Thursday, November 20, 2008

Meretas Jalan Ke Surga (2)

Ar Ruhbanum fillail, Wal Fursanum Finnahaar

Penghuni-penghuni surga itu, mereka bagaikan rahib-rahib yang khusyuk di malam hari, dan penunggang kuda yang perkasa di siang hari. Mereka menunaikan amanahnya dengan perangkat muwashofat yang teratur. Mereka tidak lemah dengan celaan orang-orang yang mencela. Cukuplah kesalahan dan aib yang dilakukannya, menyibukkan dan memeras air matanya dalam beribadah.

Kapankah kiranya, lahir kesadaran bagi kita untuk kembali menghadirkan profil-profil mereka hari ini. Kita yang memperkenalkan diri sebagai aktivis dakwah. Kita yang menilai diri sebagai generasi qur’ani. Kita yang paling lantang menghujat kekufuran dan kebodohan atas nilai-nilai Islam. Kita yang pasang badan paling depan atas penindasan kaum muslim atas penindasan kaum muslimin di seluruh pelosok negeri. Kapankah saatnya…?

Semakin bertambah hari ini, semakin kental tuntutan kita untuk memperbaiki diri. Menjelmakan diri kita dari kata-kata menjadi amal. Menambah daftar orang-orang sholeh yang dikenal dan menjadi rujukan masyarakat. Mementaskan dakwah yang lebih utama di segala lini kehidupan, dakwah parlemen, dakwah birokrasi, kampus, sekolah adalah tidak lebih utama dari dakwah kampung dan masyarakat. Inilah tuntutan muwashofat yang bisa kita andalkan, menjadi perangkat kita menawar cinta dan rahmat Allah swt. Sehingga pembinaan yang sekarang semakin meluas, diramaikan dengan apresiasi ruhiyah yang kental dan membumi. Sampai Allah kelompokkan kita menjadi golongan Ar Ruhban dan Al Fursan.

Hendaklah kita tidak terjebak dalam dialektika serta definisi-definisi yang rumit dan melenakan. Yang menggiring kita dari substansi kepada perangkat. Dan memalingkan kita dari tujuan kepada problem. Cukuplah pernyataan Imam Syahid Hasan Al Banna menjadi taushiah bagi kita,

“Kaum muslimin pertama semoga Allah meridhoi mereka semua tidak mengenal Islam dengan lafadz-lafadz mentereng, kata-kata dan pembagian yang memukau serta dengan definisi-definisi dan istilah-istilah ilmiah. Akan tetapi, keislaman mereka adalah aqidah yang mengakar di dalam hati, menguasai jiwa, serta mendorong mereka untuk beramal sesuai dengan aqidah tersebut dan dalam rangka mewujudkan tujuan tujuan serta kandungannya”

Semoga Allah swt senantiasa memuliakan kita dengan dakwah dan amanah yang kita emban. Melunakkan hati-hati kita yang mungkin mengeras dan terpalingkan akibat beban dakwah. Dan mampu memaknai muwashofat sebagai mana para penghuni surga memaknai keberadaannya. Hingga kita bisa berhimpun bersama mereka, karena mengemban estafet perjuangan mereka. Amiin…! Wallahu ‘alam bish showwab.


Al Izzah '05

Refleksi tarbiyahku

No comments: