Bismillaah.. Smg perjalanan ini bisa meringankan beban, menyembuhkan hati, dan membangkitkan ghiroh kembali. Aamiin ya Allaah..
30 Des 2010- 07 Jan 2011, Trip to Bali.
Perdana naik Bus menyebrang ke pulau Jawa, pegel euy.. tapi seru jg hehe. Rute Palembang - Jkt - Bdg - Jogja - Suramadu - Bali - back to Jkt. Kembali melanjutkan langkah, kuliah, bekerja, dan.. bangun masa depan mulai dari nol lagi. Back to zero to be a winner!. Mudahkanlah langkah hamba selanjutnya ya Allaah. Aamiin ya Robbal'aalamiin..
Menulis kisah tentang hidup, adalah sebuah kebahagiaan. Berguru pada alam semesta dari apa yang dilihat, didengar, difikir, dan dirasa. Memanusiakan manusia. Meramu kata per kata menjadi rangkaian cerita guna menuai hikmah. Moga kehadiran blog ini memberi kebaikan dan manfaat bagi semua. Aamiin ya robbal’aalamiin.. Take the rest time..
Friday, December 31, 2010
Thursday, December 30, 2010
Rasakan Jiwaku
Trauma dan luka, ibarat sahabat karib. Biasanya, setelah luka akan ada trauma, seperti seorang yg terkena benda tajam lalu berdarah. Ia akan merasakan sakit dan untuk menyembuhkannya perlu waktu tergantung seberapa parah lukanya. Aku, luka dan trauma. Terkadang saat mata ini terjaga dari tidur, saat ku hela nafas pertama dan teringat semua, hanya sesak yg terasa. Rabb.. alangkah baiknya jika aku tidak terbangun lagi selamanya agar tak teringat lg semua itu. Rasakan perih jiwaku. Adakah kau jg merasakannya?
Biarlah Takdir itu Berakhir Indah 2
Cinta Menuntut Pengorbanan
Kasih manusia kadang bermusim
Sayang manusia tiada abadi
Kasih Tuhan, tiada bertepi
Sayang Tuhan, janji-Nya.. pasti
(Kasih Sayang by Raihan)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari dari jari jemari ar Rahman bagaikan satu buah hati yang Dia swt memperlakukannya sekehendak-Nya.” Didalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,”Tidaklah ada satu hati kecuali dia berada di antara dua jari dari jari jemari ar Rahman, jika Dia berkehendak maka Dia akan meluruskannya dan Jika Dia berkehendak maka Dia akan menyimpangkannya.”
Seorang teman menulis di status Facebooknya,
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu. Dia selalu menginginkan yang dicintainya terus tumbuh menjadi baik... baik.. dan terus lebih baik.
Begitulah.. Alhamdulillaah.. akhirnya saya bisa memaknai apa itu cinta yang hakiki. Bukan sekedar karena ketampanan atau kecantikan wajah semata. Namun lebih dalam dari itu, yaitu jika kita mampu membawa kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Ya Alhamdulillaah.. syukurku tak henti-hentinya terhatur, meski bagai menjadi korban karena harus mengalami sakit hati berkali-kali, namun Allah telah mengamanahiku tugas itu. Tidak semua orang diamani tugas seperti itu, berat dan berliku. Itu berarti Allah sudah mengukur batas kekuatanku untuk menghadapi ujian itu. Sebuah kehormatan yang tidak setiap akhwat mendapatkannya. Alhamdulillaah.. aku telah membantu saudaraku tersibghohi warna-warna Ilahy. Meski pun tak jadi, kini dia mengikuti kajian pekanan sudah hampir setahun.
Alhamdulillah.. saya bersyukur dan tetap mengambil sisi positifnya. Meskipun tidak jadi, secara tidak langsung saya sudah membantunya melakukan persiapan untuk menikah. Bisa jadi, ia harus bertemu saya dulu sebelum bertemu jodohnya. Ya.. mungkin jika tidak bertemu saya, sampai saat ini ia belum cukup persiapan untuk menikah karena karakternya yang seperti itu. Mungkin juga jika bukan bertemu dengan saya, belum tentu ada perempuan lain yang sanggup tahan menunggunya melakukan persiapan selama satu setengah tahun. Lama dan berlarut. Tak mengapa.. walau pun tak jadi, saya sudah membantu saudara. Alhamdulillah.. sekarang ia sudah cukup persiapan, antar-antaran, mahar, dan sedikit tabungan.
Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu mencintai dan dicintai. Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu sakit hati bertubi-tubi. Meskipun hati itu layaknya barang yang terkorban karena harus menanggung perih yang bertubi, namun cinta tetaplah cinta bukan?, ia memegang perannya sendiri. Peran membantu saudara menjadi lebih baik lagi. Semoga kita istiqomah di jalan ini. Aamiin..
Ia Tak Mencintaiku
Aku belajar tentang cinta. Bahwa cinta itu menuntut pengorbanan. Namun aku terlambat menyadari, bahwa cintanya padaku tidaklah sekokoh pohon yang akarnya menghujam ke dasar bumi. Ya.. manusia memang mudah tertipu, seperti aku, yang kini menyadari bahwa mungkin.. aku telah tertipu.
Terkadang hati itu terlalu dalam sampai kita sendiri tak sanggup menyelaminya. Astaghfirullah.. ampunilah kesalahan-kesalahan kami ya Allah.. ampunilah hamba atas kekhilafan ini. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi ‘ala Diinika (Wahai (Allah) Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu). Saya tak boleh begini. Saya harus bangkit dan benar-benar memulai segalanya dari nol lagi, terutama pekerjaan. Jika melihat pengorbanan yang saya lakukan demi ta’aruf ini, pastilah hanya su’udzhon yang tersisa. 3 kali kehilangan pekerjaan demi untuk mempersiapkan semuanya. Kini saya harus memulai segalanya dari awal lagi. Memulai hidup yang baru dengan semangat baru pula. Ah.. semoga semua berakhir dengan indah. Terima kasih untuk semuanya.
Wallahua’lam bishshawwab.
Ya Allah.. karuniakanlah kepada hamba suami (jodoh) yang terbaik di sisi-Mu, suami yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Aamiin..
Ya Allah warnai hidupku dengan selalu rindu padaMu, rindu pada RasulMu, rindu pada hamba-hambaMu yang Kau cintai, rindu untuk bertemu di syurga bersama para Nabi dan Syuhada.
Semoga Allah selalu mengikatkan dalam tali ikatan ukhuwah yang tidak akan pernah terputus hingga Allah mempertemukan kita di JannahNya... Rabb, eratkan ukhuwah di antara kami, tarbiyahkan kami dengan kelembutan dan kasih sayang Mu. Yakinkan kami pada jihad di jalan Mu. Selamatkan kami dengan keikhlasan amal padaMu. Jadikan kami ahli syurgaMu.
PadaMu Rabbi, ajarkan kami bagaimana berpikir sebelum bicara, untuk menerima sebelum menuntut, untuk tersenyum disaat kecewa, untuk tenang dikala gundah, untuk diam dikala gaduh dan bersahaja di atas kebenaran.
Rabb, ajari kami tesenyum meski berat pundak memikul beban, ajari kami berlapang dada meski banyak hal yang menyesakkan jiwa, ajari kami rendah hati karena Kaulah yang Maha Tinggi, bantu kami bersabar ya Rabb, sungguh beratnya perjuangan ini tak sebanding dengan manisnya surgaMu.
Aamiin Ya Allaah Ya Robbal’aalamiin.
Potongan Cerita Hati - Fithri Ariani
Kasih manusia kadang bermusim
Sayang manusia tiada abadi
Kasih Tuhan, tiada bertepi
Sayang Tuhan, janji-Nya.. pasti
(Kasih Sayang by Raihan)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari dari jari jemari ar Rahman bagaikan satu buah hati yang Dia swt memperlakukannya sekehendak-Nya.” Didalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,”Tidaklah ada satu hati kecuali dia berada di antara dua jari dari jari jemari ar Rahman, jika Dia berkehendak maka Dia akan meluruskannya dan Jika Dia berkehendak maka Dia akan menyimpangkannya.”
Seorang teman menulis di status Facebooknya,
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu. Dia selalu menginginkan yang dicintainya terus tumbuh menjadi baik... baik.. dan terus lebih baik.
Begitulah.. Alhamdulillaah.. akhirnya saya bisa memaknai apa itu cinta yang hakiki. Bukan sekedar karena ketampanan atau kecantikan wajah semata. Namun lebih dalam dari itu, yaitu jika kita mampu membawa kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Ya Alhamdulillaah.. syukurku tak henti-hentinya terhatur, meski bagai menjadi korban karena harus mengalami sakit hati berkali-kali, namun Allah telah mengamanahiku tugas itu. Tidak semua orang diamani tugas seperti itu, berat dan berliku. Itu berarti Allah sudah mengukur batas kekuatanku untuk menghadapi ujian itu. Sebuah kehormatan yang tidak setiap akhwat mendapatkannya. Alhamdulillaah.. aku telah membantu saudaraku tersibghohi warna-warna Ilahy. Meski pun tak jadi, kini dia mengikuti kajian pekanan sudah hampir setahun.
Alhamdulillah.. saya bersyukur dan tetap mengambil sisi positifnya. Meskipun tidak jadi, secara tidak langsung saya sudah membantunya melakukan persiapan untuk menikah. Bisa jadi, ia harus bertemu saya dulu sebelum bertemu jodohnya. Ya.. mungkin jika tidak bertemu saya, sampai saat ini ia belum cukup persiapan untuk menikah karena karakternya yang seperti itu. Mungkin juga jika bukan bertemu dengan saya, belum tentu ada perempuan lain yang sanggup tahan menunggunya melakukan persiapan selama satu setengah tahun. Lama dan berlarut. Tak mengapa.. walau pun tak jadi, saya sudah membantu saudara. Alhamdulillah.. sekarang ia sudah cukup persiapan, antar-antaran, mahar, dan sedikit tabungan.
Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu mencintai dan dicintai. Terima kasih.. melalui engkau, aku mengenal apa itu sakit hati bertubi-tubi. Meskipun hati itu layaknya barang yang terkorban karena harus menanggung perih yang bertubi, namun cinta tetaplah cinta bukan?, ia memegang perannya sendiri. Peran membantu saudara menjadi lebih baik lagi. Semoga kita istiqomah di jalan ini. Aamiin..
Ia Tak Mencintaiku
Aku belajar tentang cinta. Bahwa cinta itu menuntut pengorbanan. Namun aku terlambat menyadari, bahwa cintanya padaku tidaklah sekokoh pohon yang akarnya menghujam ke dasar bumi. Ya.. manusia memang mudah tertipu, seperti aku, yang kini menyadari bahwa mungkin.. aku telah tertipu.
Terkadang hati itu terlalu dalam sampai kita sendiri tak sanggup menyelaminya. Astaghfirullah.. ampunilah kesalahan-kesalahan kami ya Allah.. ampunilah hamba atas kekhilafan ini. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi ‘ala Diinika (Wahai (Allah) Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu). Saya tak boleh begini. Saya harus bangkit dan benar-benar memulai segalanya dari nol lagi, terutama pekerjaan. Jika melihat pengorbanan yang saya lakukan demi ta’aruf ini, pastilah hanya su’udzhon yang tersisa. 3 kali kehilangan pekerjaan demi untuk mempersiapkan semuanya. Kini saya harus memulai segalanya dari awal lagi. Memulai hidup yang baru dengan semangat baru pula. Ah.. semoga semua berakhir dengan indah. Terima kasih untuk semuanya.
Wallahua’lam bishshawwab.
Ya Allah.. karuniakanlah kepada hamba suami (jodoh) yang terbaik di sisi-Mu, suami yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Aamiin..
Ya Allah warnai hidupku dengan selalu rindu padaMu, rindu pada RasulMu, rindu pada hamba-hambaMu yang Kau cintai, rindu untuk bertemu di syurga bersama para Nabi dan Syuhada.
Semoga Allah selalu mengikatkan dalam tali ikatan ukhuwah yang tidak akan pernah terputus hingga Allah mempertemukan kita di JannahNya... Rabb, eratkan ukhuwah di antara kami, tarbiyahkan kami dengan kelembutan dan kasih sayang Mu. Yakinkan kami pada jihad di jalan Mu. Selamatkan kami dengan keikhlasan amal padaMu. Jadikan kami ahli syurgaMu.
PadaMu Rabbi, ajarkan kami bagaimana berpikir sebelum bicara, untuk menerima sebelum menuntut, untuk tersenyum disaat kecewa, untuk tenang dikala gundah, untuk diam dikala gaduh dan bersahaja di atas kebenaran.
