Lama ku tak menulis, rasanya rindu sekali. Namun aku sadar, hati ini terlalu kelu hingga tak sanggup menuliskan isinya. Hidup terus berjalan, satu per satu kisah berlalu, beranjak pergi dan meninggalkan kesan. Ada yang manis, ada yang pahit. Dan sejatinya itulah kehidupan. Getirnya menggetarkan, bahkan terkadang menyakitkan.
Satu pelajaran penting yang hingga saat ini masih belum bisa ku jalani dengan baik adalah "ikhlas". Ternyata, luka hatiku, mungkin terlampau dalam. Hingga tak mampu untuk diredam meski lidah diam. Hidup nampak kian tenang, setenang telaga. Namun sebenarnya ia memendam luka. Ikhlas, memang tak mudah. Terkadang meski sudah berusaha sekuat tenaga menjalaninya, namun di saat lain, keikhlasan itu kembali roboh mana kala lukanya kembali menyeruak.
Aku dan trauma. Trauma masih betah singgah. Hingga terkadang bulir bening itu masih menetes, terkadang ia menderas membasahi mukena dan sajadah. Aku sangat ingin membenci, bahkan aku ingin berontak dan marah. Jiwa meronta. Terus menerus meronta. Mengapa harus aku?. Mengapa aku yang menjadi korban kebodohannya. Aku kembali tersadar, belajar terus menerus mengambil hikmahnya, meski ikhlas itu tidaklah mudah. Mungkin, jika tidak aku yang mengalaminya, maka keimananku belum teruji. Mungkin jika bukan aku, belum tentu ada orang lain yang mampu menghadapi, oleh karena itu ujian itu diberikan padaku. Jika bukan denganku, mungkin ia tak akan mendapatkan ilmu dan hikmah untuk menjadi lebih baik. Dengan kata lain, aku menghantarkannya pada sebuah hikmah yang membawanya lebih baik dan aku pun juga demikian. Terus menerus berusaha berhusnudzhon, meski secara naluriah.. hati ini luka.
Munajatku sering kali basah air mata. Aku, adalah perempuan yang luka. Aku, sangat mengasihani diriku sendiri. Meski sebagian orang di luar sana memandang indah, namun hatiku penuh sayatan luka.
Hidupku bagai roda yang berkali-kali pecah, bagai balon udara yang berkali-kali salah arah, bagai layang-layang yang terbang kian meninggi, sesekali ditarik ulur talinya, sekali masa diputus hingga terbang tak tentu arah. Ya.. aku, bagai sebutir pasir yang terombang-ambing, berkali-kali.. berkali-kali.. berkali-kali terluka.
Allah berkata dalam kitabnya, Aku tidak menguji hambaKu melampaui batas kemampuannya. Tidaklah suatu musibah menimpa seorang anak Adam, melainkan dihapuskan dosa-dosanya, meski hanya tertusuk duri. Allah mencintai hamba-hambaNya yang sabar.
Banyak hal yang ku lakukan untuk menyemangati hidupku kembali. Untuk menyinari rona hatiku dengan warna-warna yang cerah, bukan buram, abu-abu, atau hitam. Kini, hidupku ku mulai dari nol lagi. Pekerjaan yang sudah 3 x ku korbankan hanya demi untuk memudahkan sebuah niat baik, harus bisa ku ikhlaskan, meski terkadang aku berfikir, betapa malangnya aku yang harus menjalani semua ini. Harus memulai segalanya dari nol lagi, sedangkan dia.. bergelimang kenyamanan tanpa rasa bersalah, mungkin..
Robb.. berilah ganti yang jauh lebih baik, banyak, dan berkah bagiku. Dan sabarkanlah aku menghadapi semua ujian-Mu.
Allahumma Aamiin..
Bumi Mutiara, 25062011
No comments:
Post a Comment