Thursday, September 20, 2007

Puasa sebagai Wujud Ibadah dan Rasa Syukur kepada Allah SWT

Palembang, 16 September 2007

Tausiyah Romadhon Ust. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A dalam Acara Tausiyah Romadhon dan Deklarasi Calon Gubernur Sumatera Selatan 2008-2013

Dalam kehidupan bersosial, komitmen kepemimpinan merupakan anugerah yang besar yang diberikan Allah SWT untuk menghadirkan sebuah kesuksesan. Komitmen dari sebuah kepemimpinan adalah karunia yang besar dari Allah SWT yang harus kita jalankan sebagai amanah umat. Kondisi ini adalah kondisi yang layak untuk kita syukuri, agar bangsa kita menjadi lebih barookah, adil, makmur, dan sejahtera. Ketika kesempatan itu hadir, kita bisa mengambil langkah tepat untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Bila kita bersyukur, maka Allah akan melipatgandakan nikmat-nikmatNya. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur maka kita akan menjadi insan yang nista.

Manusia dalam Al Qur'an dipersepsikan sebagai umat yang beriman. Hal ini merupakan sebutan yang amat terpuji. Namun terkadang pujian itu hilang karena perbuatan nista. Keimanan seorang manusia dinilai mampu menciptakan keamanan dan kenyamanan, baik untuk pribadi, keluarga, dan masyarakat luas. Dan rasa aman dan nyaman salah satunya tercipta dengan berpuasa, karena berpuasa menghasilkan banyak kebaikan yang konkrit

Orang yang beriman adalah orang orang yang mampu memberi rasa aman ditandai dengan suksesnya menjalankan ibadah puasa. Keimanan yang benar akan menghasilkan prilaku yang memberikan keamanan bagi diri, keluarga dan masyarakat. Kesadaran bahwa kita adalah komunitas beriman, langsung nampak dari prilaku keseharian kita dalam kehidupan. Iman terkait dengan tiga kata, yaitu Iman, Aman dan Nyaman. Iman menghadirkan rasa aman, Aman menghadirkan kenyamanan. Sehingga kita bisa menjalankan amanah terhadap umat dan janji kepada Allah dengan sebaik-baiknya.

Namun rasa syukur hanya sering menjadi ucapan verbal semata, yang hanya dihaturkan pada momen-momen hari besar keagamaan saja, seperti isro' mi'roj, dsb. Padahal ungkapan rasa syukur merupakan suatu yang harus kita lakukan secara sadar untuk melaksanakan sukses yang ada guna menggantikan kondisi yang penuh dengan kekhawatiran, menjadi kondisi yang penuh dengan kebahagiaan.

Rosulullah bersabda :

"Telah datang bulan berkah, yaitu bulan romadhon".

Saat itu, puasa baru diwajibkan oleh Rosulullah saw. dimana umat Islam baru berhijrah dari Makkah ke Madinah. Berpindah dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain. Dari kondisi tertindas menjadi terhormat, dari kondisi tak dikenal menjadi dikenal, dari kondisi yang bermasalah, menjadi solusi dari masalah. Kesadaran untuk bersyukur merupakan kesempatan emas untuk menempa diri. Rasa syukur dapat diwujudkan melalui prilaku keseharian yang dilakukan secara sadar. Dari Rasa syukur bisa melipatgandakan pahala, namun rasa syukur sering muncul secara tidak sadar. Rasa syukur hanya sering muncul secara spontan dalam ungkapan verbal. Padahal rasa syukur amat diperlukan sehingga kita mampu mengelola segala karunia Allah dengan lebih baik lagi agar bisa menghadirkan manfaat sebanyak-banyaknya bagi manusia.

Kewajiban berpuasa tercantum dalam kitab suci Al Qur'an surat Al Baqoroh-183
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,".

Kewajiban berpuasa ini ditekankan bukan hanya pada umat sekarang, namun juga pada umat-umat sebelumnya. Berpuasa sesungguhnya hasilnya sangat jelas dan konkrit pada generasi sebelum kita, contohnya pada masa Rosulullah dan sahabat. Zaman itu merupakan zaman yang terbaik, karena umat yang benar-benar beriman, umat yang benar-benar berkualitas serta amanah dalam menjalankan perintah-perintah Allah sehingga menghasilkan rasa aman. Mukmin yang sukses adalah jika mukmin yang berpuasa sebagaimana bekal iman. Puasa di bulan Romadhon menghasilkan semangat dan berkah. Maka dari itu berpuasalah, karena bisa jadi Romadhon kali ini adalah Romadhon kita yang terakhir. Hal ini bukanlah sebuah bentuk kepesimisan, namun justru menjadikan kita memiliki harapan yang besar untuk menjalankannya dengan sebaik-baiknya, sehingga kita mampu memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki untuk menjalani amanah ibadah puasa.

Pada momen Romadhon saat ini, rasa syukur tersebut harus dihadirkan, karena puasa merupakan kesempatan emas untuk menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik, bermanfaat, amanah bagi diri pribadi, keluarga, pemimpin masyarakat muslim, serta bagi seluruh umat manusia.

Wallahu'alam Bishowab.

(Fithri Property - ditulis untuk perjuangan dakwah bersama para ikhwah, http://www.pks-sumsel.org)

No comments: