Menulis kisah tentang hidup, adalah sebuah kebahagiaan. Berguru pada alam semesta dari apa yang dilihat, didengar, difikir, dan dirasa. Memanusiakan manusia. Meramu kata per kata menjadi rangkaian cerita guna menuai hikmah. Moga kehadiran blog ini memberi kebaikan dan manfaat bagi semua. Aamiin ya robbal’aalamiin.. Take the rest time..
Tuesday, December 22, 2009
Terminal Revisi (Refleksi 1431 H)
Renungkanlah.. apakah semua itu ujian bagi org yg beriman, atau malah peringatan bagi orang-orang yang lalai & mudah tergoda dengan bujuk rayu syetan? karena tanpa kita sadari terkadang prilaku kita masih jahiliyah. Perkara inilah yang di benci dalam Islam karena itu Rosulullah brsbda "Seorang muslim tidak terjerumus dua kali di lubang yg sama". Lantas jika kmbali berulang maka itu adalah kegagalan dan musibah, dan musibah adalah peringatan. Kemudian, setelah tersadar dari khilaf berulang, tulislah daftar kesalahan dan keboddohan itu, kemudian revisilah diri agar kesalahan itu tidak berulang di masa datang.
Tanpa disadari kita menciptakan kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam hidup kita. Kemudian kebiasaan tsb terpola secara otomatis dalam keseharian kita. Yang terbiasa bangun malam untuk melaksanakan tahajud maka akan memiliki kekuatan hubungan dengan Allah serta memberi dampak positif bagi ruhiyyahnya. Yang terbiasa membaca Al Quran, akan bersahabat dengan isi dan bacaannya. Yang terbiasa berpuasa maka akan terbiasa menjaga dirinya. Termasuk yang terbiasa dengan maksiat atau dosa-dosa pun akan menganggap maksiat atau dosa sebagai perkara yang biasa. Perkara dosa yang dibiasakan akan menyebabkan dosa itu menumpuk kemudian butalah mata hatinya sehingga tak mampu lagi melihat maksiat sebagai dosa.
Akhirnya, revisilah bagian usang dari hidup kita. Berkacalah pada cermin yang bening agar kita bisa melihat bagaimana diri kita sebenarnya. Bermuhasabahlah dan introspeksi diri selama kita msh di beri kesempatan untuk hidup di dunia. Kesalahan dalam menempatkan tujuan dan menjalani hidup menyebabkan hilangnya arah dan melemahnya iman sebagai pertanda hilangnya harapan. Padahal tidak ada harapan yang benar-benar hilang karena dari Allahlah kita memperoleh harapan. Kegagalan dalam proses perbaikan adalah ujian. Ujian adalah bentuk kasih sayang Allah karena dari sana keimanan kita sedang dibentuk. Disinilah terminal kita untuk melakukan revisi.
Mengakui kesalahan, memperbaiki diri dan berjanji, bertekad dengan azzam yang kuat tidak akan mengulangi. Kita hanyalah seonggok jasad hidup yg dipenuhi noda. Bagi yang tak memahami hakikat dirinya sebagai hamba yang hina akan kehilangan arah dan hidup tanpa tujuan yang jelas. Maka mulailah melangkah, rajutlah asa, camkan dalam jiwa bahwa hanya Allah tujuan dan taatilah Allah, rosulullah. Hiduplah dalam naungan iman dan Islam dengan kaffah.
Fithri Ariani
Refleksi Terminal Revisi Jelang 1431 H
Baarokallahulana.. ketika hela nafas masih diberi.
Ya Allah.. perbaikilah hamba. amiin.
17 Desember jam 23:07 ·
-ditulis setelah melaui tahun-tahun berjalan dengan beragam hikmah-
Thursday, December 10, 2009
Sajadah
Ya Allah.. perbaikilah sholatku, ibadahku, dan amalku. Semoga bisa kembali khusyuk.. amiin..
Friday, November 20, 2009
Balada Negeri 1001 Boneka
Artikel ini saya tulis pada hari Rabu, 18 Nopember 2009. Tidak lain untuk mengingatkan saya sendiri dan saudara/i saya yang lain. Setelah melalui pertimbangan yang matang, pemikiran yang panjang, pengeditan berkali-kali, dan konsultasi dengan beberapa pihak, barulah sekarang saya mempublikasikannya. Sungguh sangat berat bagi saya untuk mempublikasikan artikel ini, karena saya sendiri menyadari bahwa saya masih belum baik, masih penuh kekurangan di sana-sini, bahkan banyak dosa-dosa yang tidak saya sadari. Namun setelah melalui proses yang panjang, ketika lidah sudah terasa kelu untuk kembali mengingatkan, dan kekhilafan terjadi berulang-ulang dari salah seorang rekan, saya berkesimpulan akan lebih baik jika dalam proses perbaikan diri, kita tetap saling mengingatkan dengan saudara yang lain, meski hanya lewat tulisan. Diam ketika melihat kesalahan, maka lebih berdosa. InsyaAllah ini yang terakhir.
Artikel ini ditulis tidak untuk menghina atau memojokkan seseorang. Hanya sebuah evaluasi dari pengalaman ruhiyyah yang sarat makna. Sebuah evaluasi tentang adab-adab syar’i antara yang bukan muhrim. Sebuah evaluasi tentang hijab dalam arti yang luas. Sebuah evaluasi tentang proses perbaikan diri dalam penghambaan kepada Allah. Sebuah tulisan sederhana dari seorang hamba Allah yang dho’if, yang tidak ingin saudarinya terus menerus terjebak dalam lumpur kemaksiatan dan dosa. Sebagai pengingat saya sendiri untuk semakin istiqomah dalam memperbaiki diri. Semoga bisa memberi manfaat yang banyak bagi semua pihak, mejadi pengingat kita akan pengawasan Allah dalam setiap hela nafas, bisa diambil hikmah dan pelajarannya, serta menjadi parameter yang menghantarkan kita kepada keshalihan.
Kepada Allah saya memohon perlindungan dari segala fitnah, Ya Allah.. jauhkanlah hamba dari perbuatan yang sia-sia dan tidak berguna, dari penyakit-penyakit hati, dan dari kesalahan atau kekhilafan dalam membuat peringatan. Aamiin ya Robbal’alamiin..
Prolog
"Wajah tampan atau cantik, adalah karunia dari Allah, sekaligus ujian bagi yang memilikinya. Namun hakikatnya, orang tampan atau cantik, ujiannya menjadi dua kali lipat. Pertama, apakah dia bisa mensyukuri ketampanan/kecantikannya. Kedua, apakah dia bisa menjalankan amanah ketampanan/kecantikannya di jalan yang benar. Dengan wajah tampan, dia bisa menjadi playboy, misalnya, jelas bukan bentuk syukur dan menjalankan amanah yang benar. Begitu pula, mereka yang diberi paras cantik. Betapa banyak orang cantik yang menggunakan kecantikkannya untuk memperdaya laki-laki. Betapa banyak perempuan elok yang justru jatuh ke dalam kehidupan yang salah arah, 1). Alhamdulillah.. saya merasa bersyukur diberi tampang yang sedang-sedang saja, tidak cantik, jelek pun tidak. Jika saya cantik, saya khawatir malah tidak bisa bersukur dan tidak bisa mengemban amanah Allah tersebut dengan baik."
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Dijual.. dijual.. (lagi)
sebuah boneka (lagi), murah meriah..! (lagi), Siapa mau beli..?! (lagi), Hayyooo..!! (lagi), nanti keburu laku!! (lagi). Dola (lagi).
Entah mungkin sudah putus urat malunya. Tanpa fikir panjang, tanpa lihat rambu-rambu syar’i, tanpa tedeng aling-aling, tanpa toleh kanan toleh kiri, ia siap beraksi mencari mangsa perjaka. Semakin banyak yang terjerat, semakin ia bangga. Tanpa berfikir bahwa perbuatannya itu merusak dan dosa. Layaknya sinden yang bersiap menari, ia pun siap menjerat lelaki dengan selendangnya. Ia akan mentak-mentak jika gagal menjebak mangsanya. Sambil menggerutu, "Uugh.. kok gak luluh juga syhh…??", "Awas ya! Nanti ku…… (maaf, sensor!)", atau "Uugh.. kok ga bales-bales syiih?? Sebel!!!" (SMS atau pesan maksudnya choy). Atau.. "Aq ga puas klo si "x" belum bales pesanku!". Lagi dan lagi, Dola lupa), bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.
Si Dola mungkin belum tahu, SMS dan pesan-pesan "ekstra khusus" antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim itu dosa. Memberi perhatian khusus, simpati, menunjukkan rasa suka, apa lagi yang nyerempet-nyerempet, pet.. pet.. pet.. hiii… Astaghfirullah wa na’udzubillah.. Ya, Dola mungkin belum pernah belajar adab-adab syar’i antara yang bukan muhrim, atau mungkin belum pernah dapat pelajaran tentang Izzah (kemulyaan/harga diri) muslimah. Atau bahkan mungkin sudah, tapi belum kuat melaksakannya. Ya.. manusia memang memiliki kadar iman yang berbeda-beda, termasuk si Dolala Hebring Semriwing. Apa ya..?! Kata Ustadzah di negeri 1001 boneka, suka menunda-nunda taubat dan menunda berhenti bermaksiat. Berarti menunda berbuat baik dong. Padahal sudah berulang kali hal itu ia lakukan, dan berulang kali pula telah diingatkan. Ya.. Lagi dan lagi, Dola lupa, bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.
Kata pawang boneka di negeri 1001 boneka, (entah dari mana ide nulisnya), wajar klo Dola begitu, karena dia merasa dirinya cantik, punya modal buat zzZZzz… *maaf, tulisan disensor*. Dola menyangka bisa menaklukan semua lelaki yang disukainya. Hingga bertekuk lutut dihadapannya, menyukainya, mengaguminya, memujanya, dengan begitu ia puas dan bangga. Padahal apa yang dilakukannya merusak dan dosa. Ya.. Lagi dan lagi, Dola lupa, bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.EpilogDola lupa diri karena terlalu memperturutkn hawa nafsunya. Berwajah cantik tapi lupa bersyukur. Diberi amanah wajah cantik bukannya membalas karunia yang Allah berikan itu dengan mempercantik diri dengan penjagaan dan hijab hati. Tapi malah sebaliknya, tebar pesona ranjau dosa sana-sini. Kasihan para korban yang tak kuat menahan diri, tak kuat iman, jadi ikut-ikutan menanggung dosa yang disebabkan Dola. Mungkin Dola mendeklarasikan dirinya dengan semboyan "Mari kita menabung dosa rame-rame Ha. . Ha. . Ha. ." Masya Allah.. Astaghfirullah.. Lagi dan lagi, Dola lupa, lupa maksiat, lupa dosa.
Dola, mempermalukan diri sendiri, menebar fitnah disana-sini. Berjalan melenggak-lenggok persis... Jika ada yang menarik hatinya langsung ingin digoda. Ia gerakkan sedikit tangannya hingga nampak “wah” dengan jari-jari lentiknya dan gayanya yang aduhai ambooooii.. Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, GILA!!!, 3).
Bak kata pepatah, "Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga". Akhirnya, Dola bilang just kidding. Padahal tanpa ia sadari just kiddingnya yang berlebih-lebihan itu telah merusak, menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam kubangan lumpur maksiat dan dosa. Benarlah bila dikatakan bahwa yang berlebih-lebihan itu mubazir. Yang mubazir biasanya akan dibuang. Biasanya di buang ke tong sampah. Yang dibuang ke tong sampah tentu saja sampah. Jika di analogikan, sampah itu sebagai dosa akibat perbuatan berlebih-lebihan, maka makin lama tumpukan dosa-dosa itu akan menggunung. Kemudian butalah mata hatinya dan mengeras hatinya sehingga tak mampu lagi melihat maksiat sebagai dosa.
Begitulah kekuatan seorang wanita. Ia punya peranan yang sangat besar dalam menentukan sesuatu, termasuk masa depan bangsanya. Ia bisa merusak bangsanya dengan akhlak yang buruk, ia juga bisa menjadikan bangsanya bangsa yang beradab dan mulia dengan akhlaknya yang baik. Para pujangga pun berkata, di balik kesuksesan laki-laki, selalu ada seorang wanita yang hebat. Rosulullah bersabda, "Baik buruknya sebuah bangsa bergantung kepada kaum wanitanya". So, wajar saja jika bangsa ini sering mendapat ujian dari Yang Maha Kuasa, karena memang kaum wanitanya masih banyak yang belum bisa menjalankan agama dengan benar. Astaghfirullah..
"Sesungguhnya kalian sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat mudah (memudahkan suatu perkara dosa) padahal perbuatan semacam itu termasuk suatu yang merusak agama" (HR. Bukhori).
Pesan untuk kaum muslimah, akan kemana kau bawa bangsa ini? kepada kehancuran atau kemulyaan?, tentukan sendiri.
Dola, semoga ia segera sadar dan bertaubat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab..
A'udzubillahiminasyaithonirrojiiim.. Astaghfirullahal'adziim.. Astaghfirullahal'adziim.. Astaghfirullahal'adziim..
Allahumma inni a’udzu bika min jahdil balaa-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho-i, wa syamaa tatil a’daa-i..
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk, dari kejahatan orang-orang yang dzalim, dari kebodohan orang-orang yang jahil dan tidak berpengetahuan, dan dari kesalahan-kesalahan dan kekhilafan sendiri dalam membuat peringatan.
Ya Allah.. perbaikilah hamba, perbaikilah agama dan penghidupan hamba, perbaikilah pemahaman agama hamba, perbaikilah urusan dunia dan akhirat hamba, tambahkanlah ilmu agama hamba, dan mudahkanlah hamba dalam menjalankan apa yang Engkau perintah, menjauhi apa yang Engkau larang. Amiin.. Allahummaghfirlii.. Aamiin..
1)Pracoyo Wiryoutomo "Ujian: Tampan dan Cantik", Hikmah Sabar, Juni 2009
2)Lail Khair El Rasyid, "Perjalanan Seorang nene", Al Izzah ed. Mei 2005
3)Zack Bajoet, "Aktivis Dunia fantasi, Sebuah Cerita dari Dunia Aktifitas Fantasi..", Al Izzah ed. Feb 2005
Thursday, October 08, 2009
Kenangan itu
Semua bermuara pada sebuah kata. Dalam sekali maknanya. Ikhlas. Mengapa hati ini sulit mengikhlaskan? karena kita merasa memiliki. Akhirnya kembali ku sadari. Dalam dekap nurani, bilik hati berkata, memiliki tak pernah kekal. Bahkan kita tak pernah memiliki apa pun, karena semuanya adalah milik Allah.
Satu persatu kejadian datang silih berganti. Memberi hikmah dan ilmu, menghujani hidup dengan pengalaman. Untuk melangkah di hari depan. Menghadapi segala tantangan dan ujian.
Kuatkan hamba Ya Allah Yang Maha Kuat..
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.. Aamiin..
Friday, October 02, 2009
Saudaraku, Semoga Engkau Tidak Tidur Untuk Selamanya
Sebelum dzhuhur, obrolan singkat itu kami hentikan. Tak ada kesan atau pertanda apa pun hingga akhirnya berita gempa itu tersiar di televisi. Saya pun baru teringat klo hari Rabu itu sempat chatting dengan Yudi hari Kamis kemarin, satu hari setelah kejadian. Tak bisa terbayangkan oleh saya ketika melihat keadaan Padang dan sekitarnya setelah menonton televisi, begitu miris dan Subhanallah.. jika Allah berkehendak, maka "kun", jadilah..
Semua rekan yang saya kenal saya hubungi, but Yudi tidak karena saya tidak punya nomor kontaknya. Di antara rekan yang saya hubungi, belum ada yang membalas sms-sms saya. Sempat khawatir dengan rekan-rekan yang belum membalas pesan-pesan saya. Semoga Allah melindung mereka semua. Amiin..
Back to Yudi, iseng-iseng semalam saya cek status terakhirnya, sempat bergidik melihat status terakhir beliau. Sebuah pesan singkat melalui kuis "Seperti Apakah Wajahmu Saat Tidur??". Wallahu a'lam bish showwab.. Saudaraku, Semoga Engkau Tidak Tidur untuk Selamanya. Hanya berusaha untuk berhusnudzhon. Semoga Allah melindunginya, memberikan yang terbaik baginya dan semua saudara-saudara kita disana. Aamiin..
Thursday, October 01, 2009
Membaca Ayat Ayat KebesaranMu
Robb.. Membaca ayat demi ayat yang Kau tuliskan melalui alam-Mu. Ketika seayat demi seayat kuasaMu menjelma Kau wujudkan di bumi-Mu, ketika Engkau menghendakinya terjadi hanya dengan "kun", maka ia terjadi. Makin menyadarkan kami, bahwa kami tanpaMu tak berarti. Robb.. Ketika mereka berlarian tak tentu arah sembari menyebut-nyebut asma-Mu. Tangis demi tangis itu.. takbir, tahmid, tahlil itu.. terdengar pilu. Duka menyelimuti kami. Duka mereka juga duka kami, maka ampunilah kami ya Allah..
Allahu Robbi.. terimalah taubat kami.. lindungilah kami, sabarkanlah kami, kuatkanlah kami, selamatkanlah kami, berikanlah kami pertolongan, Ampunilah kami hamba-hambaMu yang lalai ini, janganlah Engkau uji kami dengan ujian yang tak sanggup kami hadapi. Aamiin..
Robb.. kami tak pernah tahu kehendak-Mu, kami tak pernah tahu rencana-Mu, kami tak pernah tahu karena hanya Engkaulah Yang Maha Tahu. Maka berikanlah kami kekuatan agar mampu menghadapi segala ujian-Mu. Aamiin ya Robbal 'alamiin..
Jagalah Allah, niscaya DIA akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya DIA akan senantiasa bersamamu
(HR. Tirmidzi)
Allahumma inni a’udzu bika min jahdil balaa-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho-i, wa syamaa tatil a’daa-i.. Aamiin..
“Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesengsaraan, dan jurang kecelakaan, dan nasib yang malang, dan ejekan musuh. Aamiin..”
Untuk semua saudara-saudara kami di Padang, Riau, Medan, Jawa Barat, Filiphina, Thailand yang sedang terkena musibah.
Sunday, September 06, 2009
Hikmah
Mereka berkata, "Bila menghendaki pasangan hidup yang sholih/sholihah, maka jadikanlah diri sholih/sholihah terlebih dahulu, jika menghendaki pasangan hidup yang menjaga kesucian hati dan diri, maka jagalah kesucian hati dan diri terlebih dahulu. Jika menghendaki pasangan yang mendatangkan barokah, maka berusahalah untuk menjalani hidup dengan kaidah agama dan aturan syar'i agar setiap detik hidup mendatangkan barokah. Penjagaan diri itu perlu. Menghindari/menjauhi hal-hal yang bisa mendatangkan mudhorat dan menjauhi hal-hal yang tidak dihalalkan adalah lebih baik dari pada menikmati keindahan yang tidak halal. Membantu menjaga iman saudara/i itu juga amal baik. Jika kau lihat saudara/imu menjadi salah karena akibat perbuatanmu, maka bertaubatlah. Karena Allah Maha Penerima taubat. Sesuatu yang mubah seperti memberi perhatian, boleh-boleh saja, namun tetap harus ada batasannya. Aktivitas yang berkaitan dengan lawan jenis memang boleh, tapi jika berlebih-lebihan, maka akan menjerumuskan saudara/imu ke lubang dosa. Seseorang yang sudah berusaha menjaga diri saja bisa terkena fitnah. Apa lagi yang tidak/kurang menjaga dirinya. Maka jagalah dirimu dan jagalah pula saudaramu"
Hm.. Subhanallah.. tausiyah yang menenangkan. Syukurku tak henti-hentinya terhatur. Alhamdulillah, aku tetap berada di jalan ini, di lingkungan orang-orang baik. istiqomah hingga saat ini. Dan semoga hingga ajal menjemput nanti. Amiin..
Ku langkahkan kakiku dari rumah sang guru. Ku hirup udara siang hari ini dengan kelegaan. Meski panas, aku berharap, panas itu yang kan melebur semua dosa-dosaku. Terima kasih guru-guruku.
Ya Allah.. hamba telah berjuang dan berusaha untuk menjaga kesucian diri, semoga Engkau mengaruniakan ia yang juga menjaga kesucian diri. Amiin..
Ya Allah.. perbaikilah hamba, perbaikilah agama dan penghidupan hamba, perbaikilah pemahaman agama hamba, perbaikilah urusan dunia dan akhirat hamba, dan tambahkanlah ilmu agama hamba. Amiin..
4 you: Introspeksi diri
Tuesday, August 25, 2009
Memupuk Keikhlasan 2
"Yang Terserak di Pelataran Malam"
Friday, July 31, 2009
Berjuang Lagi
Setelah menolak sebuah ladang maisyah baru dengan penghasilan berkali lipat dari penghasilanku sekarang, entahlah.. aku hanya tak ingin menyesali sedikit pun pilihan yang Allah berikan. Senantiasa berhusnudzhon atas segala takdir yang Ia gariskan di perjalananku dan hanya ingin memperbaiki diri di sisa usiaku yang entah sampai kapan lembar itu ditutup dan bertemu tanda titik. Berbuat yang terbaik, berjuang untuk yang terbaik, dan kembali ke genggaman-NYA dalam kondisi yang terbaik. Amiin..
Meski cobaan-cobaan itu berat, bahkan sempat melemahkanku dan rasanya ingin pergi jauh, namun cinta Allah terlalu dalam. Membasuhku hingga ke alam ketinggian yang manusia tak mampu menyentuh. Ya.. ini duniaku, hanya ada aku dan Tuhanku. Hanya cinta Allah yang mampu menguatkan, hanya kasih sayang Allah yang mampu mengistiqomahkan dan mempertahankan jalan yang telah dipilihkanNya. Dan ku jalani semua lakon yang yang telah di berikan oleh "Sang Sutradara" kehidupan. Kembali berjuang, berusaha untuk memurnikan niat, membeningkan hati, membersihkan fikiran dari unsur-unsur negatif yang sering bersliweran melintas dan melibas iman tanpa batas. Mendekap nurani tetap pada tuntunan-NYA yang suci. Sampai ku tersadar inilah "kehidupan".
Dan aku.. ingin menikmati hidup ini dalam damai dekap cinta-NYA. Menghirup udara kehidupan yang menenangkan. Menatap langit-langit, melihat lebih dalam kehidupan manusia, memetik buah hikmah dari setiap kejadiannya, luasnya alam membentang dengan segenap hiasan dan bumbu-bumbunya dengan tatapan kebaikan yang menyejukkan. Tetap berjuang di jalan Allah.. perbaiki diri seutuhnya.. perbaiki amalan dan ibadah semampunya.. menyiapkan bekal tuk kembali bertemu dengan "Sang Pencipta".. tetap semangat menatap masa depan..
Ya.. semoga semua perjalanan ini mengandung hikmah, keberkahan, dan kebaikan. Amiin Ya Robbal'alamin...
- 10 Juli 2009, Refleksi di 26 tahun usia -
Keep smilling Fithri.. !!^^!! .: peace 2 jari tangan kanan tangan kiri :.
SEMANGAT..!!
Sunday, July 19, 2009
Mengantar Kepergian Mereka
Ku hantar kepergian mereka. Di sore hari pukul 5. Dengan air mata tertahan di dada. Di hadapan mereka selalu nampak tawaku, senyumku, ceriaku. Namun dalam hatiku, tangis mengguyur peluh. Di balik kaca "taxi express" itu, ada mereka. Mereka adalah orang-orang yang ku cinta. Ku lepas kepergian mereka dengan tawa dan "sayonara daa.. daa.." ungkapan perpisahan. "Abiil.. Abiil.. Abiilku yang lucu.. akhirnya nenek dan kakekmu nun jauh di seberang sana bertemu denganmu, wahai sumber cinta keluargaku".
Begitu lama Papa menahan rindu pada cucu pertamanya. Jarak terlalu jauh memisahkan mereka. Permasalahan juga menghimpit kepercayaan antara sang ibu dan keluargaku. Entah apa permasalahan sebenarnya. Aku sendiri tak mengerti. Hanya yang selalu nampak adalah keangkuhan. Ia berjalan dengan sombong, tanpa sapa, tanpa senyum sedikit pun. Bahkan terkadang tak hendak keluar dari peraduannya ketika ku berada di sana.
Keluarku adalah pilihan. Bagiku hidup ini begitu banyak pilihan. Dan setiap pilihan-pilihan itu harus ku pertaggungjawabkan. Mau mereka benci, atau bahkan fitnah demi fitnah yang terlontar dari lisan mereka dan sampai ke telingaku, aku sudah tak peduli. Yang ku fikirkan sekarang bagaimana melanjutkan hidupku dan perbaiki diri seutuhnya, semampuku. Aku sudah tak bergantung lagi. Aku sudah tak di sana lagi. Dan ku harap mereka tak su'udzhon lagi. Bukankah kini rumah itu, benda-benda itu, bahkan saudara kandungku dan keponakkanku sendiri mereka yang memiliki. Karena bagiku memiliki itu tak pernah kekal, suatu saat nanti Allah akan mengambilnya kembali. Maka dari sini ku belajar banyak hal. Tentang mensyukuri, tentang kekuatan, tentang kebaikkan.
Ya Rabb.. Haturku memohon segenap kekuatan dalam sebuncah luka, segurat duka, setitik dendam terpendam. Pada-Mu ku ungkap asa. Pada-Mu jua ku mohon jalan terbaik, agar permasalahan ini bisa terselesaikan dengan baik. Karena semuanya berawal dengan baik, maka ketika ku pergi ku harap semua pun akan berakhir dengan baik. Amiin..
Wallahu a'lam bishshowwab
Allah Maha Baik.. Allah Maha Penolong..
Ketika Salmonela Typesa menyerang lagi
Wednesday, May 13, 2009
Muara Itu Bernama "Kebahagiaan"
20.10 wib. Teknos, 12 Mei 2009
Sudah lama mimpi itu terukir, tak pernah aku mengungkapnya. Begitu beratnya membahasakan jiwa dalam ruhani yang kaku. Jika kita menafsirkan kebahaagiaan itu terletak di sudut-sudut cinta. Ku ingin pulang ke tempat yang damai. Dimana disana bertabur cinta yang utuh, bersama mereka. Ketika ku coba lagi mengurai dentingnya, hambar ku dengar sayup-sayup melodi itu. Yang mungkin kini menyapa lagi. Lekuk-lekuk nurani yang hampa, merindukan asa, harap dan cita.
Ah… tak sanggup aku membahasakannya, karena do’a itu tak begitu sesederhana yang ku kira. Hanya Ia yang tau. Perlahan sebait do’a mulai ku sampaikan lewat bisik angin. Perlahan ku ungkap perasaan agar tak jua Ia melepasnya. Rembulan nampak terang setelah rumput-rumput basah karena gerimis. Ya.. danau, lautan, bahkan samudra pun tak jua mampu membahasakannya. Padahal mungkin ia sangatlah sederhana. Aku ingin kembali bahagia.
Kembali ku terpaku. Mencoba menikmati alunan merdu itu. Perlahan ku buka, lalu tutup mata membayangkan padang hijau di kelilingi bunga-bunga indah warna-warni. Layaknya sebuah taman terindah tempat tinggal abadi nanti. Ah.. tersentak ku tersadar. Bahwa mereka tak kan pernah mengerti aku. Dan aku pun tak pernah meminta mereka mengerti diriku.
Selamat tinggal waktu yang tlah binasa. Selamat tinggal asa yang tlah mengawang hilang. Bersama udara ia mengawang terbang. Bersama air ia menguap hilang. Tinggalah aku disini. Sendiri di tempat ini. Dan ketika perlahan kembali kubuka mata. Ku sadari bahwa semua tak seperti yang ku kira. Semua berubah, tak seperti dulu lagi. Terjadi karena goresan tinta. Kehendak Langitkah?.
Langit mendesah, mencoba mengingatkan untuk tak lagi merintih. Pelangi menyapa, memperlihatkan ada banyak warna dunia yang bisa dinikmati keindahannya. Mentari tersenyum, mencoba tuk menguatkan, bahwa masih ada hari-hari yang kan di lalui bersama secercah harapan. Bintang berbisik, bersama rembulan ia berlomba mengajak menari bersama, arungi samudra malam. Sudah… jangan berduka lagi. Karena semua tlah kau lalui. Dan akan ada bahagia menanti. Selesai sudah episode duka. Akhirnya… tersenyumlah bahagia dalam dekap cinta – NYA –
Fithri Ariani, saat semakin ku nikmati “bahagiaku”
Selamat tinggal duka, Selamat Datang Cinta
Thursday, April 16, 2009
Memupuk Keikhlasan I
Kehidupan tidak lepas dari ujian-ujian. Setiap ujian menghantar manusia pada muara hikmah. Karena di dalam semua ujian dan permasalahan hidup itu tersimpan hikmah. Bagi yang mampu berfikir lebih dalam mengenai hikmah ujian-ujiannya, akan memperoleh hidayah karena menggali hikmah itu adalah energi pembangun hidayah. Tinggal bagaimana kita berproses untuk belajar menggali hidayah dan hikmah yang tersembunyi dibaliknya. Kuncinya adalah kita harus siap belajar, belajar, dan belajar. Belajar tiada henti hingga akhir hayat. Belajar untuk menerima segala ujian yang Allah beri.
Sehat sakit, miskin kaya, muda tua, suka duka, bahagia menderita, semua adalah ujian. Ketika ujian demi ujian datang menerpa diri, manusia terkadang menganggapnya sebagai batu sandungan yang berat, terkadang bahkan sampai tersedu sedan tak mampu menahan rasa yang tak menentu.
Ada satu hikmah yang saya petik dari semua runtutan ujian yang terjadi dalam kurun waktu singkat ini, ujian keluarga, ketika saya akhirnya harus menyadari bahwa ketika salah satu anggota keluarga kita menikah dan bergabung dengan keluarga yang baru, serta lahirnya generasi-generasi baru, kita harus siap kehilangan, karena semua bukan lagi menjadi milik kita. Khususnya cinta, kasih sayang, perhatian bahkan materi yang terbagi atau bahkan hilang. Artinya kita harus siap kehilangan semua yang dulu pernah kita miliki. Intinya kita harus bisa mengikhlaskan, termasuk mengikhlaskan generasi baru yang lahir dari pernikahan itu untuk lebih cenderung dan dekat dengan keluarga yang lain.
Dari kejadian ini, saya makin menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini bukanlah milik kita. Semua adalah milik Allah, apa pun itu yang dalam sosial berstatus milik kita, seperti keluarga, harta, sahabat, suami, istri, dan apa pun bentuknya, semua itu adalah milik Allah yang dititipkan pada kita. Dan ketika waktunya tiba untuk melepas dan mengembalikan semua hak Allah yang dititipkan pada kita, kita harus siap dan ikhlas melepasnya.
