Kita mungkin sudah terbiasa mendengar kata "kutu". Ya, kutu adalah salah satu jenis hewan yang berbentuk kecil dan termasuk jenis serangga, entah itu serangga air atau pun serangga yang hidup di darat. Menurut sumber yang saya baca melalui salah satu situs yang menyediakan beragam informasi, (ga papalah saya co-pastein disini, minimal untuk mengulang sedikit pelajaran biologi di masa sekolah dulu, hehe..) dalam arti lebih sempit kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Berikut adalah beberapa kelompok hewan yang memakai nama kutu:
* kutu air (anggota Crustacea)
* kutu beras, hama pada biji-bijian yang disimpan
* tuma/kutu kepala/rambut
* kutu kucing, parasit pada kucing
* kutu anjing, parasit pada anjing
* kutu burung, parasit pada burung/unggas
* kutu daun, hama tumbuhan
* kutu perisai, hama tumbuhan
* kutu putih, hama tumbuhan
* kutu bubuk, hama kayu
* kutu buku (pemakan buku)
* kutu loncat.
(sumber: wikipedia.org)
Sebagian dari kita menganggap kutu adalah binatang yang menjijikan. Sebagian lagi beranggapan bahwa kutu adalah hewan parasit atau hama yang merugikan. Tidak jarang para petani mengalami kerugian gara-gara ulah si kutu karena kutu-kutu ini memakan buah, bunga, batang, dan daun tanaman. Bagi manusia sendiri, kutu hidup sebagai parasit yang merugikan, menghisap darah, dan menimbulkan penyakit. Yang paling heboh kalau ketemu kutu biasanya ya anak-anak, ada yang suka pada beberapa jenis kutu tertentu dan malah asyik memainkannya, kepik (termasuk jenis kutu) misalnya. Dulu murid laki-laki saya di Sekolah lama suka sekali mencari hewan kepik dan memainkannya. Namun, ada juga yang takut dan geli melihat hewan satu ini. Saya sendiri, sangat suka menggambar kepik. Yang paling mudah terdeteksi dalam keseharian kita adalah rasa gatal pada kulit jika terkena serangan kutu. Tapi ternyata tidak semua kutu merugikan loh. Ada juga kutu yang membantu proses penyerbukan tanaman meski jumlahnya amat sedikit alias lebih banyak merugikan.
Nah, kali ini kita bukan akan membahas hewan kutu itu sendiri melainkan istilah-istilah yang menggunakan kata kutu. Yup!, kata kutu ini sudah mengalami perluasan makna. Di kehidupan keseharian kita, istilah kutu biasanya diidentikan dengan orang-orang yang keranjingan atau kecanduan sesuatu. Memang tidak sedikit istilah-istilah yang kita kenal menggunakan kata kutu. Dari yang berkonotasi positif sampe yang negatif. Kalau istilah kutu buku (istilah untuk orang yang gemar membaca buku) mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Atau (maaf) kutu kupret misalnya, (istilah lain untuk orang yang mau bilang "Sialan lo!"). Nah, kalau istilah kutu kupret ini pertama kali saya dengar dari rekan kerja di Pulau Jawa dulu, karena seingat saya di Palembang ga ada yang suka bilang kutu kupret, hehe. Sekarang saya menemukan istilah baru dengan menggunakan kata kutu akibat hasil pengamatan saya di lingkungan sekitar. Bisa ngga ya, istilah ini saya patenkan sebagai hasil temuan saya sebelum nanti di patenkan negeri tetangga?!, hihihi..
Kutu On line
Salah satu istilah untuk orang yang keranjingan on line. Hidupnya bagaikan lirik lagu Saykoji, on line 24 jam nonstop. Paling tidak, hal ini memang sudah membumi. Saat ini On line adalah hal yang biasa. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, ada sebagian dari manusia jaman sekarang yang tidak bisa lepas dari on line. Apa lagi kalangan mahasiswa. Coba deh baca lirik berikut ini. "Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk on line on line on line on line, jari dan keyboard beradu pasang earphone dengar lagu aku on line online on line on line. Tidur telat bangun pagi pagi nyalain komputer online lagi, bukan mau ngetik kerjaan e-mail tugas diserahkan, tapi malah buka facebook padahal face masih ngantuk, beler kayak orang mabuk, pala naik turun ngangguk-ngangguk sambil ngedownload empitri, colok i pod usb kiri ngecekin postingan forum apa ada balesannye?, biar belum sikat gigi belum mandi tapi kalo belum on line paling anti liat friendster, myspace, youtube me and him, everybody you too".
Keturunan Kutu On Line
Nah, kutu online ini juga bekembang biak. Dia punya banyak anak, diantaranya Kutu Facebook, Kutu Plurk, Kutu Twitter, Kutu Friendster, Kutu Youtobe, Kutu Games, Kutu Chatting (kembarannya Kutu YM, Kutu MIRC, etc), ada lagi yang mau menambahkan?.
Istilah diatas adalah istilah-istilah untuk orang-orang yang keranjingan FB, plurk, twitter, friendster, Youtobe, Games, YM, MIRc, dan sebagainya. Kalau ada yang mau bikin lirik lagu, saya rekomendasikan lirik berikut ini, silahkan diedit, "Saban hari kerjaannya ga jauh-jauh dari on line, tiap menit ganti status, ada yang koment, koment balik, hati sueneng bukan maen, pas gebetan ikut-ikut koment. Ada yang nyari uang, nyari pacar, nyari jodoh, nyari popularitas, sampe nyari mangsa.. hiii.. suereem ya.."
Ngeri juga ya, kalau dah keranjingan on line. Ibarat kecanduan morfin, ekstasi, dan obat-obatan terlarang lainnya. Memang, kemajuan teknologi itu ibarat pisau. Jika diasah, akan semakin tajam. Jika tidak, ya menumpul. Tergantung kitanya, mau mengasahnya kepada hal yang positif, atau sebaliknya, mengasahnya untuk hal yang negatif.
Seperti kita tahu, pisau jika diasah dan digunakan sebagaimana fungsinya maka akan sangat berguna, untuk memotong bumbu dapur, buah-buahan, kue, daging, dan sebagainya misalnya. Sebaliknya, jika diasah untuk menyakiti atau bahkan membunuh orang lain, maka ia pun akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Seperti pelaku kriminal yang saban hari mengisi line berita-berita kriminal negeri ini. Begitu juga media on line. Jika dipergunakan sesuai fungsinya dan diarahkan kepada hal yang positif, maka kita pun akan memperoleh banyak manfaatnya. Seperti kita tahu, banyak orang yang mendapatkan penghasilan dari berbisnis on line, on line yang halal tentunya. Kalau tidak benar-benar bisa menggunakannya dengan baik, bisa terjerumus ke hal-hal yang negatif karena banyak sekali pengaruh negatif dari media internet/teknologi ini jika tidak benar-benar bisa memanage diri dalam menggunakannya.
Terakhir, jangan sampai media on line (internet) ini membuat kita lalai dari mengingat Allah. Gara-gara online jadi melalaikan sholat atau bahkan jadi lupa sholat, misalnya. Waah.. bahaya banget tuh.
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله
“Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
Menulis kisah tentang hidup, adalah sebuah kebahagiaan. Berguru pada alam semesta dari apa yang dilihat, didengar, difikir, dan dirasa. Memanusiakan manusia. Meramu kata per kata menjadi rangkaian cerita guna menuai hikmah. Moga kehadiran blog ini memberi kebaikan dan manfaat bagi semua. Aamiin ya robbal’aalamiin.. Take the rest time..
Monday, August 30, 2010
Tuesday, August 17, 2010
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
by Fithri Ariani on Tuesday, August 17, 2010 at 3:51am
Terkadang, saya suka senyum sendiri melihat kondisi bangsa ini. Tentu saja senyum saya senyum sejuta makna (jiaaah..). Senyum itu menyimpan pesannya sendiri. Ada setumpuk rasa jauh di dasar hati. Miris, lucu, bercampur dengan kekecewaan, sedikit kekesalan, kebingungan, ditambah sebuncah harapan. Itulah makna senyum saya.
Bondan, "Ya Sudahlah.."
Melihat kondisi bangsa ini, terus terang saya sedih. Namun kesedihan yang saya rasakan bukanlah beban yang harus dikeluhkan terus menerus. Karena tentunya mengeluh tidak akan ada gunanya, tak menyelesaikan masalah bahkan terkadang makin memperunyam masalah. Contohnya, ketika kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir oleh pihak kepolisian yang agak kurang manusiawi, saya dan Papa sempet "ribut-ribut kecil" hanya karena Papa kecewa dengan pemerintahan President SBY yang notabene terpilih lagi karena dukungan Partai yang saya ikuti. "Ini karena partainya kamu milih SBY lagi, kalau ngga kan ga ada yang namanya rekayasa ancaman tembakan ke SBY itu, kasihan itu Ust. Ba'asyir. Udah tua, difitnah, bulan puasa ditangkep dengan cara tidak manusiawi lagi", ujar Papa waktu itu. Bukan itu saja, Papa sempat mengkritik para pejabat dari Partai yang saya ikuti. "Giliran udah terpilih jadi pejabat, hilang suaranya". Saya sampe istighfar mendengar kalimat demi kalimat kekecewaan yang mengalir dari lisan Papa. Astaghfirullah.. Saya coba jelaskan sedikit kerja-kerja yang telah ikhwah lakukan di parlement dan pemerintahan, tapi percuma saja. Yang namanya orang lagi marah bin kesal, ya.. agak susah diajak bicara. Dari pada ribut-ribut ga jelas juntrungannya, akhirnya saya mengalah saja, hitung-hitung menghindari dosa dan mengalahkan syetan yang mungkin waktu itu sudah naik tanduknya memanas-manasi keadaan. Pas sekarang kita juga lagi puasa. Ya sudahlah.. *Bondan Mode on*.
Fia, SBY, dan Gedung MPR/DPR
Kemarin saya menonton berita di TV. Sekelompok mahasiswa yang diwakili oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI berdemo di depan gedung MPR/DPR ketika President SBY membacakan Pidato pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI. Fia, nama mahasiswa tersebut menampilkan pemandangan yang cukup dramatis, dihiasi pemandangan lain disekelilingnya, segerombol polisi yang sibuk membujuknya dan mahasiswa lain untuk membubarkan diri. Ia bersikeras ingin tetap duduk di jalan dan menyampaikan aspirasinya. "Saya cuma ingin menyampaikan aspirasi saya kepada pemerintah, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan rakyat, biaya pendidikan semakin mahal, etc..". Begitu kurang lebih kalimat yang ia sampaikan. Yang lebih dramatis lagi ketika Polwan membujuknya untuk pindah dari posisi duduknya yang mengganggu lalu lintas. Saat itu ia berkata pada ibu-ibu Polwan yang membujuknya, "Seharusnya anda mendukung saya, saya menyampaikan aspirasi untuk anda juga, apa gaji anda cukup untuk kebutuhan sebulan?". Begitu kurang lebih ia menyampaikan aspirasinya dilanjutkan dengan adegan tangis sembari berpindah duduk ke pinggir jalan. Kemudian Ia menyemangati teman-temannya yang lain agar tetap bersemangat menyampaikan aspirasi mereka. Saya acungkan jempol untukmu Fia, Lanjutkan perjuanganmu. Tapi lain kali jangan tanggung-tanggung, buat atraksi yang lebih menarik di tengah jalan atau naik ke atap gedung MPR/DPR, kaya artis senior Pong Hardjatmo. *Ups, maaf-maaf.. jangan diambil hati ya.. saya cuma bercanda*.
Bagaimana dengan Pidato Pak SBY di dalam gedung MPR/DPR sendiri?. "Bagaikan melayang di atas langit", begitu kata salah satu nara sumber yang diwawancarai salah satu TV Nasional di negeri ini. Banyak kalangan yang kecewa dengan pidato SBY itu, termasuk saya. Karena kondisi di lapangan tidaklah sama dengan gambaran isi pidato yang Presiden sampaikan. Padahal sebenarnya jikalau President mau mengungkap sedikit permasalahan rakyat sesuai realitanya pada pidatonya dan memberikan gambaran solutif, pasti akan lebih berkelas dan menaikan pamornya kembali. *Sayang sekali pak, pidato anda kurang membumi.*
Teroris Baru!. Tabung-tabung yang Malang
Di tengah kondisi carut-marutnya bangsa ini, rakyat kecil semakin melarat. Harga sembako naik, pengangguran dimana-mana, angka kriminalitas terus bertambah, sedangkan kesejahteraan bagai partikel-partikel yang mengawang tinggi yang tak jua mampu diraih. Yang kaya tambah kaya, yang kaya jatuh miskin, sedangkan yang miskin jarang ada yang tambah kaya. Ada istilah baru yang kian ngetrend belakangan ini. Teroris model baru, yaitu tabung gas LPG yang sering meledak sampai memakan korban jiwa. Sekedar guyon ringan, mengutip pidatonya Megawati, "Pas udah meledak, baru sosialisasi cara pemasangan gas LPG, gimana sih?". Tentu saja omongan bu Mega ini ada benarnya, walau pun kadang pidato-pidatonya lucu menurut saya. Kemudian bagaimana rakyat kecil menanggapinya, "Mendingan pake minyak tanah dari pada harus jadi korban". Kata anak gaul di ibukota, "Hari gene.. masih pake minyak tanaah?!". Bagai kembali ke masa purba. *Lebay*. Hm.. PR lagi, ada yang mau ngasih solusi? P E R T A M I N AAA.. Selamat bekerja!!!.
Fenomena Keong Racun dan Ariel-Luna-Cut Tari
Terus terang, terkadang saya juga meringis melihat kondisi generasi muda bangsa saat ini. Narkoba, dugem, miras, free sex, senioritas, gaya hidup kebarat-baratan, konsumeris, dan rentetan pergaulan bebas lainnya. Beginilah gambaran global kondisi generasi muda bangsa kita. Sepertinya, ga keren kalau ga dugem, ga gaul kalau ga mengikuti gaya hidup barat, ga dewasa kalau ga pacaran, dan sederet kata ga' inilah - ga' itulah lainnya. Ditambah lagi dengan sinetron-sinetron yang kurang mendidik, menambah sederet contoh-contoh tidak baik yang menggambarkan moralitas bangsa.
Mungkin kalau membaca tulisan sebelumnya tentang Fia dan BEM UI sebagian kita akan merasa bangga menjadi generasi muda bangsa karena masih ada generasi muda yang berani menampilkan sesuatu yang berbeda dan mewakili rakyat. Sebagian lagi mungkin acuh tak acuh, sedangkan sisanya mungkin malah benci dengan aktifis mahasiswa. Keong Racun, ibarat gambaran kondisi generasi muda saat ini. Coba simak sendiri liriknya yang agak glamour dan kurang mendidik, menurut saya. Bukan hanya Keong Racun, hampir semua lagu dewasa, entah itu beraliran pop, rock, slow, jazz, sampe dangdut yang muatannya kebanyakan tentang cinta muda-mudi, patah hati, dan lagu-lagu yang menggambarkan keputusasaan lainnya, kebanyakan tidak mendidik dan malah melalaikan generasi muda. Tapi tidak semuanya loh!, sekali lagi saya sampaikan tidak semuanya.
Lain lagi dengan salah satu program Televisi Nasional Jhon Pantau. Mereka (kru Jhon Pantau) mengemas kritik mendidik dalam bentuk yang lebih elegan. Minggu ke dua bulan Agustus, acara ini mengangkat tema lagu-lagu yang memberikan pengaruh (entah itu positif atau malah negatif) yang sedang in di masyarakat. Keong Racun salah satunya. Saking nge-boomingnya lagu ini, tidak sedikit anak-anak yang notabene masih di bawah umur ikut menyukai dan menyanyikan lagu ini. Kalau sekarang mah, bukan cuma lagu Keong Racun aja yang suka dinyanyikan anak-anak. Lagu-lagu dewasa lainnya juga yang sedang populer sering dinyanyikan anak-anak Indonesia. Lagu-lagu dewasa lebih populer di telinga anak-anak Indonesia jaman sekarang ketimbang lagu-lagu anak-anaknya sendiri. Padahal belum tentu anak-anak itu mengerti apa yang mereka nyanyikan. "Laah.. kok bisa begitu ya..?!", ya.. karena pemberitaannya yang gencar dan tenggelamnya lagu anak-anak. *Berenang kemana ya lagu anak-anak sampai hanyut dan hilang?*. Sekarang timbul pertanyaan, Bagaimana dengan efek negatif lagu-lagu tersebut bagi anak-anak?. Ya jelas ada. Anak-anak kehilangan masa kanak-kanaknya karena terlalu sering mengkonsumsi informasi yang bukan untuk usianya atau lagu-lagu dewasa. Secara tidak langsung mereka dipaksa untuk lebih cepat matang/dewasa dibandingkan umurnya. Akibatnya, mereka terbiasa membahasakan jiwa mereka (emosi mereka) dengan gaya orang dewasa. Ujung-ujungnya mirip-mirip sinetron. Berteman milih-milih yang keren, gaul, tajir, etc. Lalu lahirlah anak-anak yang matang sebelum waktunya alias pubertas dini.
Lain lagi cerita yang satu ini, sebenarnya agak jijik saya mengangkat tema mereka. Para artis yang ditonton, dilihat, dibanggakan, bahkan mungkin dicontoh oleh segelintir generasi muda karena karya-karyanya yang dinilai bagus.Tergelincir dalam lubang kelam yang mengerikan. hii.. Na'udzubillah.. Pemberitaannya menghebohkan bangsa ini, saking hebohnya kasus-kasus lainnya seperti Skandal Century, Rekening Gendut Kepolisian, dan kasus-kasus lainnya bagaikan turut tenggelam seperti lagu anak-anak tadi. *Air mengalir sampai jaauuh.. akhirnya ke lauut*. Ngga nyambung mode on, silahkan artikan sendiri supaya nyambung.
Ribut-ribut Penangkapan Tiga Anggota DKP
Ini salah satu cerita heboh di jelang hari kemerdekaan kita. Tak perlu saya jelaskan jalan ceritanya karena pihak Indonesia baru akan membentuk tim Independen untuk menyelidiki kasus ini. Tapi, dari gambaran umum pemberitaan yang ada, jelas-jelas nelayan Malay itu melanggar batas teritorial. Memang masalah batas teritorial perairan Indonesia - Malaysia ini adalah masalah classic. Pemerintah seharusnya segera mengambil tindakkan tegas kepada Malaysia dan bekerja keras guna memperjelas batas teritorial perairan Indonesia ini agar masalah serupa tidak terulang kembali. Entah sudah berapa kali masalah serupa terjadi, mulai dari yang sederhana sampai lepasnya satu per satu pulau-pulau di Indonesia yang diclaim bangsa Malay sebagai bagian negaranya. Lucu!. Anehnya, dalam wawancara yang saya lihat di TV, dua nelayan yang diwawancarai itu mengaku alat dektektor (entah seperti apa bentuknya) disadap anggota DKP sehingga mereka ibarat dijebak di perairan Indonesia yang saat itu menurut mereka dektektor mereka menunjukkan bahwa mereka berada di perairan Malaysia. Tuduhan yang sadis. Sudah!, saya tidak mau pajang lebar membicarakan si "Malay" ini. Takutnya isi tulisan saya berubah menjadi kecaman, cacian, dan perkataan-perkataan jelek lainnya menyangkut Malay. Bangsa kita sudah banyak disakiti Malay. Kasus demi kasus bergulir terus, mulai dari permasalahan TKI, klaim terhadap hasil bumi dan kebudayaan Indonesia yang diakui mereka sebagai milik mereka, dan lain sebagainya. Intinya, Bangsa Indonesia harus membela kedaulatannya dan membawa permasalahan ini benar-benar ke jalur hukum, menurut saya. Karena memang sudah jelas Malay telah menginjak harkat martabat Bangsa Indonesia dengan penangkapan tiga orang anggota DKP dengan cara "kurang" manusiawi. *Tembak-tembak ga jelas, kayak baru belajar nembak. Cak ketako'an.*
Cerita "Lucu" Tentang Ikan
Satu lagi, sebenarnya ini hanya guyonan saya saja karena hal ini cukup menggelitik benak saya. Persengketaan masalah batas teritorial ini sebenarnya amat penting bagi bangsa kita. Karena batas teritorial inilah yang menggambarkan kedaulatan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan utuh yang memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. Namun, coba sejenak gunakan mata hati anda untuk hal ini. Ikan yang ada di laut berenang bebas kemana pun mereka mau. Dalam waktu satu detik saja mereka bisa berada di perairan Indonesia atau juga perairan Malay. Lantas ikan-ikan tersebut bisakah kita klaim sebagai ikan perairan Indonesia atau ikan perairan Malaysia, jikalau dalam waktu sekian detik tersebut mereka juga bisa berpindah ke perairan negara lain selain Indonesia dan Malaysia, Singapura misalnya. Ikan yang lahir di perairan Indonesia atau Malaysia, bisakah kita indentifikasi sebagai ikan/kekayaan salah satu bangsa jika setelah dewasa mereka berhijrah (berenang) ke perairan negara tetangganya?, saya rasa tidak. Lantas, timbul pertanyaan baru. Bagaimana cara mengenali ikan perairan Indonesia dengan ikan perairan negara lain? Bagai mana caranya agar nelayan Indonesia mau pun Malaysia tidak salah menangkap ikan?. Sempat terfikirkan, buat pagar kawat kasa yang tipis dengan ukuran diameter jaring yang sangat kecil dari dasar laut sampai tingginya kurang lebih dua meter ke permukaan air laut yang mengelilingi batas teritorial di seluruh perairan Indonesia agar tidak ada bangsa lain yang bisa mencuri ikan dan sumber daya laut Indonesia atau dengan seenaknya mengklaim bahwa mereka berada di perairan mereka. *Ide konyol, jangan diikuti*
Akhirnya..
Hari ini, tepat di hari kemerdekaan RI yang ke 65, di hari Ramadhan yang ke - 7, di tengah carut marutnya kondisi Bangsa Indonesia, kita tetap berharap bahwa suatu saat nanti kondisi bangsa ini akan semakin membaik di berbagai bidang. Tak ada lagi rakyat yang kelaparan, tak ada lagi diskriminasi sosial, tak ada lagi perang saudara, tak ada lagi kolonialisme ekonomi. Rakyat makmur dan sejahtera. Maju dan beradab. Cerdas dan sholih/ah. Bangsa yang madanilah tujuannya. Tentu saja semua menjadi PR B E S A R kita semua. Mari bekerja memperbaiki diri, memperbaiki kinerja, memperbaiki fasilitas, memperbaiki lingkungan sekitar kita dari yang terkecil. Hingga bangsa ini menjadi JAYA dan bermartabat di dalam mau pun internasional. Semoga Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan ini mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan bagi Bangsa ini. Bangkitlah Indonesiaku, Harapan itu Masih Ada. ALLAHU AKBAR..!!!
Wallahu a'lam bishshawwab
Fithri Ariani, 17 Agustus 2010 (07 Ramadhan 1431 H)
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
Terkadang, saya suka senyum sendiri melihat kondisi bangsa ini. Tentu saja senyum saya senyum sejuta makna (jiaaah..). Senyum itu menyimpan pesannya sendiri. Ada setumpuk rasa jauh di dasar hati. Miris, lucu, bercampur dengan kekecewaan, sedikit kekesalan, kebingungan, ditambah sebuncah harapan. Itulah makna senyum saya.
Bondan, "Ya Sudahlah.."
Melihat kondisi bangsa ini, terus terang saya sedih. Namun kesedihan yang saya rasakan bukanlah beban yang harus dikeluhkan terus menerus. Karena tentunya mengeluh tidak akan ada gunanya, tak menyelesaikan masalah bahkan terkadang makin memperunyam masalah. Contohnya, ketika kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir oleh pihak kepolisian yang agak kurang manusiawi, saya dan Papa sempet "ribut-ribut kecil" hanya karena Papa kecewa dengan pemerintahan President SBY yang notabene terpilih lagi karena dukungan Partai yang saya ikuti. "Ini karena partainya kamu milih SBY lagi, kalau ngga kan ga ada yang namanya rekayasa ancaman tembakan ke SBY itu, kasihan itu Ust. Ba'asyir. Udah tua, difitnah, bulan puasa ditangkep dengan cara tidak manusiawi lagi", ujar Papa waktu itu. Bukan itu saja, Papa sempat mengkritik para pejabat dari Partai yang saya ikuti. "Giliran udah terpilih jadi pejabat, hilang suaranya". Saya sampe istighfar mendengar kalimat demi kalimat kekecewaan yang mengalir dari lisan Papa. Astaghfirullah.. Saya coba jelaskan sedikit kerja-kerja yang telah ikhwah lakukan di parlement dan pemerintahan, tapi percuma saja. Yang namanya orang lagi marah bin kesal, ya.. agak susah diajak bicara. Dari pada ribut-ribut ga jelas juntrungannya, akhirnya saya mengalah saja, hitung-hitung menghindari dosa dan mengalahkan syetan yang mungkin waktu itu sudah naik tanduknya memanas-manasi keadaan. Pas sekarang kita juga lagi puasa. Ya sudahlah.. *Bondan Mode on*.
Fia, SBY, dan Gedung MPR/DPR
Kemarin saya menonton berita di TV. Sekelompok mahasiswa yang diwakili oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI berdemo di depan gedung MPR/DPR ketika President SBY membacakan Pidato pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI. Fia, nama mahasiswa tersebut menampilkan pemandangan yang cukup dramatis, dihiasi pemandangan lain disekelilingnya, segerombol polisi yang sibuk membujuknya dan mahasiswa lain untuk membubarkan diri. Ia bersikeras ingin tetap duduk di jalan dan menyampaikan aspirasinya. "Saya cuma ingin menyampaikan aspirasi saya kepada pemerintah, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan rakyat, biaya pendidikan semakin mahal, etc..". Begitu kurang lebih kalimat yang ia sampaikan. Yang lebih dramatis lagi ketika Polwan membujuknya untuk pindah dari posisi duduknya yang mengganggu lalu lintas. Saat itu ia berkata pada ibu-ibu Polwan yang membujuknya, "Seharusnya anda mendukung saya, saya menyampaikan aspirasi untuk anda juga, apa gaji anda cukup untuk kebutuhan sebulan?". Begitu kurang lebih ia menyampaikan aspirasinya dilanjutkan dengan adegan tangis sembari berpindah duduk ke pinggir jalan. Kemudian Ia menyemangati teman-temannya yang lain agar tetap bersemangat menyampaikan aspirasi mereka. Saya acungkan jempol untukmu Fia, Lanjutkan perjuanganmu. Tapi lain kali jangan tanggung-tanggung, buat atraksi yang lebih menarik di tengah jalan atau naik ke atap gedung MPR/DPR, kaya artis senior Pong Hardjatmo. *Ups, maaf-maaf.. jangan diambil hati ya.. saya cuma bercanda*.
Bagaimana dengan Pidato Pak SBY di dalam gedung MPR/DPR sendiri?. "Bagaikan melayang di atas langit", begitu kata salah satu nara sumber yang diwawancarai salah satu TV Nasional di negeri ini. Banyak kalangan yang kecewa dengan pidato SBY itu, termasuk saya. Karena kondisi di lapangan tidaklah sama dengan gambaran isi pidato yang Presiden sampaikan. Padahal sebenarnya jikalau President mau mengungkap sedikit permasalahan rakyat sesuai realitanya pada pidatonya dan memberikan gambaran solutif, pasti akan lebih berkelas dan menaikan pamornya kembali. *Sayang sekali pak, pidato anda kurang membumi.*
Teroris Baru!. Tabung-tabung yang Malang
Di tengah kondisi carut-marutnya bangsa ini, rakyat kecil semakin melarat. Harga sembako naik, pengangguran dimana-mana, angka kriminalitas terus bertambah, sedangkan kesejahteraan bagai partikel-partikel yang mengawang tinggi yang tak jua mampu diraih. Yang kaya tambah kaya, yang kaya jatuh miskin, sedangkan yang miskin jarang ada yang tambah kaya. Ada istilah baru yang kian ngetrend belakangan ini. Teroris model baru, yaitu tabung gas LPG yang sering meledak sampai memakan korban jiwa. Sekedar guyon ringan, mengutip pidatonya Megawati, "Pas udah meledak, baru sosialisasi cara pemasangan gas LPG, gimana sih?". Tentu saja omongan bu Mega ini ada benarnya, walau pun kadang pidato-pidatonya lucu menurut saya. Kemudian bagaimana rakyat kecil menanggapinya, "Mendingan pake minyak tanah dari pada harus jadi korban". Kata anak gaul di ibukota, "Hari gene.. masih pake minyak tanaah?!". Bagai kembali ke masa purba. *Lebay*. Hm.. PR lagi, ada yang mau ngasih solusi? P E R T A M I N AAA.. Selamat bekerja!!!.
Fenomena Keong Racun dan Ariel-Luna-Cut Tari
Terus terang, terkadang saya juga meringis melihat kondisi generasi muda bangsa saat ini. Narkoba, dugem, miras, free sex, senioritas, gaya hidup kebarat-baratan, konsumeris, dan rentetan pergaulan bebas lainnya. Beginilah gambaran global kondisi generasi muda bangsa kita. Sepertinya, ga keren kalau ga dugem, ga gaul kalau ga mengikuti gaya hidup barat, ga dewasa kalau ga pacaran, dan sederet kata ga' inilah - ga' itulah lainnya. Ditambah lagi dengan sinetron-sinetron yang kurang mendidik, menambah sederet contoh-contoh tidak baik yang menggambarkan moralitas bangsa.
Mungkin kalau membaca tulisan sebelumnya tentang Fia dan BEM UI sebagian kita akan merasa bangga menjadi generasi muda bangsa karena masih ada generasi muda yang berani menampilkan sesuatu yang berbeda dan mewakili rakyat. Sebagian lagi mungkin acuh tak acuh, sedangkan sisanya mungkin malah benci dengan aktifis mahasiswa. Keong Racun, ibarat gambaran kondisi generasi muda saat ini. Coba simak sendiri liriknya yang agak glamour dan kurang mendidik, menurut saya. Bukan hanya Keong Racun, hampir semua lagu dewasa, entah itu beraliran pop, rock, slow, jazz, sampe dangdut yang muatannya kebanyakan tentang cinta muda-mudi, patah hati, dan lagu-lagu yang menggambarkan keputusasaan lainnya, kebanyakan tidak mendidik dan malah melalaikan generasi muda. Tapi tidak semuanya loh!, sekali lagi saya sampaikan tidak semuanya.
Lain lagi dengan salah satu program Televisi Nasional Jhon Pantau. Mereka (kru Jhon Pantau) mengemas kritik mendidik dalam bentuk yang lebih elegan. Minggu ke dua bulan Agustus, acara ini mengangkat tema lagu-lagu yang memberikan pengaruh (entah itu positif atau malah negatif) yang sedang in di masyarakat. Keong Racun salah satunya. Saking nge-boomingnya lagu ini, tidak sedikit anak-anak yang notabene masih di bawah umur ikut menyukai dan menyanyikan lagu ini. Kalau sekarang mah, bukan cuma lagu Keong Racun aja yang suka dinyanyikan anak-anak. Lagu-lagu dewasa lainnya juga yang sedang populer sering dinyanyikan anak-anak Indonesia. Lagu-lagu dewasa lebih populer di telinga anak-anak Indonesia jaman sekarang ketimbang lagu-lagu anak-anaknya sendiri. Padahal belum tentu anak-anak itu mengerti apa yang mereka nyanyikan. "Laah.. kok bisa begitu ya..?!", ya.. karena pemberitaannya yang gencar dan tenggelamnya lagu anak-anak. *Berenang kemana ya lagu anak-anak sampai hanyut dan hilang?*. Sekarang timbul pertanyaan, Bagaimana dengan efek negatif lagu-lagu tersebut bagi anak-anak?. Ya jelas ada. Anak-anak kehilangan masa kanak-kanaknya karena terlalu sering mengkonsumsi informasi yang bukan untuk usianya atau lagu-lagu dewasa. Secara tidak langsung mereka dipaksa untuk lebih cepat matang/dewasa dibandingkan umurnya. Akibatnya, mereka terbiasa membahasakan jiwa mereka (emosi mereka) dengan gaya orang dewasa. Ujung-ujungnya mirip-mirip sinetron. Berteman milih-milih yang keren, gaul, tajir, etc. Lalu lahirlah anak-anak yang matang sebelum waktunya alias pubertas dini.
Lain lagi cerita yang satu ini, sebenarnya agak jijik saya mengangkat tema mereka. Para artis yang ditonton, dilihat, dibanggakan, bahkan mungkin dicontoh oleh segelintir generasi muda karena karya-karyanya yang dinilai bagus.Tergelincir dalam lubang kelam yang mengerikan. hii.. Na'udzubillah.. Pemberitaannya menghebohkan bangsa ini, saking hebohnya kasus-kasus lainnya seperti Skandal Century, Rekening Gendut Kepolisian, dan kasus-kasus lainnya bagaikan turut tenggelam seperti lagu anak-anak tadi. *Air mengalir sampai jaauuh.. akhirnya ke lauut*. Ngga nyambung mode on, silahkan artikan sendiri supaya nyambung.
Ribut-ribut Penangkapan Tiga Anggota DKP
Ini salah satu cerita heboh di jelang hari kemerdekaan kita. Tak perlu saya jelaskan jalan ceritanya karena pihak Indonesia baru akan membentuk tim Independen untuk menyelidiki kasus ini. Tapi, dari gambaran umum pemberitaan yang ada, jelas-jelas nelayan Malay itu melanggar batas teritorial. Memang masalah batas teritorial perairan Indonesia - Malaysia ini adalah masalah classic. Pemerintah seharusnya segera mengambil tindakkan tegas kepada Malaysia dan bekerja keras guna memperjelas batas teritorial perairan Indonesia ini agar masalah serupa tidak terulang kembali. Entah sudah berapa kali masalah serupa terjadi, mulai dari yang sederhana sampai lepasnya satu per satu pulau-pulau di Indonesia yang diclaim bangsa Malay sebagai bagian negaranya. Lucu!. Anehnya, dalam wawancara yang saya lihat di TV, dua nelayan yang diwawancarai itu mengaku alat dektektor (entah seperti apa bentuknya) disadap anggota DKP sehingga mereka ibarat dijebak di perairan Indonesia yang saat itu menurut mereka dektektor mereka menunjukkan bahwa mereka berada di perairan Malaysia. Tuduhan yang sadis. Sudah!, saya tidak mau pajang lebar membicarakan si "Malay" ini. Takutnya isi tulisan saya berubah menjadi kecaman, cacian, dan perkataan-perkataan jelek lainnya menyangkut Malay. Bangsa kita sudah banyak disakiti Malay. Kasus demi kasus bergulir terus, mulai dari permasalahan TKI, klaim terhadap hasil bumi dan kebudayaan Indonesia yang diakui mereka sebagai milik mereka, dan lain sebagainya. Intinya, Bangsa Indonesia harus membela kedaulatannya dan membawa permasalahan ini benar-benar ke jalur hukum, menurut saya. Karena memang sudah jelas Malay telah menginjak harkat martabat Bangsa Indonesia dengan penangkapan tiga orang anggota DKP dengan cara "kurang" manusiawi. *Tembak-tembak ga jelas, kayak baru belajar nembak. Cak ketako'an.*
Cerita "Lucu" Tentang Ikan
Satu lagi, sebenarnya ini hanya guyonan saya saja karena hal ini cukup menggelitik benak saya. Persengketaan masalah batas teritorial ini sebenarnya amat penting bagi bangsa kita. Karena batas teritorial inilah yang menggambarkan kedaulatan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan utuh yang memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. Namun, coba sejenak gunakan mata hati anda untuk hal ini. Ikan yang ada di laut berenang bebas kemana pun mereka mau. Dalam waktu satu detik saja mereka bisa berada di perairan Indonesia atau juga perairan Malay. Lantas ikan-ikan tersebut bisakah kita klaim sebagai ikan perairan Indonesia atau ikan perairan Malaysia, jikalau dalam waktu sekian detik tersebut mereka juga bisa berpindah ke perairan negara lain selain Indonesia dan Malaysia, Singapura misalnya. Ikan yang lahir di perairan Indonesia atau Malaysia, bisakah kita indentifikasi sebagai ikan/kekayaan salah satu bangsa jika setelah dewasa mereka berhijrah (berenang) ke perairan negara tetangganya?, saya rasa tidak. Lantas, timbul pertanyaan baru. Bagaimana cara mengenali ikan perairan Indonesia dengan ikan perairan negara lain? Bagai mana caranya agar nelayan Indonesia mau pun Malaysia tidak salah menangkap ikan?. Sempat terfikirkan, buat pagar kawat kasa yang tipis dengan ukuran diameter jaring yang sangat kecil dari dasar laut sampai tingginya kurang lebih dua meter ke permukaan air laut yang mengelilingi batas teritorial di seluruh perairan Indonesia agar tidak ada bangsa lain yang bisa mencuri ikan dan sumber daya laut Indonesia atau dengan seenaknya mengklaim bahwa mereka berada di perairan mereka. *Ide konyol, jangan diikuti*
Akhirnya..
Hari ini, tepat di hari kemerdekaan RI yang ke 65, di hari Ramadhan yang ke - 7, di tengah carut marutnya kondisi Bangsa Indonesia, kita tetap berharap bahwa suatu saat nanti kondisi bangsa ini akan semakin membaik di berbagai bidang. Tak ada lagi rakyat yang kelaparan, tak ada lagi diskriminasi sosial, tak ada lagi perang saudara, tak ada lagi kolonialisme ekonomi. Rakyat makmur dan sejahtera. Maju dan beradab. Cerdas dan sholih/ah. Bangsa yang madanilah tujuannya. Tentu saja semua menjadi PR B E S A R kita semua. Mari bekerja memperbaiki diri, memperbaiki kinerja, memperbaiki fasilitas, memperbaiki lingkungan sekitar kita dari yang terkecil. Hingga bangsa ini menjadi JAYA dan bermartabat di dalam mau pun internasional. Semoga Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan ini mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan bagi Bangsa ini. Bangkitlah Indonesiaku, Harapan itu Masih Ada. ALLAHU AKBAR..!!!
Wallahu a'lam bishshawwab
Fithri Ariani, 17 Agustus 2010 (07 Ramadhan 1431 H)
Catatan "Kelam" Kemerdekaan, PR Besar Kita Semua
Friday, August 06, 2010
Gosip.. digosok Makin Siiip!
Kalau baca judulnya, kayaknya provokatif banget ya. Ga jauh-jauh sama pembawa acara infotainment-infotainment picisan negeri ini yang saban hari dari pagi, siang, sore, ampe malem menyiarkan siaran gosip-gosip terhangat seantero negeri. Mulai dari artis, selebritis, sampe pengusaha, konglomerat, dan pejabat. Dari pejabat tinggi, sampe pejabat rendah yang mulanya tidak terkenal sampe jadi ikut terkenal gara-gara kecipratan gosip. Sepertinya, gosip bisa jadi tunggangan empuk untuk menjadi terkenal. Hm.. Parahnya, gosip ibarat makanan sehari-hari yang sudah biasa dikonsumsi masyarakat negeri ini. So, masyarakat pun jadi terbiasa bergosip. Sebentar-sebentar, ngomongin aib orang, sebentar-sebentar, membicarakan kejelekan orang. Padahal apa yang dibicarakan itu belum tentu benar. Ck.. ck.. Bangsa ini sudah ibarat Republik Gosip saja!.
Biasanya, "Penggosip" atau "Tukang Gosip", dikenal dengan cara bicara yang khas, enerjik, dan mimik muka yang ekspresif. Terkadang ditambah dengan bibir yang maju mundur, ke depan ke samping beberapa mili dan ekor mata yang ga jelas. Yang pasti, tatapannya rada-rada sinis. Lisannya sepertinya tidak pernah lepas dari membicarakan aib orang lain, mulai dari aib fisik, aib pribadi, aib keluarga orang, aib karakter, aib penampilan, dan berprasangka buruk tanpa alasan terhadap orang lain. Kalimat yang biasa khas keluar dari lisannya adalah:
"Eh.. eh.. tau nggga, si itu kan sama si anu tauu'... " atau
"Eh, dia kan begini begini, begitu begitu..".
Bahkan terkadang kalimatnya rada-rada maksa. "Pokoknya dia itu begini.. percaya deh sama aku!".
Eleeuuuh.. GUBRAKS..!. Nah.. begitulah si "Tukang Gosip" biasa meyakinkan sekitarnya.
Baiklah, mungkin kita banyak lupa atau mungkin bahkan tidak tau makna atau pengertian gosip. Sampe akhirnya gosip itu menjadi hal yang biasa dilakukan, ga perempuan, ga laki-laki, sama saja. Terkadang, laki-laki ada juga yang suka bergosip. Jangan kesindir ya..!.
Sebenarnya, apa sih pengertian gosip?. Menurut catatan yang pernah saya browsing di google, gosip berasal dari bahasa Inggris (wuiih.. jauh ya..) dari kata gossip yang artinya gunjing, kabar angin, atau buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip” yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang yang digosipin tidak ada dalam forum yang sama. Sedangkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca, gosip adalah seorang muslim yang membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran.
Naah loh..! dari pengertiannya saja, gosip itu sudah jelek. Masih mau bergosip??.
Seberapa besar sih dampak gosip di masyarakat?, ga usah jauh-jauh deh, dampaknya ke yang terkena gosip sendirilah. Biasanya, yang digosipin terkena beban mental. Jadi malu bertemu banyak orang, atau bahkan menutup diri. Bahayanya jika ternyata apa yang digosipkan itu hanya isapan jempol semata, kasihan kan yang digosipin, mereka menjadi objek fitnah. Butuh waktu untuk membersihkan nama baik mereka lagi di lingkungan yang sudah tercemar polutan gosip. Hiii.. saking berbahayanya virus gosip. Contohnya, gosip-gosip yang menimpa artis atau selebritis sampe pejabat tinggi belakangan ini. Ga usah jauh-jauh deh, coba kita sendiri yang terkena gosip atau digosipin orang, diomongin kejelekan atau dijelek-jelekan orang lain walau pun belum tentu benar, bagaimana rasanya?!, sebel bukan?!.
Permasalahannya adalah, kebanyakan infotainment itu berisi gosip-gosip aib atau kejelekan orang lain, sedangkan kebanyakan orang-orang yang digosipi atau yang diangkat aibnya adalah orang-orang populer yang dilihat, disukai, diidolakan, bahkan dicontoh oleh masyarakat. Padahal seharusnya mereka memberikan contoh yang baik. Terbayang kan efek negatif yang ditimbulkan dari penayangan berita infotaiment itu. Dalam tayangan-tayangan infotainment yang kebanyakan isinya tentang gosip perceraian, kehidupan glamour dan bebas para selebritis, gaya hidup yang konsumeris, sampe isu-isu korupsi para pejabat tinggi negara dan mafia hukum, sedikitnya memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Minimal masyarakat menganggap hal itu adalah biasa dan lumrah. Kemudian, banyak masyarakat yang mengikuti gaya-gaya hidup tersebut.
Sekarang, saatnya kita mereformasi bahkan merevolusi (wuiiih..) tayangan-tayangan yang hendak dipublikasi kepada masyarakat dan menggantinya dengan tayangan-tayangan yang lebih mendidik. Memang butuh kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak untuk merealisasikannya. Namun jika kita yakin dan optimis bahwa kita mampu, insyaAllah kita pasti bisa merubah sistem dan pola fikir masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi berita gosip dan terbiasa bergosip, menjadi masyarakat yang lebih cerdas. Tentunya, pemerintah juga perlu campur tangan untuk membenahi hal ini, mulai dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), MUI, dan Menteri Komunikasi dan Informatika (yang kebetulan dikenal religius), sampai pihak-pihak yang berkepentingan seperti televisi-televisi nasional yang biasanya menyiarkan berita gosip di negeri ini. Inginkah kita menjdi bangsa yang lebih cerdas dan berakhlakul kharimah?.
Maka, sebagai orang yang masih minim ilmu, yang pernah kecipratan gosip atau digosipi orang, saya cuma bisa menuliskan sedikit risalah yang ditujukan untuk diri saya sendiri dan juga anda. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Saudaraku.. sibukkanlah diri untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain atau bahkan mencampuri urusan orang lain. Lagi pula, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan membongkar aibnya di akhirat kelak. Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan, “Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut”. Lalu seseorang bertanya, “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan?. Beliau menjawab, “ Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R Muslim).
Hukum Ghibah Dalam Islam
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al Israa[17]:36)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S Qaaf[50]:18)
Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam Surat yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.” (HR. Muslim no. 6537).
Bersabda nabi SAW:
“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)
Na'udzubillaah.. semoga kita terhindar dari perkara-perkara gosip dan hal-hal yang mengundang fitnah terhadap saudara-saudara kita. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab.
Biasanya, "Penggosip" atau "Tukang Gosip", dikenal dengan cara bicara yang khas, enerjik, dan mimik muka yang ekspresif. Terkadang ditambah dengan bibir yang maju mundur, ke depan ke samping beberapa mili dan ekor mata yang ga jelas. Yang pasti, tatapannya rada-rada sinis. Lisannya sepertinya tidak pernah lepas dari membicarakan aib orang lain, mulai dari aib fisik, aib pribadi, aib keluarga orang, aib karakter, aib penampilan, dan berprasangka buruk tanpa alasan terhadap orang lain. Kalimat yang biasa khas keluar dari lisannya adalah:
"Eh.. eh.. tau nggga, si itu kan sama si anu tauu'... " atau
"Eh, dia kan begini begini, begitu begitu..".
Bahkan terkadang kalimatnya rada-rada maksa. "Pokoknya dia itu begini.. percaya deh sama aku!".
Eleeuuuh.. GUBRAKS..!. Nah.. begitulah si "Tukang Gosip" biasa meyakinkan sekitarnya.
Baiklah, mungkin kita banyak lupa atau mungkin bahkan tidak tau makna atau pengertian gosip. Sampe akhirnya gosip itu menjadi hal yang biasa dilakukan, ga perempuan, ga laki-laki, sama saja. Terkadang, laki-laki ada juga yang suka bergosip. Jangan kesindir ya..!.
Sebenarnya, apa sih pengertian gosip?. Menurut catatan yang pernah saya browsing di google, gosip berasal dari bahasa Inggris (wuiih.. jauh ya..) dari kata gossip yang artinya gunjing, kabar angin, atau buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip” yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang yang digosipin tidak ada dalam forum yang sama. Sedangkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca, gosip adalah seorang muslim yang membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran.
Naah loh..! dari pengertiannya saja, gosip itu sudah jelek. Masih mau bergosip??.
Seberapa besar sih dampak gosip di masyarakat?, ga usah jauh-jauh deh, dampaknya ke yang terkena gosip sendirilah. Biasanya, yang digosipin terkena beban mental. Jadi malu bertemu banyak orang, atau bahkan menutup diri. Bahayanya jika ternyata apa yang digosipkan itu hanya isapan jempol semata, kasihan kan yang digosipin, mereka menjadi objek fitnah. Butuh waktu untuk membersihkan nama baik mereka lagi di lingkungan yang sudah tercemar polutan gosip. Hiii.. saking berbahayanya virus gosip. Contohnya, gosip-gosip yang menimpa artis atau selebritis sampe pejabat tinggi belakangan ini. Ga usah jauh-jauh deh, coba kita sendiri yang terkena gosip atau digosipin orang, diomongin kejelekan atau dijelek-jelekan orang lain walau pun belum tentu benar, bagaimana rasanya?!, sebel bukan?!.
Permasalahannya adalah, kebanyakan infotainment itu berisi gosip-gosip aib atau kejelekan orang lain, sedangkan kebanyakan orang-orang yang digosipi atau yang diangkat aibnya adalah orang-orang populer yang dilihat, disukai, diidolakan, bahkan dicontoh oleh masyarakat. Padahal seharusnya mereka memberikan contoh yang baik. Terbayang kan efek negatif yang ditimbulkan dari penayangan berita infotaiment itu. Dalam tayangan-tayangan infotainment yang kebanyakan isinya tentang gosip perceraian, kehidupan glamour dan bebas para selebritis, gaya hidup yang konsumeris, sampe isu-isu korupsi para pejabat tinggi negara dan mafia hukum, sedikitnya memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Minimal masyarakat menganggap hal itu adalah biasa dan lumrah. Kemudian, banyak masyarakat yang mengikuti gaya-gaya hidup tersebut.
Sekarang, saatnya kita mereformasi bahkan merevolusi (wuiiih..) tayangan-tayangan yang hendak dipublikasi kepada masyarakat dan menggantinya dengan tayangan-tayangan yang lebih mendidik. Memang butuh kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak untuk merealisasikannya. Namun jika kita yakin dan optimis bahwa kita mampu, insyaAllah kita pasti bisa merubah sistem dan pola fikir masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi berita gosip dan terbiasa bergosip, menjadi masyarakat yang lebih cerdas. Tentunya, pemerintah juga perlu campur tangan untuk membenahi hal ini, mulai dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), MUI, dan Menteri Komunikasi dan Informatika (yang kebetulan dikenal religius), sampai pihak-pihak yang berkepentingan seperti televisi-televisi nasional yang biasanya menyiarkan berita gosip di negeri ini. Inginkah kita menjdi bangsa yang lebih cerdas dan berakhlakul kharimah?.
Maka, sebagai orang yang masih minim ilmu, yang pernah kecipratan gosip atau digosipi orang, saya cuma bisa menuliskan sedikit risalah yang ditujukan untuk diri saya sendiri dan juga anda. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Saudaraku.. sibukkanlah diri untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain atau bahkan mencampuri urusan orang lain. Lagi pula, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan membongkar aibnya di akhirat kelak. Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan, “Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut”. Lalu seseorang bertanya, “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan?. Beliau menjawab, “ Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R Muslim).
Hukum Ghibah Dalam Islam
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al Israa[17]:36)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S Qaaf[50]:18)
Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam Surat yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.” (HR. Muslim no. 6537).
Bersabda nabi SAW:
“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)
Na'udzubillaah.. semoga kita terhindar dari perkara-perkara gosip dan hal-hal yang mengundang fitnah terhadap saudara-saudara kita. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab.
Monday, August 02, 2010
Pulang Ke Kotaku
Perjalanan malam adalah satu-satunya perjalanan favoritku dengan pesawat terbang dari Jakarta ke kota kelahiranku, Palembang. Biasanya, aku memang selalu memilih jam malam untuk kepulanganku. Mengapa?, karena dari pesawat, aku bisa melihat indahnya pemandangan kota Palembang di waktu malam. Malam di kotaku sangat semarak dengan kerlap-kerlip lampu. Ada pemandangan eksotik yang nampak dari pesawat, yaitu kerlap-kerlip lampu yang menghiasi jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi, sehingga lampu-lampu yang menghiasi pinggiran jembatan itu mirip sebuah kerangka jembatan, menakjubkan. Selain itu, lampu menara-menara pabrik yang membentuk sebuah kerangka tower, diantaranya menara PT. Pusri & Pertamina, juga turut menyemarakan hamparan kota Palembang. Menambah indah pemandangan dari atas pesawat.