Thursday, April 21, 2011

Bahagia

Jangan menunggu bahagia untuk bisa tersenyum tapi tersenyumlah untuk menjemput bahagia.
 (anonim)
Bahagia, sebuah kata yang indah dan sarat makna. Setiap insan di dunia, pasti selalu ingin hidup bahagia. Bertabur cinta dan kasih sayang yang utuh dari orang-orang yang dikasihi. Banyak orang berusaha mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Ada yang bekerja keras mencari nafkah, hingga melakukan apa saja, halal  dan haram, hingga uang menjadi jalan kebahagiaan mereka. Ada yang mencari kesenangan-kesenangan sesaat, hingga terkadang terlempar ke lembah yang hina. Ada yang berjuang keras untuk mendapatkan seseorang yang dikasihinya, hingga terkadang ia melakukan tindakan-tindakan bodoh hingga malah menyakiti dan melukai orang yang dikasihinya. Ada pula yang cukup hanya dengan memandang langit malam, ia sudah merasa bahagia. Beragam cara manusia tempuh untuk mencari kebahagiaan hidupnya. Namun hakikatnya.. kebahagiaan adalah, ketika kita bisa mensyukuri semua karunia dan nikmat sekaligus ujian yang telah Allah berikan kepada kita dengan penuh keihklasan. Allah, Maha Pemberi Kebahagiaan, hanya kepada-Nya-lah segalanya digantungkan, dan hanya kepada-Nya-lah pula kita memohon kebahagiaan.

Epilog..
Saya hanya seorang muslimah biasa, terlahir di sebuah Kota yang dipisah menjadi dua wilayah oleh sebuah sungai besar, Sungai Musi, Palembang. Lahir sebagai keturunan Sumatera-Melayu-Asia, suku Besemah  Pagar Alam. Orang tua saya berasal dari daerah dingin di kaki Gunung Dempo. Sebuah kabupaten  di provinsi Sumatera Selatan. Di kenal dengan istilah besemah, bersih, sejuk, dan ramah. Pagar Alam memiliki hawa yang sejuk dengan pemandangan indah. Perkebunan dan pertanian, pariwisata alam, air terjun, sungai yang jernih, dan bersih disertai batu-batu sungai yang menambah keindahan alamnya. Hamparan  sawah, kebun teh, dan kopi sangat mudah ditemui di kota ini.  Pagar Alam adalah sebuah kota yang dikelilingi gunung dan bukit. Oleh karena itu, ia disebut kota Pagar Alam, yang artinya kota yang dikeliling atau dipagari alam, berupa gunung dan perbukitan. Semasa kecil, saya sering menghabiskan masa liburan di tanah leluhur saya ini, sebelum akhirnya kami sekeluarga pindah ke kabupaten Belitung yang sangat jauh berbeda keadaan dan kondisi geografis wilayahnya pada usia saya menjelang 7 tahun. 


Belitung, adalah pulau kecil yang dikelilingi pantai yang indah. Saya dan keluarga menetap selama 10 tahun disana karena saat itu orang tua bertugas di Kabupaten Belitung. Saya melalui hampir separuh masa kanak-kanak hingga remaja disini. Sejak usia 7 - 17 tahun, saya menghabiskan masa-masa yang tak kalah membahagiakan di pulau ini. Pulau yang indah dan penuh pesona dengan panorama pantai yang eksotik, pohon kelapa dan cemara pantai yang berbaris rapi, bola-bola rumput jarum yang berlarian tertiup angin, air laut yang jernih, hijau hingga biru, ikan-ikan yang berenang, debur ombak yang berkejaran, dan angin pantai yang khas. Dahulu, saya dan keluarga hampir setiap akhir pekan menghabiskan waktu bersama di pantai. Kami berenang, memancing, memanggang ikan dari para nelayan yang baru merapatkan kapal dari lautan, minum air kelapa muda yang baru dipetik dari pohonnya, dan bermain-main di pantai. Itulah sekelumit kebahagiaan yang pernah Allah berikan dalam perjalanan hidup saya. Namun alhamdulillah.. hingga saat ini meski pun kami sekeluarga sering berpindah-pindah kota karena tugas orang tua, kami sekeluarga terutama orang tua saya tidak pernah membanding-bandingkan bahkan menjelek-jelekan suku tertentu atau orang tertentu. Orang tua saya selalu menanamkan kepada saya dan saudara-saudara kandung saya, bahwa setiap manusia, apa pun sukunya atau daerah asalnya, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang membedakan mereka hanya iman dan pemahaman agama. Begitulah kedua orang tua saya memberikan pemahaman tentang bagaimana menghadapi orang-orang di sekitar kami yang begitu beragam dengan latar belakang yang berbeda.

"Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al Hujurat:13).

Dahulu, hidupku selalu dikelilingi kebahagiaan yang utuh. Orang tua yang baik dan bijaksana, saudara kandung yang lucu, unik, dan menyayangiku serta ku sayangi. Lingkungan yang Islami dan terjaga. Sahabat-sahabat dan guru-guru yang baik, serta adik-adik yang menyayangiku. Allah, memilihkanku jalan yang insyaAllah baik dan terarah. Aku hidup berada di antara orang-orang sholih/ah yang selalu mengingatkan pada kebaikan dan aku juga selalu berusaha untuk menjadikan hidupku bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingku terutama jalan dakwah yang ku pilih. Hidupku terasa lengkap dan bahagia. Allah begitu menyayangiku. 

Aku, memiliki keluarga yang utuh. Seorang ayah yang bijak, dan seorang ibu yang penyayang. Aku memiliki 4 saudara kandung, dan aku adalah anak ke tiga (anak tengah) dari lima bersaudara yang di apit sepasang kakak laki-laki dan perempuan, dan sepasang adik laki-laki dan perempuan pula. Sungguh, tak ada yang lebih ku syukuri selain kebahagiaan utuh yang Allah karuniakan kepadaku dari keluargaku. Mungkin, karena merasa hidupku begitu lengkap itulah, aku merasa tak pernah memerlukan perhatian laki-laki dari non muhrimku. Aku merasa, perhatian dan kasih sayang dari laki-laki sudah ku peroleh dari muhrimku, yaitu ayah, kakak laki-laki, adik laki-laki, dan paman-paman kandungku. Untuk itu, hingga saat ini aku belum pernah tersentuh pacaran. Hidup yang Allah berikan padaku adalah nikmat tak terkira, aku adalah muslimah yang selalu berusaha tersenyum dalam setiap keadaan. Sungguh.. aku merindukan diriku yang dulu. Fithri Ariani, yang selalu tersenyum dan menebar mashlahat di sekitarku. Hingga suatu saat, Allah hendak mengajarkanku tentang sesuatu, tentang ilmu ikhlas dan sabar.

“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum , maka DIA akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan, dan barangsiapa yang murka , maka baginya kemurkaan“. (HR.At-Tirmidzi no.2396 dan Ibnu Majah no.4031)

Rasulullah shallahu a’laihi wa sallam, bersabda :
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka DIA memberikan cobaan kepadanya.” (HR.Bukhari no.5645. Abu ‘Ubaid mengatakan bahwa maknanya ialah, Allah mengujinya dengan berbagai musibah agar Allah memberikan pahala atasnya, Fat-hul Baari X/108)

Allah memberikan ujian. Allah mentakdirkanku mengenal seseorang melalui selembar sajadah yang diberikannya di sebuah tempat ketika aku hendak sholat zuhur pada tanggal 08 Juli 2008. Kemudian sejak itu, ujian demi ujian pun terjadi berulang. Selama kurang lebih 2 tahun, aku terjebak pada fikiran yang kusut, hati yang sakit, dan akhlak yang jauh berubah karena tertimpa ujian yang diakibatkannya. Aku merasa diriku berubah sejak bertemu dengannya, bukan seperti diriku yang dulu. Akhirnya setelah semua berlalu, aku mengerti apa maksud Allah saat itu mentakdirkanku bertemu dengannya dengan cara memberi sajadah untuk sholat, karena setelah pertemuan itu, orang yang memberi sajadah tersebut  menjadi ujian dalam hidupku. Dan mengobatinya, adalah dengan sholat.