Rabb, ajari kami tesenyum meski berat pundak memikul beban, ajari kami berlapang dada meski banyak hal yang menyesakkan jiwa, ajari kami rendah hati karena Kaulah yang Maha Tinggi, bantu kami bersabar ya Rabb, sungguh beratnya perjuangan ini tak sebanding dengan manisnya surgaMu.
Aamiin Ya Allaah Ya Robbal’aalamiin.
Potongan Cerita Hati - Fithri Ariani
Biarlah Takdir itu Berakhir Indah
Semoga pesan ini bisa menyadarkan dan membangunkan ruhiyah yang telah lama tertidur lelap.
Bismillaahirrohmaanirrohiiim..
Assalamu'alaikum wr wb ya akhi fillah.. Semoga Allah senatiasa melimpahkan rahmatNya. Aamiin..
Allah mempertemukan kita di jalan-Nya, hendak menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang lebih baik. Bukan hanya sebuah kata yang bermakna sepele bernama "Ini sekedar Takdir", tapi lebih mendalam dari itu. Engkau ditakdirkn bertemu denganku, dan aku ditakdirkan bertemu denganmu. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Allah hendak menitipkan hikmah kepadaku dan juga kepadamu. Engkau saudara yang pernah Allah takdirkan mengisi jalan hidupku untuk mengajarkan banyak hal, bersamamu aku belajar tentang memaknai dan menghadapi ujian, tentang penjagaan diri dan hati, tentang penjagaan keimanan, tentang memaknai keikhlasan, kesabaran, ketawadhu'an, dan banyak kebaikan lainnya. Walau pun wujud kehadiranmu adalah "ujian", namun Allah tidak pernah bermaksud memberi keburukan. Ya.. tak ada yang hendak Allah sampaikan selain kebaikan, meski aku bagai menjadi korban. Disana kita bertemu karena Allah, dan disana pula kita berpisah karena Allah.
Ia hendak mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, keimanan, dan tentang keistiqomahan dalam menapaki jalan taqwa. Seperti menyusun bidang puzzle yang berantakan, lalu menjadikannya gambar yang indah menawan elok dipandang. Seperti mengumpulkan helai daun yang berserakan, lalu menjadikannya pupuk yang mengandung manfaat kembali ke tanah sebagai unsur hara yang menyuburkan. Begitulah Ia takdirkan kita dalam pertemuan dan perpisahan. Semua mengandung kebaikan dan hikmah untuk kita ambil manfaatnya.
Ketika kita membahas makna pertemuan, pastilah setiap insan tidak mengharapkan perpisahan. Ketika dua jiwa bertemu dalam kecocokan, mereka pastilah tidak menginginkan perpisahkan. Ketika kita membahas makna perpisahan, yakinlah dalam perpisahan tidak ada kesia-siaan. Kita bertemu dan berpisah karena Allah. Dahulu, setahun yang lalu, engkau pernah mengatakannya.
Dengan segala kesederhanaanmu, dan dengan segala kesempurnaan dan ketidaksempurnaanmu yang telah Allah ciptakan. Disana.. aku dipertemukan pada sebuah pilihan. Tentang makna keseriusan yang harus diperjuangkan, bagai seorang pejuang yang berjuang di medan laga, medan itu bernama dunia - akhirat. Karena "perkara" kita bukanlah perkara sederhana yang sebatas kata "uji coba", lalu selesai begitu saja ketika uji coba yang kau lakukan seakan gagal karena ternyata aku tak sesempurna inginmu, tak sebaik bayanganmu. Perkara kita adalah perkara dunia - akhirat, perkara yang kelak akan dipertanggungjawabkan di pengadilan tertinggi akhirat. Dimana kita akan bertemu kembali di hadapan Sang Penggenggam Alam Semesta, dan disana kita akan ditanya tentang apa yang pernah menimpa kita. Kau akan ditanya, aku pun demikian. Lalu, adakah hutang yang harus kita lunasi di dunia sebelum kita kelak bertemu kembali di akhirat lalu dipertanyakan semua perkara kita?. Pernahkan hal itu terbesit di hatimu?. Di mata saya, kau tetap saudara terbaik yang pernah Allah hadirkan untuk membawa pelajaran.
Seorang sahabat pernah mengatakan kepadaku dalam testimoninya tentang makna "Keseriusan".
"Jika seseorang itu bersungguh-sungguh dan serius, pasti akan tetap jadi. Apa pun akan ia lakukan, Gunung kan di daki, lautan kan di sebrangi".
Namun ternyata kita menerjemahkan dan mengaplikasikannya dengan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan itu seakan tak bermuara karena dinding "kesungkanan" yang kita bangun terlalu tinggi dan seakan tak mampu tuk kita robohkan bersama. Benarkah?, mari telisik hati kita masing-masing. Ada ribuan dan bahkan mungkin milyaran "sungkan" yang tersimpan.
Saudaraku.. apakah kau pernah merasa sedih ketika sesuatu yang telah lama kau perjuangkan tiba-tiba kandas hanya karena kesalahfahaman?. Hingga saat ini aku masih tak bisa memahami dan mengerti seonggok hati yang bernama... Mungkin ilmu tafahumku padamu belumlah mencapai nilai "great" atau "master" sehingga menyabet gelar "cumloude". Kita seperti sepasang mahasiswa yang belajar di kampus yang bernama "Belajar Saling Memahami". Terus menerus.. tiada henti hingga semua berakhir pun kita masih belajar saling memahami. Tapi adakah kau memahami hati yang terlanjur memerih?
Mungkinkah bisa menuntut sebuah kejujuran dan hati yang luka bertubi-tubi?. Luka yang terus menerus tergores tanpa sadar?. Jujur.. ada rasa sedih bercampur syukur memenuhi ruang hati, karena sudah lama aku berjuang menerima apa adanya karunia Allah ini dengan mengenyampingkan keinginanku sendiri. Berusaha untuk menerima apa adanya yang hendak Allah beri dan ikhlas menggapainya sebagai karunia Allah tuk dijaga dan dirawat bersama memulai dari nol. Perih memang.. namun hati sudah tak ingin lagi bersedih. Mungkin inilah yang terbaik bagi kita.
Inilah akhir kisah panjang perkenalan kita. Ingat-ingatlah.. bahwa ini yang pertama bagiku, dan yang kesekian bagimu. Ya.. perjalanan panjang yang melelahkan. Satu setengah tahun sejak Juli 2009 – Desember 2010. Dengan niat ingin menyempurnakan ibadah meraih ridho Allah dan saling membantu menggenapkan setengah dien, serta memudahkan niat orang yang berniat baik. Mungkin, tidak ada akhwat yang kuat untuk bersabar melalui ta’aruf seperti itu. Panjang dan berlarut-larut hanya karena ingin memudahkan dan membantumu mematangkan persiapan. Apa pernah terbesit di hatimu tentang itu?
Alhamdulillaah.. kini semua tinggal cerita yang mungkin kelak akan kau banggakan pada orang lain, seperti kata yang pernah kau ungkapkan dulu ketika aku bertanya mengapa, dan kata "Bangga" itu mengalir begitu saja dari lisanmu seperti larutan asam pekat. Silahkan.. nikmatilah dan berbahagialah dengan kebanggaan itu.
Saudaraku.. semoga Allah mempertemukan kita dalam muhasabah yang sama. Muhasabah yang berisi penyesalan-penyesalan karena ketidaksabaran dan kelemahan iman kita. Muhasabah yang berisi penyesalan karena semua berakhir bak sia-sia, muhasabah yang berisi pemaafan dan pemakluman kondisi ketika semua itu terjadi. Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan ketika semua itu terjadi?, bayangkanlah.. jika ayahmu akhirnya sakit karena menunggu-nunggu janji dari seseorang yang hendak menikahi putrinya yang tak kunjung mengerti bahwa rencana akan hangus dan usang dimakan waktu, ketika waktu hanya bersisa amarah, kesal, dan gregat karena lamban dan santaimu. Atau coba hayati jika kau berada di posisi seorang ayah yang hendak mengamanahkan putrinya kepada seorang laki-laki yang dia harapkan bisa menjalankah amanah menggantikan posisinya sebagai ayah yang menjaga, melindungi, membahagiakan, dan menafkahi?. Lalu kemudian engkau sebagai ayah akhirnya sakit karena menahan sakit sang putri yang tak rela ia lepas pada seorang yang tidak pandai memahami sebuah kondisi?. Ya.. cobalah rasakan apa yang ku rasa ketika ujian itu terjadi. Semoga Allah membuka hatimu. Semoga Allah menghapus amarah, benci, dan sakit hati yang masih tersisa dengan rindu, cinta dan kasih mendalam karena Allah. semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu. Aamiin..
Bismillaahirrohmaanirrohiiim..
Assalamu'alaikum wr wb ya akhi fillah.. Semoga Allah senatiasa melimpahkan rahmatNya. Aamiin..
Allah mempertemukan kita di jalan-Nya, hendak menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang lebih baik. Bukan hanya sebuah kata yang bermakna sepele bernama "Ini sekedar Takdir", tapi lebih mendalam dari itu. Engkau ditakdirkn bertemu denganku, dan aku ditakdirkan bertemu denganmu. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Allah hendak menitipkan hikmah kepadaku dan juga kepadamu. Engkau saudara yang pernah Allah takdirkan mengisi jalan hidupku untuk mengajarkan banyak hal, bersamamu aku belajar tentang memaknai dan menghadapi ujian, tentang penjagaan diri dan hati, tentang penjagaan keimanan, tentang memaknai keikhlasan, kesabaran, ketawadhu'an, dan banyak kebaikan lainnya. Walau pun wujud kehadiranmu adalah "ujian", namun Allah tidak pernah bermaksud memberi keburukan. Ya.. tak ada yang hendak Allah sampaikan selain kebaikan, meski aku bagai menjadi korban. Disana kita bertemu karena Allah, dan disana pula kita berpisah karena Allah.
Ia hendak mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, keimanan, dan tentang keistiqomahan dalam menapaki jalan taqwa. Seperti menyusun bidang puzzle yang berantakan, lalu menjadikannya gambar yang indah menawan elok dipandang. Seperti mengumpulkan helai daun yang berserakan, lalu menjadikannya pupuk yang mengandung manfaat kembali ke tanah sebagai unsur hara yang menyuburkan. Begitulah Ia takdirkan kita dalam pertemuan dan perpisahan. Semua mengandung kebaikan dan hikmah untuk kita ambil manfaatnya.
Ketika kita membahas makna pertemuan, pastilah setiap insan tidak mengharapkan perpisahan. Ketika dua jiwa bertemu dalam kecocokan, mereka pastilah tidak menginginkan perpisahkan. Ketika kita membahas makna perpisahan, yakinlah dalam perpisahan tidak ada kesia-siaan. Kita bertemu dan berpisah karena Allah. Dahulu, setahun yang lalu, engkau pernah mengatakannya.
Dengan segala kesederhanaanmu, dan dengan segala kesempurnaan dan ketidaksempurnaanmu yang telah Allah ciptakan. Disana.. aku dipertemukan pada sebuah pilihan. Tentang makna keseriusan yang harus diperjuangkan, bagai seorang pejuang yang berjuang di medan laga, medan itu bernama dunia - akhirat. Karena "perkara" kita bukanlah perkara sederhana yang sebatas kata "uji coba", lalu selesai begitu saja ketika uji coba yang kau lakukan seakan gagal karena ternyata aku tak sesempurna inginmu, tak sebaik bayanganmu. Perkara kita adalah perkara dunia - akhirat, perkara yang kelak akan dipertanggungjawabkan di pengadilan tertinggi akhirat. Dimana kita akan bertemu kembali di hadapan Sang Penggenggam Alam Semesta, dan disana kita akan ditanya tentang apa yang pernah menimpa kita. Kau akan ditanya, aku pun demikian. Lalu, adakah hutang yang harus kita lunasi di dunia sebelum kita kelak bertemu kembali di akhirat lalu dipertanyakan semua perkara kita?. Pernahkan hal itu terbesit di hatimu?. Di mata saya, kau tetap saudara terbaik yang pernah Allah hadirkan untuk membawa pelajaran.
Seorang sahabat pernah mengatakan kepadaku dalam testimoninya tentang makna "Keseriusan".
"Jika seseorang itu bersungguh-sungguh dan serius, pasti akan tetap jadi. Apa pun akan ia lakukan, Gunung kan di daki, lautan kan di sebrangi".
Namun ternyata kita menerjemahkan dan mengaplikasikannya dengan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan itu seakan tak bermuara karena dinding "kesungkanan" yang kita bangun terlalu tinggi dan seakan tak mampu tuk kita robohkan bersama. Benarkah?, mari telisik hati kita masing-masing. Ada ribuan dan bahkan mungkin milyaran "sungkan" yang tersimpan.
Saudaraku.. apakah kau pernah merasa sedih ketika sesuatu yang telah lama kau perjuangkan tiba-tiba kandas hanya karena kesalahfahaman?. Hingga saat ini aku masih tak bisa memahami dan mengerti seonggok hati yang bernama... Mungkin ilmu tafahumku padamu belumlah mencapai nilai "great" atau "master" sehingga menyabet gelar "cumloude". Kita seperti sepasang mahasiswa yang belajar di kampus yang bernama "Belajar Saling Memahami". Terus menerus.. tiada henti hingga semua berakhir pun kita masih belajar saling memahami. Tapi adakah kau memahami hati yang terlanjur memerih?
Mungkinkah bisa menuntut sebuah kejujuran dan hati yang luka bertubi-tubi?. Luka yang terus menerus tergores tanpa sadar?. Jujur.. ada rasa sedih bercampur syukur memenuhi ruang hati, karena sudah lama aku berjuang menerima apa adanya karunia Allah ini dengan mengenyampingkan keinginanku sendiri. Berusaha untuk menerima apa adanya yang hendak Allah beri dan ikhlas menggapainya sebagai karunia Allah tuk dijaga dan dirawat bersama memulai dari nol. Perih memang.. namun hati sudah tak ingin lagi bersedih. Mungkin inilah yang terbaik bagi kita.
Inilah akhir kisah panjang perkenalan kita. Ingat-ingatlah.. bahwa ini yang pertama bagiku, dan yang kesekian bagimu. Ya.. perjalanan panjang yang melelahkan. Satu setengah tahun sejak Juli 2009 – Desember 2010. Dengan niat ingin menyempurnakan ibadah meraih ridho Allah dan saling membantu menggenapkan setengah dien, serta memudahkan niat orang yang berniat baik. Mungkin, tidak ada akhwat yang kuat untuk bersabar melalui ta’aruf seperti itu. Panjang dan berlarut-larut hanya karena ingin memudahkan dan membantumu mematangkan persiapan. Apa pernah terbesit di hatimu tentang itu?
Alhamdulillaah.. kini semua tinggal cerita yang mungkin kelak akan kau banggakan pada orang lain, seperti kata yang pernah kau ungkapkan dulu ketika aku bertanya mengapa, dan kata "Bangga" itu mengalir begitu saja dari lisanmu seperti larutan asam pekat. Silahkan.. nikmatilah dan berbahagialah dengan kebanggaan itu.
Saudaraku.. semoga Allah mempertemukan kita dalam muhasabah yang sama. Muhasabah yang berisi penyesalan-penyesalan karena ketidaksabaran dan kelemahan iman kita. Muhasabah yang berisi penyesalan karena semua berakhir bak sia-sia, muhasabah yang berisi pemaafan dan pemakluman kondisi ketika semua itu terjadi. Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan ketika semua itu terjadi?, bayangkanlah.. jika ayahmu akhirnya sakit karena menunggu-nunggu janji dari seseorang yang hendak menikahi putrinya yang tak kunjung mengerti bahwa rencana akan hangus dan usang dimakan waktu, ketika waktu hanya bersisa amarah, kesal, dan gregat karena lamban dan santaimu. Atau coba hayati jika kau berada di posisi seorang ayah yang hendak mengamanahkan putrinya kepada seorang laki-laki yang dia harapkan bisa menjalankah amanah menggantikan posisinya sebagai ayah yang menjaga, melindungi, membahagiakan, dan menafkahi?. Lalu kemudian engkau sebagai ayah akhirnya sakit karena menahan sakit sang putri yang tak rela ia lepas pada seorang yang tidak pandai memahami sebuah kondisi?. Ya.. cobalah rasakan apa yang ku rasa ketika ujian itu terjadi. Semoga Allah membuka hatimu. Semoga Allah menghapus amarah, benci, dan sakit hati yang masih tersisa dengan rindu, cinta dan kasih mendalam karena Allah. semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu. Aamiin..