Sunday, July 19, 2009

Mengantar Kepergian Mereka


Kutulis artikel ini dengan helaan nafas panjang. Tak mengerti. Apakah ini sebentuk wujud kelegaan atau malah keresahan. Sesakku, isakku tertahan. Tak pernah ingin ku tampakkan di depan mata mereka. Sakitku, dukaku, lelahku, ku coba tuk hadapi sendiri. Tak ingin ku tampakkan di depan mata mereka. Terus menerus tampak kuat, meski di baliknya, rapuh dengan indahnya bersemayam.

Ku hantar kepergian mereka. Di sore hari pukul 5. Dengan air mata tertahan di dada. Di hadapan mereka selalu nampak tawaku, senyumku, ceriaku. Namun dalam hatiku, tangis mengguyur peluh. Di balik kaca "taxi express" itu, ada mereka. Mereka adalah orang-orang yang ku cinta. Ku lepas kepergian mereka dengan tawa dan "sayonara daa.. daa.." ungkapan perpisahan. "Abiil.. Abiil.. Abiilku yang lucu.. akhirnya nenek dan kakekmu nun jauh di seberang sana bertemu denganmu, wahai sumber cinta keluargaku".

Begitu lama Papa menahan rindu pada cucu pertamanya. Jarak terlalu jauh memisahkan mereka. Permasalahan juga menghimpit kepercayaan antara sang ibu dan keluargaku. Entah apa permasalahan sebenarnya. Aku sendiri tak mengerti. Hanya yang selalu nampak adalah keangkuhan. Ia berjalan dengan sombong, tanpa sapa, tanpa senyum sedikit pun. Bahkan terkadang tak hendak keluar dari peraduannya ketika ku berada di sana.

Keluarku adalah pilihan. Bagiku hidup ini begitu banyak pilihan. Dan setiap pilihan-pilihan itu harus ku pertaggungjawabkan. Mau mereka benci, atau bahkan fitnah demi fitnah yang terlontar dari lisan mereka dan sampai ke telingaku, aku sudah tak peduli. Yang ku fikirkan sekarang bagaimana melanjutkan hidupku dan perbaiki diri seutuhnya, semampuku. Aku sudah tak bergantung lagi. Aku sudah tak di sana lagi. Dan ku harap mereka tak su'udzhon lagi. Bukankah kini rumah itu, benda-benda itu, bahkan saudara kandungku dan keponakkanku sendiri mereka yang memiliki. Karena bagiku memiliki itu tak pernah kekal, suatu saat nanti Allah akan mengambilnya kembali. Maka dari sini ku belajar banyak hal. Tentang mensyukuri, tentang kekuatan, tentang kebaikkan.

Ya Rabb.. Haturku memohon segenap kekuatan dalam sebuncah luka, segurat duka, setitik dendam terpendam. Pada-Mu ku ungkap asa. Pada-Mu jua ku mohon jalan terbaik, agar permasalahan ini bisa terselesaikan dengan baik. Karena semuanya berawal dengan baik, maka ketika ku pergi ku harap semua pun akan berakhir dengan baik. Amiin..

Wallahu a'lam bishshowwab

Allah Maha Baik.. Allah Maha Penolong..
Ketika Salmonela Typesa menyerang lagi

No comments: