Sunday, March 01, 2009

Sejenak Saja

Ciangsana, penghujung Februari 2009

Dalam hidup ini, ada kalanya manusia kelelahan. Seperti kuda perang yang kehausan, ia membutuhkan air untuk melepas dahaga dan beristirahat sejenak dari medan perang, kemudian menyiapkan energi lebih besar lagi untuk kembali berjuang.

Aktivitas seharian manusia menguras tenaga, fikiran, dan waktunya. Pagi - siang - sore bahkan malam diisi dengan amanah atau kerja-kerja yang tak ada habisnya. Malam pun tetap bekerja meski dengan intensitas yang berbeda. Saya teringat dulu ketika masih tinggal di Palembang, kota kelahiran saya, hari-hari saya pun saya habiskan dengan kerja. Ketika masih mahasiswa yang saya kerjakan adalah tugas-tugas kuliah dan aktifitas organisasi yang tak ada habisnya. Mengerjakan tugas hingga sepertiga - seperempat malam pun adalah hal yang biasa. Saking seriusnya, saya sampai nombok 1 tahun dari durasi kuliah normal yang seharusnya 5 tahun itu. Hehehe... Orang rumah bilang saya "gila kerja". Pergi pagi, pulang hampir bisa dibilang malam, paling sering ba'da maghrib/isya. padahal kerja-kerja saya waktu itu sama sekali tak menghasilkan sepeser rupiah pun. Lantas mengapa saya sampai bisa betah mengerjakan aktifitas tersebut?!?. Jawabannya sederhana saja, karena saya menyukainya. Ya begitulah manusia, jika ia sudah menyukai sesuatu, maka akan ia kerjakan meski tak menghasilkan rupiah. Satu hal yang saya tekankan saat itu, bahwa sebuah pengorbanan untuk menjalankan amanah dakwah meski tak dibayar sekali pun pasti akan mendapatkan ganjaran pahala, karena perbuatan baik meski hanya seberat zarah pasti akan tetap ada nilainya.

Setelah lulus dan bekerja, aktifitas pun tetap padat. Meski jadwal bertambah karena pekerjaan, amanah dakwah juga harus tetap dijalankan. Ikhtiar untuk tetap istiqomah dan berkontribusi di jalan dakwah ini tetap diazzamkan. Meski jasad hampir terkapar sekali pun.

Ciangsana, 21 Februari 2009, 12.00 wib
Benturan itu keras sekali, sampai melebamkan lutut dan otot kaki. Motor bagian depan semua hancur. Penutup spidometer terbelah dua. Lampu sen hancur semua. Klakson diganti baru karena banyak kabel-kabel yang putus. Saat itu, tangan menahan stang "kuda besi" agar tetap seimbang. Hingga menyebabkan tulang tangan semua terasa nyeri dan rusuk dada terasa sakit. Alhamdulillah, meski tabrakannya keras, saya masih bisa menahan motor dan tak terjatuh. Hari itu menjadi hari bersejarah bagi saya. Setelah tabrakan terakhir ketika kelas 2 SMP dulu. Beberapa hari sejak tabrakkan keras itu saya merasakan ada yang salah pada beberapa otot dan pernafasan saya. Bahkan selang 2 hari setelah tabrakkan itu badan panas. bahkan hingga saat ini lutut bagian kiri masih terasa nyeri. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Amiin.

Ciangsana, 25 Februari 2009, 10.00 wib
Lima hari setelah tabrakan, badan panas tinggi sekali. Tubuh terasa dingin bahkan setiap malam menggigil kedinginan, sebaliknya suhu badan panas tinggi. Perut selalu terasa nyeri. Entah mengapa. Masih berharap tidak terjadi sesuatu. Namun aktifitas tetap saja dijalankan. Tugas mengajar di Sekolah, pulangnya juga masih mengisi private di Legenda dan Kota Wisata. Kegiatan pekanan dan amanah dakwah yang sudah lama dipersiapkan harus tetap dijalankan. Ya.. 5 hari setelah tabrakan itu, saya sama sekali tidak istirahat. Bahkan ketika harus kehujanan saat berangkat mengisi private. Hingga detik ini pun, saya masih belum bisa dibilang istirahat karena setiap malam harus mempersiapkan materi mengajar. Saya punya amanah anak-anak private yang hendak ujian UAN, kelas 9 dan 12 SMA. Soal-soal ujian UAN itulah yang hampir setiap malam saya kerjakan karena memang dari bimbel tidak diberi kunci jawabannya. Fisika, Kimia, B. Indo, Math... etc... Fffiuuuh.. karena.... karena..... karena............. Aaaggghhhhh....

Hari itu, kutekadkan cek ke dokter, ada apa gerangan panas tinggi + pusing-pusing itu datang dan berkocol ditubuhku. Dokter menjelaskan banyak hal, dampak akibat tabrakkan keras itu dan aktifitas yang terlalu padat tak henti. Hingga akhirnya dokter memutuskan untuk mencek darahku karena suhu badan sampai 38 derajat. Dua setengah jam kemudian, ku terima selembar kertas hasil analisa dokter, ya... aku positif terkena typus. Ada 5 widal yang positif dari 7 widal yang ada. Astaghfirullah...


Over Load
Saat semua tugas-tugas menumpuk, pekerjaan tiada henti, amanah datang silih berganti, adakah sejenak saja kita luangkan waktu untuk "jasad" kita sendiri?!?. Sisi lain dari hatiku berbisik, "Istirahatlah sejenak. Tariklah nafas dalam sesaat. Lepas dahaga itu. Buang jauh-jauh lelah payah itu". Namun kenyataannya, Aku berteriak kelelahan, tapi aku tak punya pilihan. Semua harus tetap dijalankan. Bahkan hingga terkapar atau nafas terakhir sekali pun. Wallahu a'lam...

Ruang Kosong, 1 Maret 2009
Ya Allah Yang Maha Penolong, Yang Maha Kuat.
hamba memohon kekuatan dari-Mu, memohon kesehatan dari-Mu, memohon pertolongan-Mu.
Berikanlah hamba yang dhoif ini kekuatan, kesehatan, dan pertolongan agar tetap bisa menjalankan semuanya dengan semampu hamba. Dengan sebaik-baiknya dengan sisa nafas yang masih bersisa. hamba mohon pada-Mu ya Allah... kabulkanlah...

Aamiin



No comments: