Bertanyalah pada diri, tentang makna revisi dalam perjalanan hidup ketika bilangan usia terus bertambah. Sejatinya, setiap hela nafas itu berkurang. Lantas, berfikirlah, dimana iman kita letakkan, apakah ia menghujam ke dasar jiwa & menjadi cahaya didalamnya, menaungi setiap gerak gerik sehingga senantiasa merasakan pengawasan Allah hingga takut berbuat dosa, atau hanya sekedar lantunan kosong tak bermakna dlm setiap sujud yang meninggalkan noda pada prilaku kita.
Renungkanlah.. apakah semua itu ujian bagi org yg beriman, atau malah peringatan bagi orang-orang yang lalai & mudah tergoda dengan bujuk rayu syetan? karena tanpa kita sadari terkadang prilaku kita masih jahiliyah. Perkara inilah yang di benci dalam Islam karena itu Rosulullah brsbda "Seorang muslim tidak terjerumus dua kali di lubang yg sama". Lantas jika kmbali berulang maka itu adalah kegagalan dan musibah, dan musibah adalah peringatan. Kemudian, setelah tersadar dari khilaf berulang, tulislah daftar kesalahan dan keboddohan itu, kemudian revisilah diri agar kesalahan itu tidak berulang di masa datang.
Tanpa disadari kita menciptakan kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam hidup kita. Kemudian kebiasaan tsb terpola secara otomatis dalam keseharian kita. Yang terbiasa bangun malam untuk melaksanakan tahajud maka akan memiliki kekuatan hubungan dengan Allah serta memberi dampak positif bagi ruhiyyahnya. Yang terbiasa membaca Al Quran, akan bersahabat dengan isi dan bacaannya. Yang terbiasa berpuasa maka akan terbiasa menjaga dirinya. Termasuk yang terbiasa dengan maksiat atau dosa-dosa pun akan menganggap maksiat atau dosa sebagai perkara yang biasa. Perkara dosa yang dibiasakan akan menyebabkan dosa itu menumpuk kemudian butalah mata hatinya sehingga tak mampu lagi melihat maksiat sebagai dosa.
Akhirnya, revisilah bagian usang dari hidup kita. Berkacalah pada cermin yang bening agar kita bisa melihat bagaimana diri kita sebenarnya. Bermuhasabahlah dan introspeksi diri selama kita msh di beri kesempatan untuk hidup di dunia. Kesalahan dalam menempatkan tujuan dan menjalani hidup menyebabkan hilangnya arah dan melemahnya iman sebagai pertanda hilangnya harapan. Padahal tidak ada harapan yang benar-benar hilang karena dari Allahlah kita memperoleh harapan. Kegagalan dalam proses perbaikan adalah ujian. Ujian adalah bentuk kasih sayang Allah karena dari sana keimanan kita sedang dibentuk. Disinilah terminal kita untuk melakukan revisi.
Mengakui kesalahan, memperbaiki diri dan berjanji, bertekad dengan azzam yang kuat tidak akan mengulangi. Kita hanyalah seonggok jasad hidup yg dipenuhi noda. Bagi yang tak memahami hakikat dirinya sebagai hamba yang hina akan kehilangan arah dan hidup tanpa tujuan yang jelas. Maka mulailah melangkah, rajutlah asa, camkan dalam jiwa bahwa hanya Allah tujuan dan taatilah Allah, rosulullah. Hiduplah dalam naungan iman dan Islam dengan kaffah.
Fithri Ariani
Refleksi Terminal Revisi Jelang 1431 H
Baarokallahulana.. ketika hela nafas masih diberi.
Ya Allah.. perbaikilah hamba. amiin.
17 Desember jam 23:07 ·
-ditulis setelah melaui tahun-tahun berjalan dengan beragam hikmah-
No comments:
Post a Comment