Berkali-kali aku belajar memahami, memaafkan, bahkan menerima dan mencintai, berkali-kali pula aku disakiti. Hingga saat ini, terkadang rasa sakit itu masih terasa. Aku terus berusaha menyembuhkan lukanya dan meraih kebahagiaan dengan berusaha mengembalikan diriku pada diriku yang semula. Namun, tak jarang aku kembali jatuh jika teringat sosoknya dan tindakan-tindakan jahiliyahnya. Terkadang aku berfikir, begitu mudahnya, begitu gampangnya, seseorang bertindak tanpa memikirkan akibat yang dilakukannya pada orang lain hingga bisa melukai atau menyakiti orang lain. Hingga saat ini, aku terus berusaha untuk ikhlas.

”Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa keletihan, penyakit, kesusahan  kesedihan, gangguan dan kesulitan, hingga duri yang menusuknya, kecuali Allah subhanahu wa ta a’la akan menghapuskan karenanya dosa-dosanya.”(HR.Bukhary no.5641 dari sahabat Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Beriring waktu berjalan, aku terus mengambil hikmah dari pengalaman getir takdir yang pernah Allah gariskan. Tak ada yang tak baik menurut Allah, jika semuanya diserahkan pada Allah, dan hanya pada-Nya aku berserah diri. "Janganlah membalas keburukan dengan keburukan. Balaslah keburukan dengan kebaikan. Orang mukmin itu bersaudara", begitulah orang tua selalu menasehati. Aku merindukan diriku yang dulu. Aku terus belajar mengikhlaskan semuanya dan terus berbenah diri. Hidupku bagai ku bangun kembali. Aku belajar mensyukuri apa yang sudah ku alami, menikmati sisa usia dan sisa nafas yang masih Allah beri dengan belajar memperbaiki diri. Merajut lagi benang-benang asa menuju kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Apa pun sakit dan luka yang mendera, aku hanya ingin bahagia. Bahagia menjalani takdir yang telah Allah gariskan dan tersenyum menyambut hari-hari ke depan. Bahagia dunia - akhirat, bahagia hingga ke Jannah Allah. Aamiin Ya Allah..
 
Ya Allah, lindungilah aku dari kejahatan diriku dan kuatkanlah diriku pada sebaik-baik urusanku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas segala yang aku sembunyikan dan apa yang aku tampakkan, apa yang tidak aku sengaja maupun yang tidak aku sengaja, apa yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui.”(HR.Al-Hakim I/510,Ahmad IV/444)

“Ya Allah, sesungguhya aku memohon kepada-MU seluruh kebaikan , baik yang sekarang maupun yang akan datang, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan aku memohon perlindungan kepada-MU dari seluruh kejahatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah , sesungguhnya aku memohon kebaikan yang diminta oleh hamba-MU dan Nabi-MU, dan aku berlindung kepada-MU dari kejahatan yang hamba-MU dan Nabi-MU berlindung kepada-MU darinya. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada –MU surga dan apa-apa yang dapat mendekatkan kepadanya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-MU dari Neraka dan apa-apa yang dapat mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku memohon kepada-MU agar Engkau menjadikan seluruh ketetapan yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu kebaikan.” (HR.Ibnu Majah no.3846, Ibnu Hibban no.2413)

Robb.. lindungilah, selamatkanlah, limpahkanlah kebahagiaan dan keberkahan kepada hamba di dunia dan akhirat. Ya Allah, berikanlah pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan hamba. Berikanlah keberkahan dalam setiap hela nafas yang hamba hirup dan setiap detik waktu yang hamba lalui. Istiqomahkanlah hamba di jalan-Mu, dan jagalah hamba agar selalu dalam kebaikan dan amal-amal sholih yang mendekatkan hamba kepada-Mu. Limpahkanlah keberkahan bagi hamba dalam menjemput hari-hari ke depan yang lebih baik, Aamiin Ya Allah Robbal'aalamiin..

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (QS Ath-Thalaq: 3-4).

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali Imran: 173)

Sebuah persembahan untuk:
Yang menciptakanku, Yang memberi hidayah kepadaku Yang memberi makanan kepadaku, Yang memberi minuman kepadaku, Yang menyembuhkan penyakitku, Yang mematikanku, Yang menghidupkanku, Yang kuharap akan memaafkan dan mengampuniku pada hari pembalasan, Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan". (QS.26:78-85)

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku." (QS. Al Fajr: 27-30)

Ya Allah Ya Rohman Ya Rohim Ya Mujib, kabulkanlah segala do'a hamba. Aamiin Ya Allah Ya Robbal'aalamiin...

Wallahu a'lam bishshowwab

No comments: