Pin Pon Sayang....
Waktu SMP pernah di kasih seekor kucing oleh teman sekelas. Kucing tersebut diberi nama Pinpon oleh adik bungsunya si Fitri, Icha’. Pinpon dipelihara sejak kecil hingga punya banyak anak coz suatu hari si pinpon minta restu untuk memboyong betinanya ke rumah. Jadilah mereka sebuah keluarga kucing dengan banyak anak. Ada yang hitam, abu-abu, putih, kuning, dan belang tiga. Eleuh..eleuh.. Si pinpon terbilang kucing yang cerdas dan lucu. Ia cepat mempelajari sesuatu, seperti ketika papa memberi makan ayam, bebek, dan angsa si pinpon ikut2an nongkrong dan bercengkrama dengan peliharaan lainnya di belakang rumah. Dan pinpon tidak pernah mengganggu teman2nya itu.
Pinpon juga telaten menjaga rumah, hingga dirumah tidak ada tikus dan kecoa. Sebab klo ada tikus or kecoa, si pinpon akan mengejar hewan2 itu sampai dapat, kemudian… yaa… dia meletakan bangkai binatang2 buruannya di depan pintu dapur, tempat mangkal favoritnya Hehehe… Selain itu, klo orang2 rumah mo jalan2, pinpon menghantar sampai pagar sambil mengucapkan “Myeoooong…. 3x” Artinya… “Selamat jalan, dan jangan lupa pulang, satu lagi… oleh-oleh yaaa…” klo orang rumah mo pergi sembari mengatakan “Assalamu’alaikum pinpon, jaga rumah baik-baik yaaa…” pinpon selalu menyahut salam kami yaa… tentu saja dalam bahasa kucing. Weleh… weleh…
Pinpon juga pernah mengklakson mobil dinas Papa yang diparkir dihalaman depan. Waktu itu kami sekeluarga mengira ada korsleting kabel klakson, tapi sebelum papa mmeriksa mobil, kami melihat pinpon dengan gagahnya berada di setir mobil sambil meong-meong seolah memperkenalkan hobi barunya. Tiiiiiin… tiiiiiin… tiiiiiin… Meooooong… Meooooong… Meooooong….Ck..ck..ck…..
Pinpon juga ditakuti anjing tetangga, sehingga tidak ada yang berani memasuki halaman rumah. Anehnya, pinpon suka makan apa saja… “yang penting halal” katanya. Nasi yang dicampur air putihpun dilahapnya termasuk buah2an seperti durian…. (yaaa ampyuuun ). Pinpon juga bisa merasakan apa yang dirasakan pemiliknya. Pernah suatu hari ketika Fitri besedih, pinpon mendekat dan berputar2 dikakinya, seolah2 ingin menghibur. Subhanallah…
Sejak kepindahan kami sekeluarga ke Palembang, kami tidak tau kabar pinpon lagi. Sehari sebelum berangkat, pinpon hanya mengendus-endus semua barang yang sudah disimpan ditas dan kardus2. Ia mengenali barang2 tersebut. Menjelang keberangkatan kami, pinpon naik ke atap rumah dan memandangai kami dari kejauhan sampai tak terlihat lagi. Satu yang ku ingat di pertemuan terakhir itu, pinpon menaiki atap rumah sambil menyuarakan suara yang terdengar sedih ditelinga… yaa… seperti nyanyian perpisahan… “Selamat jalan Fitri… jadi anak yang sholehah yaa…” hehehe….
Dimanapun pinpon berada...
Semoga pinpon baik-baik saja…
Amiin.
No comments:
Post a Comment