diri terhadap orang-orang yang palsu, untuk menjauhi mereka bagi kedamaianku, dan membebaskan diriku bagi jiwa yang mampu untuk mencintaiku dengan seutuhnya. Wahai Yang Maha Cinta, Jadikanlah aku pribadi yang tegas mencintai dengan seutuhnya, agar Kau hadiahkan kepadaku belahan jiwa yang mencintaiku dengan seutuhnya. Allahumma Aamiin. 
(Mario Teguh)

Sunday, November 20, 2011

Kisah Cinta Ali dengan Fatimah Azzahra


Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan…
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.

Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?”

Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan.

Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.

Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”. Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”

Kemudian Nabi saw bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, Bab 4)

http://www.kisah.web.id/tokoh-islam/kisah-cinta-ali-dengan-fatimah-azzahra.html


Sunday, November 06, 2011

Kisah Kambing dan Kucing di Hari Raya Qurban



Cinta sejati adalah...
Pengorbanan, kegigihan dalam berjuang, tanggung jawab, dan ketulusan. 

Mana kala seseorang mencintaimu dengan kesejatian, maka ia akan sanggup berkorban, gigih memperjuangkan dan membelamu saat kau terpuruk dan terjatuh, tulus mengasihimu, dan rela bertanggung jawab atas dirimu dan apa yang menimpamu. Apa pun akan ia lakukan demi sebuah ketulusan.

Namun sebaliknya, jika seseorang mencintaimu tanpa kesejatian, tidak tulus, pamrih atau karena mengharapkan sesuatu, ia tak akan pernah mampu berkorban. 

Maka, makna ketulusan akan berakhir pada sebuah kata, keikhlasan. Ikhlaslah dalam mencintai. Ikhlas membimbing, ikhlas menemani disaat senang maupun sulit, ikhlas menerima tidak hanya kelebihan namun juga kekurangan, dan ikhlas berkorban.




Fithri - Belajar tentang ikhlas, 
VNI 5 - 06 November 2011 - 10 Dzulhijjah 1432 H 
Jelang Setahun setelah "Kurban, 21 November 2010"

Saturday, October 29, 2011

Seutas Do'a


Ya Robbi,

Aku berdoa untuk seorang pria, yang akan menjadi bagian dari hidupku. Seorang pria yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau. Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.

Seorang pria yang mempunyai sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau dan memiliki keinginan untuk menauladani sifat-sifat Agung-Mu.

Seorang pria yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia. Seorang pria yang memiliki hati yang bijak bukan hanya sekedar otak yang cerdas.

Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.

Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi.
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seorang pria yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seorang pria yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

***

Dan aku juga meminta:

Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.

Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari, dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakaan "Betapa besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".

Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.

Ya Allah.. kabulkanlah do'a hamba. Allahumma Aamiin..


Monday, October 24, 2011

Titip Satu Cinta ku pada Sang Maha Pemilik Cinta


Semoga cinta ini adalah cinta karena Allah, bukan cinta semu.. Sehingga bisa membuatku lebih ikhlas dan bersabar dalam setiap prosesnya, dalam setiap penantiannya..

Ya Alloh... Maha Pemilik Cinta... Aku titipkan satu cinta itu padamu, jangan Kau hadirkan dulu saat ini, jadikanlah itu sangat indah suatu saat nanti.. Ketika waktunya telah tiba.. Waktu yang paling tepat dengan seseorang yang tepat, yang telah Kau persiapkan sejak dulu..

Titip satu cinta itu Yaa Alloh.. Cinta yang akan membuatku semakin dekat dengan-Mu, cinta yang membuat ia pun semakin dekat dengan-Mu.. Cinta yang membuat kami semakin mensyukuri betapa Luas nikmat dan karunia-Mu, dan membuat kami saling membimbing untuk mencapai ke-Ridho’an-Mu..
 
Titip satu cintaku Yaa Mushawwir.. Cinta yang bisa menghasilkan sebuah keluarga yang sakinah, cinta yang bisa menciptakan sebuah rumah yang hangat yang akan menjadi tempat bangkitnya peradaban agama-Mu..

Titip satu cinta itu Yaa Malik.. Cinta yang darinya aku lahirkan para mujahid dan mujahidah yang tangguh.. yang senantiasa siap membela agama-Mu di garda terdepan.. Ksatria yang tidak pernah takut malawan musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh Rosul-Mu..

Titip satu cinta itu Yaa Robb.. Jagalah kami, bimbing langkah kami, sehingga kami bisa sama-sama terjaga, dan akhirnya sama-sama mendapatkan yang terjaga pula..

Titip satu cinta itu Yaa Rohman.. Cinta yang dengannya aku bisa banyak belajar, dan ia pun bisa banyak belajar, sehingga kami bisa saling mengisi dan semakin berkembang karena cinta itu..

Titip satu cinta itu Yaa Waliyy.. Bimbing langkahnya, mudahkan urusannya, luaskan rizkinya, dan jaga dia untuk tetap berada di jalan-Mu, mudahkanlah jalannya dalam menemukan aku disini..

Titip cinta itu Yaa Kaarim.. Jadikan hidupnya senantiasa bermanfaat, dan jangan lengahkan ia dengan fana nya kehidupan dunia.. Semoga saat ini pun ia sedang berjuang di sana, senantiasa berjuang untuk menggapai Syurga-Mu.. Jadikan ia orang yang bersungguh-sungguh untuk kehidupan dunia dan lebih bersungguh-sungguh untuk kehidupan akhiratnya..

Titip satu cinta itu Yaa Ghaffaar.. Jadikan ia orang yang selalu mempelajari agama-Mu, orang yang selalu menyeru kepada agama-Mu.. Jadikan ia Murrobi yang terbaik untukku dan anak-anakku kelak, jadikan ia murobbi terbaik untuk keluarga dan masyarakat..

Titip cinta itu Yaa Hafizh.. Jaga aku dan jaga ia sampai waktu yang Kau tetapkan tiba, dan jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa bersabar dan bersyukur..

Titip cinta itu Yaa Robb..
Aamiin Yaa Robbal 'aalaminn....

Wednesday, September 14, 2011

Mutiara

Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat,
namun pada apa yang tidak dapat terlihat.

Sunday, August 28, 2011

Cinta dan Harapan

Profesor Frankel: 20 Tahun Menuju Islam


James D. Frankel adalah seorang profesor bidang perbandingan agama dan sekarang mengajar di Universitas Hawai. Di universitas itu, Frankel juga mengajar mata kuliah tentang Islam dan ia sendiri adalah seorang mualaf.

Dari kediamannya di Honolulu, Hawai, Profesor Frankel berbagi cerita tentang perjalanannya menjadi seorang muslim.

Sebelum pindah ke Hawai dua tahun yang lalu, Frankel menetap di New York, kota tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Frankel tumbuh dalam lingkungan keluarga bahagia. Orang tuanya tidak menerapkan ajaran agama tertentu dan hanya menanamkan nilai-nilai moral, meski sebenarnya keluarga Frankel memiliki latar belakang Yahudi.

Satu-satunya koneksi yang pernah menghubungkannya dengan soal agama adalah nenek dari pihak ayahnya, yang masih menjalankan ajaran-ajaran agama Yahudi. Dari neneknya itulah, Frankel belajar sedikit tentang kisah-kisah dalam alkitab dan kisah-kisah nabi.

Orang tua Frankel pernah mengirimnya ke sekolah Yahudi agar Frankel bisa belajar banyak tentang agama Yahudi. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Frankel merasa tidak nyaman di sekolah itu, dan sebenarnya ia dikeluarkan dari sekolah karena terlalu banyak bertanya.

"Mungkin itu sudah karakter saya. Sampai sekarang, sebagai seorang muslim dan seorang prfesor, saya tetap jadi orang yang banyak tanya," ujar Frankel.

Jadilah ia tumbuh remaja tanpa basis ajaran agaman apapun. Di usia remaja, Frankel punya dua pengalaman yang menurutnya menjadi pengalaman hidup yang penting. Pada usia 13 tahun, Frankel membaca manifesto Karl Marx dan ketika itu ia memutuskan untuk menjadi seorang komunis. Ia terkesan dengan filosofi komunis yang menurutnya bisa menyejahterakan semua orang.

Pada usia itu juga, Frankel merasa untuk pertama kalinya mulai mendengar tentang agama Islam. Karena sekolah di sekolah internasional, Frankel punya teman dari berbagai negara. Salah satu teman baik Frankel saat itu seorang siswa muslim asal Pakistan. Temannya itu memberikan Al-Quran dan ingin Frankel membacanya.

"Saya tidak mau kamu masuk neraka," ujar Frankel menirukan ucapan temannya saat memberikan Al-Quran.
Frankel mengatakan, selama hidupnya ia tidak pernah memikirkan soal neraka. Ia hanya menerima Al-Quran itu dan menyimpannya di rak buku selama bertahun-tahun. Frankel tidak pernah membuka-bukanya.
Beberapa tahun kemudian, Frankel menjadi ragu dengan komunisme yang dianutnya setelah melihat bagaimana prinsip komunisme di praktekkan di banyak negara. Ia lalu memutuskan untuk tidak lagi menjadi seorang komunis.

Frankel mengungkapkan, sejak kecil sebenarnya ia sudah memikirkan tentang apa makna hidup ini sesungguhnya; mengapa ia ada di dunia ini, kemana ia akan menuju dan mengapa ada orang yang menderita. Tapi pikiran-pikiran hanya mengendap di kepalanya, hingga beranjak dewasa dan kuliah, Frankel hanya memfokuskan aktivitasnya pada belajar. Hingga ia mengalami hal yang akan membawa perubahan padanya, kematian nenek dimana Frankel pernah belajar tentang Alkitab dan kisah nabi-nabi.

Kematian Nenek yang Mendadak
Pengalaman ini menggetarkan hati Frankel. Betapa tidak, sehari sebelum ia menerima kabar kematian sang nenek, Frankel dan neneknya sempat menikmati makam malam. Waktu itu, Frankel masih mahasiswa dan tinggal di Washington DS, ia mendapat kejutan berupa kunjungan nenek, bibi dan seorang sepupunya.

Frankel menghabiskan waktu sepanjang sore berbincang-bincang dengan neneknya. Frankel menceritakan keinginannya untuk pindah kuliah dan memperdalam studi tentang China. Malamnya, Frankel, nenek, bibi dan sepupunya pergi keluar untuk makam malam. Frankel tidak melihat tanda-tanda bahwa itulah malam terakhir ia bertemu dengan neneknya. Setelah makan malam, Frankel diantar pulang ke asrama.

Pagi dinihari, Frankel dikejutkan oleh dering telepon dari sepupunya, mengabarkan bahwa nenek meninggal dunia. Franke kaget dan tak percaya. Sepupunya bilang, nenek terkena serangan jantung saat tidur. Frankel langsung terbayang kembali pertemuan dengan neneknya semalam, ia tak menyangka neneknya akan "pergi" secepat ini.

Frankel pulang ke New York untuk menghadiri pemakaman neneknya. Pemakaman dilakukan dengan tradisi Yahudi. Pada Rabbi yang memimpin pemakaman, Frankel menanyakan tentang tradisi yang dilakukan keluarga Yahudi saat salah satu anggota keluarga meninggal dunia. Ia menanyakan, mengapa saat pemakaman, Rabbi mengatakan bahwa nenek sudah diambil kembali oleh Tuhan.
"Lalu dimana nenek sekarang? Setelah diambil Tuhan, kemana nenek pergi? kemana kita juga akan pergi, dan mengapa kita ada di dunia ini," tanya Frankel pada Rabbi ketika itu.
 
Mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, sang Rabbi, ungkap Frankel, melihat jam tangannya dan berkata, "Saya harus pergi" tanpa memedulikan betapa marahnya Frankel mengalami hal semacam itu, pertanyaan-pertanyaannya sama sekali tak dijawab.

Mencari Kebenaran
Frankel mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya itu. Saat itu, usia Frankel masih 19 tahun. Ia mengunjungi komunitas Yahudi, tapi jawaban yang diberikan tidak memuaskannya. Orang-orang Yahudi itu mengatakan, Tuhan--yang ingin diketahui Frankel--adalah satu-satunya Tuhan milik orang Yahudi.

Akhirnya, Frankel memutuskan untuk belajar sendiri. Ia mulai membaca isi Alkitab. Saat berkunjung ke Inggris, ia didekati oleh sejumlah orang penganut Kristen Evangelis. Tentu saja orang-orang itu ingin menarik Frankel sebagai penganut Kristen Evangelis, dan Frankel berpikir untuk mencobanya.

Saat membaca Alkitab, Frankel merasakan cinta yang kuat dan penghormatan terhadap Yesus. Tapi yang tidak bisa diterimanya, Alkitab menyuruhnya menerima Yesus sebagai Tuhan dan penyelamatnya. Bagi Frankel, Yesus tidak lebih seperti kakak kesayangan atau seperti seorang guru. Lagi-lagi Frankel merasa tidak menemukan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaannya tentang ketuhanan.

Frankel kembali mempelajari hal-hal lainnya, mulai dari filosofi agama Budha, filosofi Yunani, Romawi dan sejarah. Tapi semuanya belum menjawab pertanyaan Frankel. Saat kembali ke New York dari Inggris, Frankel bertemu dengan beragam pemuka agama. Ia mencoba berdiskusi dengan mereka soal agama, meski ia sendiri skeptis.

Interaksi dengan Al-Quran dan Menjadi Muslim
Interaksinya pertama Frankel dengan Quran berawal ketika ia bertemu dengan para aktivis Nation of Islam. Salah seorang diantara aktivis itu memberinya salinan Surat Al-Kahf beserta terjemahannya. Frankel membawa salinan salah satu surah dalam Quran itu ke rumah, dan ia teringat akan Al-Quran yang pernah diberikan temannya enam tahun yang lalu.

Frankel mulai membaca isi Al-Quran lembar demi lembar. Frankel merasakan sesuatu yang berbeda dibandingkan ketika ia membaca Alkitab. Membaca Quran, Frankel merasa Tuhan sedang bicara langsung padanya. Di satu titik, Frankel pernah sampai meneteskan air mata, merinding, ia merasa bulu kuduknya berdiri, saat membaca isi Al-Quran.

Januari 1990, Frankel bertemu dengan teman-temannya semasa sekolah menengah. Mereka minum kopi sambil berbincang menanyakan kabar masing-masing. Seorang teman yang tahu bahwa dulu Frankel adalah seorang komunis bertanya, "Apa yang kamu yakini sekarang?" dan spontan Frankel menjawab, "Yah, saya percaya pada Tuhan. Hanya ada satu Tuhan."

Jawaban itu tentu saja membuat teman-temannya terpana. Mereka bertanya, darimana Frankel tahu bahwa Tuhan itu satu. Frankel menjawab, ia tahu dari Al-Quran. Salah seorang temannya yang muslim menanyakan apakah Frankel membaca Quran, dan oleh sebab itu, Frankel pun harus percaya bahwa Quran adalah pesan-pesan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Frankel menjawab "ya", ia percaya Muhammad utusan Allah. Temannya lalu mengatakan, maka Frankel sudah menjadi seorang muslim.

Frankel hanya tertawa mendengar perkataan temannya yang asal Pakistan itu. "Saya seorang muslim? Kamu yang muslim, kamu dari Pakistan. Saya cuma orang yang percaya pada Tuhan," tukas Frankel.

Tapi temannya bersikeras, "Tidak, kamu adalah seorang muslim. Kamu percaya tidak ada Tuhan selain Tuhan yang satu dan percaya bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Maka, kamu adalah seorang muslim."
Frankel syok mendengar perkataan sahabatnya itu.

Selama beberapa hari kemudian, ia memikirkannya. Frankel memutuskan untuk menelpon Mansour, teman yang dulu memberinya Al-Quran. Mansour kuliah di Pennsylvania dan bekerja di Asosiasi Mahasiswa Muslim di sana. Frankel meminta Mansour mengirimkan literatur-literatur tentang Islam dan persyaratan untuk menjadi seorang muslim.
Mansour mengiriminya sekira dua buku.
Dari buku-buku itu, Frankel membaca tentang rukum Islam, bagaimana caranya salat, wudu dan ucapan dua kalimat syahadat.

Frankel mulai mempraktekkan salat diam-diam di kamarnya--karena waktu itu ia sudah tinggal lagi dengan orang tuanya--bahkan untuk pertama kalinya ia ikut berpuasa di bulan Ramadan. Kondisi itu berlangsung hampir 8 bulan, dan itulah kehidupan pertamanya sebagai muslim.

Frankel tak bisa menyembunyikan keinginannya lagi. Ia menceritakan semua pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi seorang muslim. Ibunya bereaksi keras, menangis dan menanyakan mengapa semua ini bisa terjadi.

Hubungan Frankel dengan kedua orang tuanya jadi kaku. Frankel mencoba meyakinkan ayah ibunya bahwa ia menjadi mahasiswa dan manusia yang lebih baik setelah memeluk Islam.
"Alhamdulillah, kedua orang tua saya akhirnya menerima keislaman saya. Buat saya, ini adalah perjalanan selama hampir 20 tahun dan hanya Allah yang tahu, bagaimana dan kemana semua ini akan berakhir," ujar Frankel.

"Maka pesan saya bagi para mualaf maupun mereka yang sudah lama menjadi muslim, untuk selalu bersabar dan lihatlah kejutan yang akan diberikan Allah pada kita, bukan dengan ketakutan tapi dengan cinta dan harapan," tukas Frankel. (kw/oi)


Saturday, August 27, 2011

...

"Dalam kerendahan diri, ada ketinggian budi, 
"Dalam kemiskinan harta, ada kekayaan jiwa, 
"Dalam kesempitan hidup, ada keluasan ilmu, 
"Hidup ini indah jika segalanya kerana Allah S.W.T.

Haji Abdul Malik Karim Abdullah (HAMKA) 
Di bawah Lindungan Ka'bah.

Saturday, July 16, 2011

Menyembuhkan Hati Yang Perih Terluka


 By: M. Agus Syafii

Cinta bukanlah pikiran dan perasan. Cinta bukanlah semata harapan dan keinginan, tetapi cinta adalah sebuah latihan kesabaran, sebab cinta itu memberi, cinta itu berkorban, cinta itu memaafkan. Cinta yang hakiki tidak dilalui dengan riang gembira dan canda tawa namun cinta yang hakiki dilewati dengan peristiwa yang menguras derai air mata, perih dan terluka agar anda mengerti bahwa sesungguh cinta yang hakiki hanyalah cinta kita kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan.  Bagi mereka yang mengejar kebahagiaan dengan berharap akan menemukan cinta yang hakiki harus melalui cobaan dan ujian yang terberat adalah kehilangan. Kehilangan sesuatu yang berarti tentu saja membuat kita merasa sedih dan berduka. Terlebih kehilangan seseorang yang begitu kita cintai dan kita harapkan, bahkan seluruh hidup kita bergantung kepada kehadirannya, maka rasa perih dan terluka mengiringi kepergiannya teramat dalam dan tidak akan pernah terhapus dari ingatan kita. Setiap benda, peristiwa, jalan yang pernah kita lalui atau hal yang mengingatkan kita kepada orang tersebut membuat perih dan luka hati menganga kembali dan rasa sakit menyayat begitu perih, nyeri.

Kenangan begitu indah, Hidup penuh semerbak harum mewangi bunga, bagai di taman firdausy penuh bunga keindahan tersimpan dalam ingatan kita. Cinta dan kasih sayang, kemesraan, menimbulkan kenangan manis tak terlupakan. Sementara disisi lain kecintaan penuh muatan emosi, pertengkaran, pengkhianatan menimbulkan kebencian yang membakar apapun yang justru dicintainya dan dipujanya. Setiap benda, tempat, peristiwa dengan orang tersebut menimbulkan kenangan pahit, perih dan terluka. Jika terjadi kematian atau perceraian yang terjadi secara tiba-tiba sama sekali tidak diduga dan tidak dikehendakinya biasanya jiwanya memberontak, marah, tidak dapat menerima keadaan yang terjadi akibat ketidakpuasan pihak yang ditinggalkan atau peristiwa yang dalaminya.

Lantas bagaimana menyembuhkan perih dan terluka karena kehilangan orang yang anda cintai akibat kematian atau perceraian? Anda tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatan anda sendiri. Sebab anda adalah makhluk yang lemah. Kita hanya akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila menyerahkan semua perkara kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

"Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. al-Ma'idah : 23). 

Jadikanlah kalimat "Hasbunallah wa ni'mal wakil" sebagai dzikir yang selalu menyelimuti anda, perih dan terluka dihati anda akan berubah menjadi kebahagiaan untuk meraih cinta yang hakiki yaitu cintanya Allah.

--
Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka tidak ditimpa satu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. ali Imran : 173-174).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Saturday, July 09, 2011

Makna Sebuah Ketulusan

Tak terasa, sebentar lagi usiaku genap 28 tahun. Sebagian orang mengatakan, angka ini adalah angka yang tak lagi muda. Namun bagiku, berapa pun angka yang terlalui, itu hanyalah bilangan angka semata. Yang terpenting adalah bagaimana kualitas iman ini terus bertambah. Ya.. bagiku ketika bilangan-bilangan itu terus bertambah, artinya waktu untuk menanti pertemuan terindah dengan Sang Pencipta semakin dekat.

Sebagian orang terkadang suka bercanda dengan mengatakan usia ini adalah usia yang matang, bahkan hampir mutung. Aku, terkadang hanya bisa tersenyum dengan candaan-candaan mereka. Ada-ada saja teman-teman mengingatkan usia padaku, hehe. Terima kasih. Namun, bukankah, dunia ini fana sobat?!, dunia ini hanya tempat senda gurau semata. Lantas kemudian, Allah menegaskan, bahwa hanya orang-orang yang beriman-lah yang akan selamat. Maka, ketika bilangan angka bertambah, berarti usiaku semakin berkurang. Iman inilah yang harus terus diperkuat dan aku harus semakin mempersiapkan diri untuk hari itu. Hari dimana ruh ini terpisah dari jasad.

Ngomong-ngomong tentang bercanda, dari sebuah peristiwa yang penuh pembelajaran, saya kembali diingatkan, berhati-hatilah dalam bercanda dan jangan berlebih-lebihan. Allah telah mengingatkan bahwa dunia ini adalah sekedar tempat senda gurau semata. Yang akan selamat hanya orang-orang yang beriman, yaitu orang yang ketika bercanda tidak berlebih-lebihan. Bercanda boleh-boleh saja kawan, asal tidak berlebih-lebihan hingga merugikan atau menyakiti orang-orang di sekeliling kita. Yup, bener banget.

Saat ini, yang paling penting dalam hidupku adalah diriku sendiri. Bagaimana aku membangun hidupku kembali. Memulainya menjadi lebih baik lagi, meski bagai dimulai dari nol lagi (mirip-mirip iklan Pertamina, dimulai dari nol ya Pak/Bu, hehe). Ya.. pekerjaanku telah terkorban sebanyak tiga kali. Tersenyum miris jika mengenang semua. Namun, tak ada pilihan selain sabar dan ikhlas. InsyaAllah.. Allah akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik, halal, dan berkah. Walau pun, jatuh bangun memperjuangkan dan mempertahankan semuanya. Hiks hiks.. (mengasihani diri sendiri). Pekerjaan adalah bagian dari kehidupan. Disana kita mengaplikasikan ilmu, amal, dan mengais rezeki yang halal. Ilmu, amal, dan rezeki yang halal, adalah tiga hal yang tak bisa dipisahkan. Mereka bersatu dalam satu konsep, yaitu ibadah kepada Allah. Maka, ketika ilmu, amal dan rezeki yang halal kita jadikan bagian dari ibadah, semua akan menjadi berkah. Berkah, ya.. kata inilah yang selalu ku incar dimana pun aku bekerja. Berkah itu berati.. ketenangan, kenyamanan, kebahagiaan, dan rasa cukup dengan apa yang ada. Semoga pekerjaan yang ke empat ini baik dan berkah dari yang sebelum-sebelumnya dan semoga di tempat yang baru, tak ada lagi gangguan. Allahumma Aamiin..

Aku, tak lagi peduli bagaimana orang-orang yang mendengki dan tidak menyukai menilai atau menjudgeku dengan ucapan-ucapan miring. Termasuk manusia sekaliber "pembimbing" sekali pun, atau orang-orang yang dianggap ahli ilmu agama di dunia, namun miskin empati dan tidak peka serta suka menjudge orang lain dengan perkataan-perkataan negatif tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya. Bagiku, mereka adalah orang-orang yang miskin empati dan tidak peka, yang tidak bisa menempatkan posisi di pihak orang lain yang terkena musibah. Aku belajar dari mereka, agar tidak menjadi seperti mereka.

Apakah anda berharap orang lain akan memahami anda?, Mengerti kondisi anda?, sekali lagi tidak. Orang lain hanya bisa berkomentar, berprasangka, berargumen terhadap permasalahan yang anda alami. Mereka tidak akan pernah bisa menyelami isi hati anda karena mereka tidak mengalami dan menjalani apa yang anda alami. Oleh karena itu fahami saja mereka. Dengan begitu engkau menjadi lebih kuat dibanding mereka. Hadapi dan nikmatilah ujian hidup anda. Karena Allah sudah mengukur batas kekuatan anda. (Fithri Ariani, Menasihati Diri Sendiri, Februari 2011)

Saat ini aku hanya ingin terus memperbaiki diri sepenuhnya untuk mempersiapkan diri menjelang perjumpaan dengan Sang Pencipta. Umur, selain Allah, siapa yang tahu. Maka ketika bilangan usia ini bertambah, bagiku waktu untuk berjumpa dengan Allah semakin dekat.

Usia adalah milik Allah semata, dan sejak dulu aku sudah belajar mempersiapkan diri dengan semua kemungkinan terburuk yang terjadi. Tragis atau miris sekali pun setiap kisah yang dilalui, setip kita harus siap karena Allah memberi takdir yang sudah terukur dan tertulis. Allah tidak memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Keluarga, sebuah kata yang sarat makna, dan aku belajar dari pengalaman hidup, jangan sampai aku membuat keluargaku kembali terluka atau sakit karena orang-orang yang pernah melukai dan menyakiti. Karena jika aku sakit, maka keluargaku juga akan turut sakit. Jadi inget waktu Papa jatuh sakit lantaran memikirkan aku dan "masalah". Itu artinya, mulai sekarang aku tidak boleh sakit lagi, agar orang tua dan keluargaku tidak turut sakit. Siip.. siip.. SEMANGAAAT!!!. (Senyum).

Rentang usia 25 - 28 lalu, ku hadapi dengan deras air mata. Berkali-kali aku kehilangan pekerjaan demi sebuah kata yang bersembunyi di balik niat baik. Demi memudahkan suatu niat baik, terkadang kita harus mengorbankan apa yang kita miliki. Dan hanya cinta yang tuluslah yang bisa berkorban, sedangkan cinta dengan pamrih atau karena mengharap sesuatu, tak kan sanggup untuk berkorban, meski hanya sekali jarak yang harus ditempuh.

Ya, aku semakin menyadari sebuah makna tentang ketulusan. Jika seseorang tulus terhadapmu, maka ia akan sanggup berkorban dan bertanggung jawab. Apa pun akan ia lakukan demi sebuah ketulusan. Namun sebaliknya, amal yang tidak tulus atau karena mengharapkan sesuatu, ia tak akan pernah mampu berkorban. Maka, makna ketulusan akan berakhir pada sebuah kata, keikhlasan. Ikhlas membimbing, ikhlas menemani disaat senang maupun sulit, dan ikhlas berkorban.

"Luka fisik, akan mudah sembuh. Luka hati, membutuhkan waktu dan meninggalkan dampak-dampak lainnya".

Kalimat ini ku baca saat menonton sebuah film beberapa hari lalu. Di film itu dikisahkan seorang anak yang mengalami trauma masa lalu dan trauma itu hanya sembuh dengan satu kata, yaitu "Ketulusan". Jadi, kesimpulannya adalah beramal dengan tulus dan ikhlas. Sebab dengan amal yang ikhlas, insyaAllah kita akan meraih apa yang kita inginkan. Dan pastinya yang kita inginkan dalam hidup ini bukan harta melimpah, tahta, atau jabatan melainkan pada sebuah kata, keberkahan. Berkah itu berati.. ketenangan, kenyamanan, kebahagiaan, dan rasa cukup dengan apa yang ada.

Wallahua'lam bishshawwab

“Ya Allah, jika Engkau mewafatkan diriku maka ampunilah aku, dan jika Engkau membiarkan diriku hidup maka jagalah aku sebagaimana Engkau menjaga orang-orang yang sholeh. Allahumma Aamiin..” (HR. Bukhari 8/169)

Bumi Mutiara, 09072011

Sunday, June 26, 2011

Hujan

Lama ku tak menulis, rasanya rindu sekali. Namun aku sadar, hati ini terlalu kelu hingga tak sanggup menuliskan isinya. Hidup terus berjalan, satu per satu kisah berlalu, beranjak pergi dan meninggalkan kesan. Ada yang manis, ada yang pahit. Dan sejatinya itulah kehidupan. Getirnya menggetarkan, bahkan terkadang menyakitkan.

Satu pelajaran penting yang hingga saat ini masih belum bisa ku jalani dengan baik adalah "ikhlas". Ternyata, luka hatiku, mungkin terlampau dalam. Hingga tak mampu untuk diredam meski lidah diam. Hidup nampak kian tenang, setenang telaga. Namun sebenarnya ia memendam luka. Ikhlas, memang tak mudah. Terkadang meski sudah berusaha sekuat tenaga menjalaninya, namun di saat lain, keikhlasan itu kembali roboh mana kala lukanya kembali menyeruak. 

Aku dan trauma. Trauma masih betah singgah. Hingga terkadang bulir bening itu masih menetes, terkadang ia menderas membasahi mukena dan sajadah. Aku sangat ingin membenci, bahkan aku ingin berontak dan marah. Jiwa meronta. Terus menerus meronta. Mengapa harus aku?. Mengapa aku yang menjadi korban kebodohannya. Aku kembali tersadar, belajar terus menerus mengambil hikmahnya, meski ikhlas itu tidaklah mudah. Mungkin, jika tidak aku yang mengalaminya, maka keimananku belum teruji. Mungkin jika bukan aku, belum tentu ada orang lain yang mampu menghadapi, oleh karena itu ujian itu diberikan padaku. Jika bukan denganku, mungkin ia tak akan mendapatkan ilmu dan hikmah untuk menjadi lebih baik. Dengan kata lain, aku menghantarkannya pada sebuah hikmah yang membawanya lebih baik dan aku pun juga demikian. Terus menerus berusaha berhusnudzhon, meski secara naluriah.. hati ini luka.

Munajatku sering kali basah air mata. Aku, adalah perempuan yang luka. Aku, sangat mengasihani diriku sendiri. Meski sebagian orang di luar sana memandang indah, namun hatiku penuh sayatan luka.

Hidupku bagai roda yang berkali-kali pecah, bagai balon udara yang berkali-kali salah arah, bagai layang-layang yang terbang kian meninggi, sesekali ditarik ulur talinya, sekali masa diputus hingga terbang tak tentu arah. Ya.. aku, bagai sebutir pasir yang terombang-ambing, berkali-kali.. berkali-kali.. berkali-kali terluka.

Allah berkata dalam kitabnya, Aku tidak menguji hambaKu melampaui batas kemampuannya. Tidaklah suatu musibah menimpa seorang anak Adam, melainkan dihapuskan dosa-dosanya, meski hanya tertusuk duri. Allah mencintai hamba-hambaNya yang sabar. 

Banyak hal yang ku lakukan untuk menyemangati hidupku kembali. Untuk menyinari rona hatiku dengan warna-warna yang cerah, bukan buram, abu-abu, atau hitam. Kini, hidupku ku mulai dari nol lagi. Pekerjaan yang sudah 3 x ku korbankan hanya demi untuk memudahkan sebuah niat baik, harus bisa ku ikhlaskan, meski terkadang aku berfikir, betapa malangnya aku yang harus menjalani semua ini. Harus memulai segalanya dari nol lagi, sedangkan dia.. bergelimang kenyamanan tanpa rasa bersalah, mungkin..
Robb.. berilah ganti yang jauh lebih baik, banyak, dan berkah bagiku. Dan sabarkanlah aku menghadapi semua ujian-Mu.

Allahumma Aamiin..

Bumi Mutiara, 25062011

Monday, June 13, 2011

7 CIRI LELAKI DAMBAAN ILAHI

Apakah Anda ingin menjadi lelaki sejati? Lelaki sejati model apa yang Anda impikan? Sosok lelaki yang banyak digandrungi dan dikerubuti wanita? Atau pribadi yang dicintai Ilahi? Jika anda memilih yang pertama, maka yakinlah tidak akan abadi. Namun bila pilihan terakhir yang Anda impikan, beruntunglah karena akan abadi sampai akhirat nanti. Tapi, tunggu dulu! Sudahkah Anda memiliki ciri-ciri lelaki sejati yang dicintai-Nya? Bila sudah, Anda patut  bersyukur.  Jika belum, maka Anda layak menemukannya sekarang juga. Mari kita telurusi bersama ciri-ciri lelaki sejati yang Anda idamkan itu.

1. Tidak Terlena Kesibukan Duniawi
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum laki-laki untuk bekerja mencari nafkah.  Anak dan istri kita perlu dicukupi kebutuhan pangan, sandang, dan papannya. Kita bekerja peras keringat banting tulang demi menghidupi anak dan istri. Kita rela berangkat  pagi pulang petang agar dapur bisa ngebul dan keluarga tetap makmur. Tapi, sesibuk apa pun kita dalam bekerja. Sebanyak apa pun transaksi jual-beli yang dilakukan. Seramai apa pun toko tempat berniaga kita dikunjungi pembeli. Sepadat apa pun jadwal kita menangani kontrak kerja dengan klien, jangan sampai semua itu melenakan kita. Ingatlah, Allah SWT telah memberikan rambu-rambu. Dia berfirman,"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah. mendirikan sholat, dan mengeluarkan zakat. Mereka takut terhadap suatau hari (qiyamat) yang pada hari itu hati dan penglihatan manusia menjadi goncang, " (QS. An-Nuur: 37) 

2. Aktif Ke Masjid Untuk Sholat Berjama'ah
Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW bersabda, "Sholat seorang laki-laki di rumahnya adalah lebih baik daripada di masjid kecuali sholat fardhu."  Masjid adalah tempat sholat yang paling utama bagi laki-laki. Tidak pantas rasanya jika kita lebih sering sholat lima waktu di rumah layaknya perempuan. Di mana pun kita berada hendaklah hati ini selalu muallaq (terpaut) dengan masjid. Di rumah, di kantor, di pasar, di sekolah, di pabrik, bahkan saat berwisata sekali pun, masjid selalu ada dalam hati kita. Lelaki sejati senantiasa rindu masjid. Dia tidak mau tertinggal sholat berjamaah. Bahkan tak rela ketinggalan takbiratul ihram bersama imam. Kita boleh memperbanyak sholat di rumah, tapi untuk sholat sunnah agar rumah senantiasa bercahaya dan keluarga selalu ditaburi berkah-Nya. Sebagai penggugah semangat, kiranya Sabda Nabi berikut patut kita renungkan, "Jika kalian melihat seorang laki-laki yang aktif ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia orang yang beriman." (HR. Bukhori). Andakah yang sering dilihat orang ke masjid itu? 

3. Aktif Sholat Berjama'ah Isya & Shubuh
Selain aktif ke masjid, lelaki sejati kebanggaan Ilahi  juga  giat sholat berjama'ah Isya dan Shubuh. Berat memang berjama'ah Isya di masjid itu, terlebih di masa sekarang. Kita kadang terlena oleh sajian media televisi yang menayangkan beragam tontonan menarik. Kadang kita bahkan tak sadar, kala adzan berkumandang, mata dan hati kita masih terpaut di depan televisi menyaksikan sinetron, berita, dialog, sport, reality show, atau hanya sekedar infotainment yang menjual gosip. Begitu pun berjama'ah Shubuh, ini juga berat bahkan teramat berat. Betapa tidak, di tengah suasana yang masih gelap, lingkungan sekitar yang senyap, dibalut udara yang dingin menusuk tulang, kita harus rela bangun dan mengambil air wudhu. Padahal nafsu selalu menggoda untuk tetap pulas di peraduan terbuai mimpi-mimpi indah yang melenakan. Pantaslah  jika Rosulullah bersabda, "Tidak ada sholat yang paling berat bagi orang-orang munafik selain sholat Isya dan Shubuh. Andai mereka tahu apa yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak." (HR.  Bukhori). Tentu Anda tidak ingin tertular virus munafik itu bukan?

4. Aktif Qiyamul Lail
Qiyamullail adalah kebiasaan orang-orang saleh dari dulu hingga sekarang. Mereka rela untuk menjauhkan lambungnya dari tempat tidur demi memenuhi panggilan Robb-Nya. Bukankah Allah menurunkan rahmat-Nya di sepertiga malam terakhir. Maka, lelaki sejati adalah yang sigap untuk berdiri tegak di keheningan malam di saat orang lain tengah asyik mendengkur. Dia tidak ingin melewatkan saat nan indah berduaan dengan Sang Kekasih Sejati. Dia tinggalkan istrinya yang cantik di atas kasur yang empuk demi bercinta dengan Allah Yang Maha Ghofur. Mereka inilah hamba-hamba yang akan dicintai Robb Semesta Alam. Bahkan Allah akan sangat bergembira dan tersenyum bangga karena ridho kepada mereka. Simaklah apa yang digambarkan Baginda Nabi, "Tiga golongan yang Allah cintai, Allah bergembira, dan Allah pun tersenyum...(salah satunya) dan orang-orang yang memiliki istri cantik dan tempat tidur yang nyaman namun mereka bangun qiyamullail.".  (HR. Thobroni). Sudahkah Anda mengambil bagian untuk berkasih-kasihan dengan-Nya di sepertiga malam?

5. Pandai Mengendalikan Amarah
"Bukanlah pegulat itu yang pandai menjatuhkan lawan-lawannya. Pegulat sejati adalah mereka yang pandai menahan nafsu amarahnya saat marah." (HR. Bukhori & Muslim).
Ternyata menahan marah saat kita murka jauh lebih baik. Mengapa? Coba Anda perhatikan muka orang yang marah, jelek dan menakutkan bukan? Belum lagi suara yang menggelegar dan meledak-ledak tak terkendali. Itulah sebabnya Rosulullah menyuruh kita untuk duduk saat kemarahan meluap. Beliau pun menyarankan orang marah untuk berwudhu guna mencairkan panas yang bergejolak. Marah memang hak kita apalagi dengan alasan yang benar. Namun kewajiban kita justru mengendalikan kemarahan itu agar tidak liar seperti banteng matador. Tak berlebihan kiranya jika Nabi SAW  berpesan, "Janganlah marah, maka bagimu sorga." Maukah Anda mendapatkan sorga itu? Atau Anda lebih memilih jadi pegulat?

6. Memperlakukan Istri Dengan Baik
"Yang paling sempurna imannya di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istri-istrinya." (HR. Turmudzi)
Istri kita adalah pendamping hidup dalam suka dan duka. Mereka kaum yang sangat sensitif perasaannya. Mereka juga sangat senang dimanja dan disayangi sepenuh hati. Meski kadang mereka juga bengkok seperti tulang rusuk kaum laki-laki. Dan suami yang baik adalah yang piawai memperlakukan istrinya dengan baik. Seorang suami sejati hendaklah bisa menjalin komunikasi dengan tutur kata yang baik kepada istrinya. Gunakanlah pilihan kata yang halus dan sopan. Hindari kata-kata kasar dan bernada tinggi yang sok menggurui. Istri juga harus diperlakukan dengan menyenangkan. Jauhkan sikap cuek dan tidak peduli. Jangan mudah cemberut, marah, dan sikap ingin menang sendiri.  Dan yang tak kalah pentingnya, berikan mereka nafkah batin yang memadai di tempat tidur sehingga jalinan cinta selalu erat sepanjang masa. Sudahkah Anda menjadi yang terbaik bagi istri tercinta?

7. Pandai Menjaga Diri Dari Godaan Wanita
Salah satu yang paling dikhawatirkan oleh Rosulullah SAW terhadap kaum laki-laki adalah wanita. Wanita memang halus dan lembut, namun dibalik kehalusan dan kelembutannya menyimpan sejuta pesona yang menggoda. Sudah terlalu banyak sejarah mencatat bagaimana kaum Adam tak berdaya dan bertekuk lutut di hadapan wanita. Pantas kalau sementara orang mengatakan "Wanita Racun Dunia", meski ungkapan ini terlalu berlebihan.
Wanita memang halal bagi kita setelah dinikahi, namun di luar sana berjuta pesona mereka berkeliaran menggoda jiwa. Kadang bagi yang sudah beristri sekalipun, rumput tetangga jauh lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. Apalagi di abad informasi dan komunikasi modern sekarang ini, tetangga yang jauh bisa ada di depan layar komputer dan laptop dalam sekejap, bahkan dalam genggaman handphone. Dari jejaring sosial di dunia maya seperti facebook, twitter, friendster dan sejenisnya bisa saja malapetaka terjadi. Bukankah sudah sering kita dengar rumah tangga luluh lantak dan mahligai cinta tumbang  akibat perselingkuhan. Tentu Anda tidak ingin terperosok  ke dalam jurang yang nista itu bukan? Maka renungkanlah apa yang pernah digambarkan Nabi, "Tujuh orang yang akan berada dalam naungankan Allah pada saat tiada naungan selain naungan-Nya,...(salah satunya), seorang laki-laki yang diajak berbuat mesum oleh wanita cantik, namun dia menolak seraya berkata,"Aku takut kepada Allah Robb Semesta Alam." (HR. Bukhori-Muslim).

Sudah siapkah Anda mendapat predikat Lelaki Sejati Dambaan Ilahi?

Sumber:http://www.facebook.com/?ref=home#!/notes/guru-oke/7-ciri-lelaki-dambaan-ilahi/178465348877732

Friday, June 10, 2011

Anda Akan Bersama Orang yang Anda Cinta

oleh Ustadz Samson Rahman

Kita akan banyak ditentukan oleh dan dengan siapa kita berteman, dengan siapa kita bersahabat. Pikiran kita banyak dilukis oleh cara pikir dan cara pandang teman-teman kita dalam melihat dan mempersepsikan dunia. Kita akan banyak diwarnai oleh detak
hati sahabat-sahabat kita, oleh akhlak dan moralitas mereka. Kita akan senantiasa berotasi di garis edar orang-orang yang kita cintai, orang-orang yang kita senangi dan orang-orang yang kita anggap memiliki cawan cinta yang dia suguhkan kepada kita semua.

Cawan cinta yang membuat kita mabuk dan tenggelam dalam kecintaan yang luar biasa. Tak salah jika Rasulullah sering kali memberi peringatan pada kita semua bahwa jika kita ingin melihat agama seseorang maka hendaknya kita melihat siapa teman orang itu. Jika kita akan melihat karakter dan pandangan hidup seseorang maka hendaknya kita melihat teman gaul orang itu.

Tak banyak orang yang mampu menjadi pahlawan di tengah para penjahat, sangat minim orang yang akan menjadi penjahat sementara dia hidup di tengah-tengah para ulama. Aura hidup seseorang akan banyak mengalirkan energi pada orang lain. Energi jahat akan sangat gampang menular pada orang lain, energi baik juga bisa mengalir walaupun sangat lambat.

Banyak orang baik-baik mendadak menjadi jahat dan penjahat karena teman-temannya yang jahat, banyak orang alim yang tiba-tiba memuja dunia karena dia hidup di tengah-tengah pemuja dunia. Banyak ustadz yang mendadak tersendak melihat limpahan dunia.

Banyak kiai yang kehilangan rasionalitas tatkala terkurung oleh kepentingan. Namun banyak pula orang bejat namun tiba-tiba menjadi saleh karena banyak menyimak kata-kata ulama, merenungi ayat-ayat Allah dan ingat tujuan akhir kehidupannya. Manusia akan senantiasa terseret-seret di belakang ideologi temannya, menari bersama ritme paradigma sahabat-sahabat dan orang-orang
dekatnya—kecuali yang Allah beri dia rahmat.

Maka jangan lupa pertahanan kesalehan Anda, energi ketakwaan Anda, bara tawakkal Anda. Semangat kerja Anda akan tiba-tiba rontok mana kala Anda salah memilih teman-teman Anda. Api spirit ruhani Anda bisa-bisa mendadak redup tatkala teman-teman Anda membawa gulita dan siap memadamkan api spirit hidup Anda. Dan ingatlah bahwa Anda akan senantiasa bersama dengan orang yang Anda sukai dan cintai. Rasulullah bersabda : Setiap orang akan bersama dengan orang yang dicintainya (HR. Bukhari Muslim).

Jangan sampai kesalehan Anda tergerus oleh kethalehan teman-teman Anda. Janganlah kerendahan hati Anda (tawadhu’) tercerabut oleh keangkuhan teman-teman Anda. Janganlah kezuhudan Anda terkuras oleh ketamakan teman-teman Anda. Janganlah kedermawanan Anda ludes oleh kekikiran teman-teman Anda. Janganlah keberanian Anda tertimbun oleh kepengecutan teman Anda.Bila Anda tidak mawas diri, maka bersiaplah menjadi korban kecerobohan Anda. Bila Anda tak teliti maka bersiaplah untuk menghadapi penyesalan tiada henti.

Anda, sekali lagi, akan bersama dengan orang-orang yang Anda cintai. Anda kagumi dan Anda ikuti langkah-langkahnya.

Jika Anda cinta Rasulullah maka Anda akan bersama dia, di surga Allah. Dan jika Anda mulai merasa sangat nyaman dengan dunia maka dunia akan meninabobokan Anda sehingga Anda lupa pada hari akhirat Anda. Anda akan lelap dalam dekapannya yang menjadi Anda lupa terhadap diri Anda sendiri.

Sumber : http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/ustadz-samson-rahman-anda-akan-bersama-orang-yang-anda-cinta.htm

Tuesday, June 07, 2011

Cinta Sejati

Sedari dulu hati ini pun merindu, akan ketenangan jiwa ketentraman hidup, dimana lagi aku temukan arti sebuah hidup, Kemana lagi ku dapati cinta yang hakiki, ternyata datangnya sinaran seiring kesungguhan mencari jalan, kebenaran, jalan keridhoan, Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi, petunjuk hidayat suci Illahi Robbi.... 2x, hamba kan mengabdi.. (Hidayah Illahy by The Fikr)
Nasyid di atas saat ini sangat menginspirasi saya. Hampir setiap hari, saya selalu memilih Hidayah Illahy - The Fikr sebagai teman dalam aktifitas saya. Benar-benar menyejukan hati dan menyentuh :). Benar adanya, tiada cinta sejati selain mencintai Allah. Jika kita mencintai makhluk, maka bersiaplah untuk kecewa, terluka, atau sakit hati, karena manusia hanyalah makhluk yang dho'if yang tak mampu memberi dan berbuat apa-apa. Hanya Allah-lah yang bisa mengubah segalanya. Dalam sebuah syair nasyid berikut ini kita bisa melihat, gambaran begitu nyatanya kedho'ifan cinta makhluk dan hanya cinta Allah-lah yang sejati. 

Kasih manusia kadang bermusim
Sayang manusia tiada abadi
Kasih Tuhan tiada bertepi
Sayang Tuhan janjiNya pasti
(Kasih Sayang by Raihan)
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.”

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.

Inilah surga dunia yang dirindukan oleh para pecinta surga akhirat.

Itulah surga yang seharusnya kita raih, dengan meraih kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, dengan disertai rasa takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.

Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal dan Dia adalah Rabb yang memiliki 'Arsy yang agung." (At Taubah: 129)

Monday, May 30, 2011

Hidayah Illahi - The Fikr


Sedari dulu hati ini pun merindu, 
akan ketenangan jiwa ketentraman hidup, 
Dimana lagi aku temukan arti sebuah hidup, 
Kemana lagi ku dapati cinta yang hakiki, 
Ternyata datangnya sinaran seiring 
kesungguhan mencari jalan, 
kebenaran jalan keridhoan, 
Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi, 
petunjuk hidayat suci Illahi Robbi.... 2x, 
hamba kan mengabdi..
 

Sunday, May 29, 2011

Surat Cinta Untuk Jiwa



Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar aku tidak terjatuh dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbi, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari cinta-Mu.

Ya Rabbal Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
dari merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan
indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga
melupakan aku pada cinta hakiki
dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini
telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah
bersatu dalam dakwah di jalan-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami
dengan limpahan keimanan kepada-Mu
dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.









Allahumma Aamiin..

(By: As-Syahid Sayyid Qutb)

Saturday, May 28, 2011

Ketika Ruh Dicabut



Imam Ahmad dalam Musnad-nya, demikian juga Ibnu Hibban, Abu ‘Awanah Al-Isfirayaini dalam kitab Shahih keduanya, meriwayatkan dari Al-Manhal dari Zadan bin Al-Bara’ bin ‘Azib bahwa ia berkata, “Kami pernah pergi bersama Rasulullah untuk mengantar jenazah. Beliau duduk di atas kuburan dan kami duduk di sebelahnya. Kami diam dan tenang laksana di atas kepala kami terdapat seekor burung. Sambil menguburkan jenazah tersebut, Beliau berkata, “Aku berlindung diri kepada Allah dari siksa kubur.” Beliau mengucapkannya tiga kali.

Selanjutnya Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang beriman jika akan pindah ke alam akhirat dan meninggalkan dunia, maka para malaikat itu turun kepadanya. Wajah mereka seperti matahari dan setiap dari mereka membawa wewangian dari surga dan kain kafan. Mereka duduk di dekat orang yang beriman sebatas pandangan kemudian malaikat pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya dan berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.”

Rasulullah kemudian bersabda, “Ruh orang beriman pun keluar dari jasadnya seperti halnya air keluar dari mulut teko. Malaikat pencabut nyawa segera mengambilnya. Ketika ruh orang itu telah berada dalam genggamannya, para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh orang beriman itu berada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata hingga kemudian mereka mengambilnya dan menaruhnya di atas kain kafan surga dan wewangian tersebut. Dari ruh orang beriman, keluarlah wewangian paling harum yang pernah ada di bumi.”

Kata Rasulullah selanjutnya, “Kemudian para malaikat naik membawa ruh orang beriman dan setiap kali mereka melewati para malaikat, maka mereka bertanya, “Ruh siapa yang harum ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan nama terbaik yang pernah menjadi sebutannya ketika di dunia hingga kemudian mereka berhenti di langit kedua. Mereka minta dibukakan bagi ruh tersebut kemudian dibukakanlah untuknya. Ruh tersebut disambut seluruh makhluk di langit kedua dan mereka mendekatkan ruh tersebut ke langit berikutnya hingga mereka membawa ruh itu tiba di langit di mana Allah berada. Allah kemudian berfirman, “Tuliskan kitab hamba-Ku ini dalam ‘Illiyyin, lalu kembalikanlah ia ke bumi. Sebab, dari bumi itulah Kami menciptakan mereka, ke dalamnya Kami kembalikan mereka, dan darinya pula Kami keluarkan mereka sekali lagi.”


Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang kafir itu jika meninggal dunia menuju ke akhirat, maka para malaikat turun kepadanya dari langit dengan wajah yang hitam dan membawa kain kafan kasar, lalu duduk di dekatnya sebatas pandangan.