Wallahu ‘alam Bishshawwab
Monday, April 06, 2009
Friday, March 06, 2009
Bubur Every Day
Siang bubur
Malam bubur
Hidup bubuuuuuuuuuuuuuuuuuuuurrrrr.....................
Bubur lagi.. bubur lagi... huhhuhuhu... T_T
Ya Allah.. beri hamba jeda
Sunday, March 01, 2009
Sejenak Saja
Dalam hidup ini, ada kalanya manusia kelelahan. Seperti kuda perang yang kehausan, ia membutuhkan air untuk melepas dahaga dan beristirahat sejenak dari medan perang, kemudian menyiapkan energi lebih besar lagi untuk kembali berjuang.
Aktivitas seharian manusia menguras tenaga, fikiran, dan waktunya. Pagi - siang - sore bahkan malam diisi dengan amanah atau kerja-kerja yang tak ada habisnya. Malam pun tetap bekerja meski dengan intensitas yang berbeda. Saya teringat dulu ketika masih tinggal di Palembang, kota kelahiran saya, hari-hari saya pun saya habiskan dengan kerja. Ketika masih mahasiswa yang saya kerjakan adalah tugas-tugas kuliah dan aktifitas organisasi yang tak ada habisnya. Mengerjakan tugas hingga sepertiga - seperempat malam pun adalah hal yang biasa. Saking seriusnya, saya sampai nombok 1 tahun dari durasi kuliah normal yang seharusnya 5 tahun itu. Hehehe... Orang rumah bilang saya "gila kerja". Pergi pagi, pulang hampir bisa dibilang malam, paling sering ba'da maghrib/isya. padahal kerja-kerja saya waktu itu sama sekali tak menghasilkan sepeser rupiah pun. Lantas mengapa saya sampai bisa betah mengerjakan aktifitas tersebut?!?. Jawabannya sederhana saja, karena saya menyukainya. Ya begitulah manusia, jika ia sudah menyukai sesuatu, maka akan ia kerjakan meski tak menghasilkan rupiah. Satu hal yang saya tekankan saat itu, bahwa sebuah pengorbanan untuk menjalankan amanah dakwah meski tak dibayar sekali pun pasti akan mendapatkan ganjaran pahala, karena perbuatan baik meski hanya seberat zarah pasti akan tetap ada nilainya.
Setelah lulus dan bekerja, aktifitas pun tetap padat. Meski jadwal bertambah karena pekerjaan, amanah dakwah juga harus tetap dijalankan. Ikhtiar untuk tetap istiqomah dan berkontribusi di jalan dakwah ini tetap diazzamkan. Meski jasad hampir terkapar sekali pun.
Ciangsana, 21 Februari 2009, 12.00 wib
Benturan itu keras sekali, sampai melebamkan lutut dan otot kaki. Motor bagian depan semua hancur. Penutup spidometer terbelah dua. Lampu sen hancur semua. Klakson diganti baru karena banyak kabel-kabel yang putus. Saat itu, tangan menahan stang "kuda besi" agar tetap seimbang. Hingga menyebabkan tulang tangan semua terasa nyeri dan rusuk dada terasa sakit. Alhamdulillah, meski tabrakannya keras, saya masih bisa menahan motor dan tak terjatuh. Hari itu menjadi hari bersejarah bagi saya. Setelah tabrakan terakhir ketika kelas 2 SMP dulu. Beberapa hari sejak tabrakkan keras itu saya merasakan ada yang salah pada beberapa otot dan pernafasan saya. Bahkan selang 2 hari setelah tabrakkan itu badan panas. bahkan hingga saat ini lutut bagian kiri masih terasa nyeri. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Amiin.
Ciangsana, 25 Februari 2009, 10.00 wib
Lima hari setelah tabrakan, badan panas tinggi sekali. Tubuh terasa dingin bahkan setiap malam menggigil kedinginan, sebaliknya suhu badan panas tinggi. Perut selalu terasa nyeri. Entah mengapa. Masih berharap tidak terjadi sesuatu. Namun aktifitas tetap saja dijalankan. Tugas mengajar di Sekolah, pulangnya juga masih mengisi private di Legenda dan Kota Wisata. Kegiatan pekanan dan amanah dakwah yang sudah lama dipersiapkan harus tetap dijalankan. Ya.. 5 hari setelah tabrakan itu, saya sama sekali tidak istirahat. Bahkan ketika harus kehujanan saat berangkat mengisi private. Hingga detik ini pun, saya masih belum bisa dibilang istirahat karena setiap malam harus mempersiapkan materi mengajar. Saya punya amanah anak-anak private yang hendak ujian UAN, kelas 9 dan 12 SMA. Soal-soal ujian UAN itulah yang hampir setiap malam saya kerjakan karena memang dari bimbel tidak diberi kunci jawabannya. Fisika, Kimia, B. Indo, Math... etc... Fffiuuuh.. karena.... karena..... karena............. Aaaggghhhhh....
Hari itu, kutekadkan cek ke dokter, ada apa gerangan panas tinggi + pusing-pusing itu datang dan berkocol ditubuhku. Dokter menjelaskan banyak hal, dampak akibat tabrakkan keras itu dan aktifitas yang terlalu padat tak henti. Hingga akhirnya dokter memutuskan untuk mencek darahku karena suhu badan sampai 38 derajat. Dua setengah jam kemudian, ku terima selembar kertas hasil analisa dokter, ya... aku positif terkena typus. Ada 5 widal yang positif dari 7 widal yang ada. Astaghfirullah...
Over Load
Saat semua tugas-tugas menumpuk, pekerjaan tiada henti, amanah datang silih berganti, adakah sejenak saja kita luangkan waktu untuk "jasad" kita sendiri?!?. Sisi lain dari hatiku berbisik, "Istirahatlah sejenak. Tariklah nafas dalam sesaat. Lepas dahaga itu. Buang jauh-jauh lelah payah itu". Namun kenyataannya, Aku berteriak kelelahan, tapi aku tak punya pilihan. Semua harus tetap dijalankan. Bahkan hingga terkapar atau nafas terakhir sekali pun. Wallahu a'lam...
Ruang Kosong, 1 Maret 2009
Ya Allah Yang Maha Penolong, Yang Maha Kuat.
hamba memohon kekuatan dari-Mu, memohon kesehatan dari-Mu, memohon pertolongan-Mu.
Berikanlah hamba yang dhoif ini kekuatan, kesehatan, dan pertolongan agar tetap bisa menjalankan semuanya dengan semampu hamba. Dengan sebaik-baiknya dengan sisa nafas yang masih bersisa. hamba mohon pada-Mu ya Allah... kabulkanlah...
Aamiin
Sunday, February 08, 2009
Usah Kau Simpan Lara Sendiri
Jika kau mencintai dan terluka karenanya, jangan kau dekap erat sang duka. Usah kau simpan lara sendiri.
Kehidupan manusia, tidak terlepas dari dunia romantisme. Sebuah anugerah dari Sang Maha Pemberi Cinta. Sebuah dunia yang berisi tentang bahasa perasaan. Sebuah gejolak rasa yang tumbuh dari dalam hati karena hadirnya sebentuk wujud keindahan. Sebuah fithrah yang hadir karena sebentuk kejujuran, sebuah fithrah yang lahir karena hati yang mendamba belahan jiwa. Adalah manusiawi jika manusia mencintai, adalah manusiawi jika manusia mengagumi. Adalah manusiawi jika manusia menyimpan asa, cita, dan harap kepada yang dicintai. Bila getar-getar itu datang, maka siapa yang bisa menghindari? Siapa yang mampu menolaknya?. Cinta bisa membersihkan akal dan nurani, menjadi cerdas dan baik karenanya. Namun cinta pun bisa membutakan hati. Merusak tatanan cinta kepada Ilahy yang dengan susah payah dibangunnya. Ibarat menghancurkan sebuah bangunan yang telah berdiri kokoh. Tinggal kita yang memilihnya. Akan kemana arah cinta yang telah di anugerahkan Sang Kholik kita bawa?.
Epilog
Melewati dinginnya malam, seorang lelaki muda berwajah tirus terus berjalan di tengah kabut dan angin yang berhembus kencang. Malam terus bias ditelan gelap. Dingin menusuk hingga ke tulang. Ia sendiri. Mengitari jalan setapak di pinggiran danau. Kemudian duduk di sebuah kursi tua yang terbuat dari kayu pualam. Terdiam membisu tertimpa butiran salju. Bibir bergetar. Tubuh gemetar. Hingga terlelap di tengah sunyinya malam.
Cuaca tak bersahabat menemani. Salju turun perlahan mengubah bibir malam yang mulanya indah ditemani rembulan yang cahayanya terpantul di tengah danau. Bayang – bayang rumput jarum turut bergerak perlahan di tengah riak gelombang danau yang tertimpa butiran salju. Lelaki itu terus melangkah lagi. Tak tentu arah. Galau jiwa yang menerpa sejak terdengar detik kematian kekasih.
Jauh disana, di seberang lautan, belahan jiwa telah menutup mata tuk selamanya. Berpulang dengan bibir mengulas senyum terindah. Hati bergetar. Kala malaikat pencabut nyawa yang memisah terasa turut mengalir di aliran darah. Dari dua tangan yang terpisah karena kehendak langit. Alam yang telah berbeda.
Ia tak bisa menebak kehendak langit. Mencoba terus membuka mata dan hati untuk ikhlas melepas. Melupakan semua kenangan yang tersimpan dalam langit-langit jiwa. Melupakan segala duka. Mencoba bangkit dan melangkah lagi. Mengulur jemari untuk berbagi galau hati. Namun ia tak jua menemukan muaranya. Detik demi detik berlalu. Terpisah dua nyawa saling mencinta. Tertinggal sepenggal kisah dan kenangan. Malam semakin larut, salju turun semakin deras. Tuhan melihat. Malaikat melihat. Lelaki muda itu tersungkur, jatuh, menghela nafas terakhir, kemudian tak bangkit lagi tuk selamanya.
Kelahiran, kehidupan, kematian, adalah misteri yang setiap makhluk tak kan pernah mengetahuinya. Karena semua itu “Rahasia Langit”. Kematian, meninggalkan memoar sejarah kehidupan. Tak jarang ia meninggalkan duka dan kenangan tak terlupa. Maka, bekal apa yang kita persiapkan untuk menyambutnya?
"Lelaki Di Balik Lukisan Hujan 2"
Give your heart to Allah