Malaikat pencabut nyawa datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya lantas berkata, “Wahai ruh yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah!” Lalu ruhnya berpisah dari jasadnya dan malaikat mencabutnya seperti mencabut besi pembakar dari wol yang basah. Selanjutnya malaikat pencabut nyawa mengambilnya dan jika sudah ia ambil, maka para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh tersebut di tangannya sekejap mata hingga kemudian mereka meletakkannya di dalam kain kasar tersebut. Dari padanya keluar bau paling busuk yang pernah ada di muka bumi.


Para malaikat membawanya naik dan setiap kali mereka melewati malaikat, mereka bertanya, “Ruh busuk siapa ini?” Para malaikat menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan sejelek-jeleknya nama yang dialamatkan kepadanya ketika di dunia. Ruh itu terus dibawa naik hingga sampai ke langit dunia. Ia meminta agar pintu langit itu dibuka, namun tidak juga dibukakan untuknya.

Kemudian Beliau membacakan firman Allah swt., “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40).

Allah swt. kemudian berkata, “Tuliskan kitabnya di Sijjin, di bumi yang terbawah!” Lalu ruh tersebut dilemparkan begitu saja. Selanjutnya Rasulullah membacakan firman Allah, “Barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31) [Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/287 dan 295) dan Abu Dawud (4753)]



Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/ketika-ruh-dicabut/
---

Tuesday, May 17, 2011

Cinta Sejati: "Pacaran Dulu atau Nikah Dulu?"

Meraih cinta sejati dalam keharmonisan suami isteri merupakan dambaan setiap pasangan. Seorang suami mendambakan isteri yang akan mencintainya dengan sepenuh hati, begitu pun sebaliknya. Keduanya menginginkan agar cintanya langgeng sampai akhir hayat.

Masalahnya, bisakah kita mendapatkan cinta seperti itu kalau masing-masing pasangan tidak mengenal lebih jauh siapa calon pasangannya. Menurut mereka, kenal nama, wajah, keluarga calon pasangan saja belum cukup. Tapi, harus kenal lebih jauh bagaimana karakter asli calon pasangannya, agar tidak ‘kecele’ di kemudian hari.

Pemikiran inilah yang akhirnya ‘menghalalkan’ begitu banyak orang untuk melakukan pendekatan. Biasanya orang menyebut dengan pacaran. Ada yang merasa belum cukup sebulan, setahun, dua tahun, hingga sepuluh tahun. Lebih repot lagi ketika ujung hubungan ini berakhir pada PHC atau pemutusan hubungan cinta. Alih-alih mendapatkan rasa saling memahami, justru yang ada menjadi saling benci dan ancam.

Pemikiran yang terlihat positif ini, sebenarnya sangat mudah untuk didompleng berbagai kepentingan. Utamanya adalah setan untuk membejatkan nafsu manusia, baik pria maupun wanita. Sehingga, pacaran menjadi seperti ‘legitimasi sosial’ pemuasan nafsu syahwat pria dan wanita. Pada akhirnya, karena sudah sangat membudaya, pacaran menjadi kelaziman hingga keharusan untuk calon pasangan suami isteri.

Terdengar menjadi sangat aneh ketika pria dan wanita memasuki gerbang pernikahan tanpa melalui pacaran sama sekali. “Kayak beli kucing dalam karung,” begitu kira-kira ungkapan sebagian orang Betawi.

Pertanyaannya, kalau pacaran memang dilarang Islam, apakah mungkin bisa terjalin cinta sejati antara suami isteri, padahal mereka tidak saling kenal lebih jauh jatidiri masing-masing. Apakah tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari. Kalau ketidakcocokan di saat pacaran kan bisa diputus, lalu gimana kalau ketidakcocokan ketika sudah menikah, apalagi ketika sudah punya anak?

Logika-logika awam seperti ini kerap muncul dan menjadi ganjalan seorang lajang muslim untuk menapaki gerbang pintu pernikahan. “Bisa gak sih nikah tanpa melalui pendekatan atau pacaran?”

Sepintas, logika awam seperti itu mengandung sebuah kebenaran: Hubungan pernikahan adalah hubungan yang sangat spesial antara pria dan wanita yang tidak punya batasan waktu, karena itu mesti dilakukan dengan hati-hati, dan melalui pendekatan yang dalam. Tapi lihatlah, bagaimana akhir dari sepak terjang kaum selebritis yang gonta-ganti pasangan karena ingin mendamba rumah tangga yang harmonis. Kebanyakan dari rumah tangga mereka hanya seumur jagung.

Perhatikanlah apa yang disampaikan Yang Maha Pencipta dan Maha Tahu terhadap ciptaan-Nya. Dalam Alquran, Allah swt. memberikan sebuah rumusan tentang menggapai cinta yang baik dan benar antara pria dan wanita.

Dalam Surah Ar-Rum ayat 21, Allah swt. berfirman.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Perhatikanlah ayat itu. Allah swt memberikan isyarat kepada kita bahwa jodoh atau pernikahan merupakan sebuah pintu untuk bisa mendapatkan ketenangan, cinta, dan kasih sayang. Bukan sebaliknya, memburu ketenangan, cinta, dan kasih sayang terlebih dahulu, baru kemudian memasuki pintu pernikahan.

Hal yang sebaiknya kita pahami adalah bahwa cinta yang didasari pada faktor biologis seperti cantik atau ganteng, cocok dan menarik karena hal-hal yang terlihat dari fisik seseorang, begitu sangat relatif. Penilaian mudah berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi.

Ketika seorang lelaki dan wanita terkondisikan dalam sebuah ruangan secara rutin, akan muncul rasa ketertarikan. Padahal boleh jadi, keduanya sudah punya calon masing-masing di tempat lain. Ketertarikan yang memunculkan cinta pria dan wanita bisa berubah tergantung keadaan yang membentuknya.

Karena itu, ketika seorang pria dan wanita yang sudah terikat dalam pernikahan, akan terkondisikan secara alamiah untuk saling memunculkan rasa ketertarikan dan cinta. Pada situasi dan kondisi ini, ketertarikan dan cinta mereka akan lebih kuat karena didorong oleh tanggung jawab atau amanah. Bandingkan dengan pengkondisian yang dilakukan pada saat pacaran: tanpa beban, bahkan mungkin sekadar iseng, dan coba-coba.

Hal lain yang bisa dipahami dari ayat di atas adalah meraih cinta dengan cara pernikahan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya ikatan keimanan yang bagus kepada Allah swt. Allah mengawali ayat ini dengan menyebut tanda-tanda kebesaran-Nya yang hanya bisa ditangkap oleh mereka yang punya kacamata iman. Tanpa kacamata ini, seorang pria atau wanita hanya akan saling memandang dan menilai dengan kacamata nafsu syahwat saja.

Ketika pintu pernikahan sudah di depan mata, ketika kemantapan untuk mengarungi bahtera rumah tangga sudah begitu mantap, selebihnya adalah tawakal kepada pemilik bahtera yang sebenarnya, Allah swt. Insya Allah, keraguan terhadap hal-hal yang akan mengurangi cinta dari calon pasangan kita, bisa berupa wajah, penampilan, status sosial, dan lain-lain, akan tergantikan dengan keberkahan lain.
Allah swt. menjanjikan itu dalam firman-Nya di Surah An-Nisa ayat 19.
فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

 “…bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Dari bahasan di atas, Insya Allah, tidak muncul lagi pertanyaan yang kerap menyesatkan proses pernikahan itu sendiri: “Pacaran dulu? Atau nikah dulu?”(muhammadnuh@eramuslim.com)