Monday, June 04, 2007

Yang Tertulis dalam Sebuah Kitab

Ketika denting kehidupan mulai dimainkan, ketika setiap lembaran mulai dituliskan, ketika degup perjalanan mulai berdetak sesuai garisan, ketika masa mulai berkejaran, berganti waktu demi waktu, di setiap detiknya, di setiap helaan nafas, di setiap aliran darah, di setiap penglihatan, pendengaran, lisan, besitan hati dan fikiran, serta setiap gerakan kaki dan tangan…

Setiap detiknya berada dalam pengawasan. Setiap langkahnya dalam pengelihatan. Tak ada satu pun yang bisa disembuyikan dari-Nya. Setiap kekuatan berasal dari-Nya, setiap helaan nafas berasal dari-Nya, setiap kemudahan berasal dari-Nya. Maka gantungkanlah harapanmu hanya padaNya.

Di dunia manusia mencari tempat, tempat mereka bernaung meraih kebahagiaan. Dan sesungguhnya kebahagiaan hakiki adalah ketika kelak kita bisa kembali kepada Ilahy dalam keadaan suci lagi bersih layaknya sebuah kertas putih tanpa noda.

Ketika batu ujian datang bertubi, ketika permasalahan hendak tak hengkang dari diri, ketika batu sandungan terasa abadi tanpa henti, terasa hati perih dan hancur, ketika memohon dan meminta pada Robbi, mengharapkan sang kehendak dalam diri dimengerti, seraya memerintah Sang Ilahy, lantas pertanyakanlah pada diri, layak kah kita memerintah Sang Ilahy?

Jikalau semua angan angan dan mimpi hanyalah ada dalam diri, hendak merasakan seluruh ujian adalah abadi, dan akhirnya pahamilah, bahwa tak ada yang abadi, pun untuk setiap ujian ujian yang engkau rasakan, di setiap hari mu, di setiap sisa sisa nafasmu sekali pun, jikalau kau tak mewujudkan cinta dan kasihmu hanya untuk Tuhanmu.

Dan ketika setiap sang surya kembali hadir dalam hidupmu, maka syukurilah setiap detik yang masih IA sisakan untukmu, syukurilah setiap anugerah anugerah yang masih diberikannya untukmu, hingga akhirnya kau mulai mengerti arti cinta-Nya, cinta-Nya yang tak pernah habis – habisnya, tak kan kian usainya, bahkan hingga hari penghabisanmu pun, Ia kan tetap memberi untukmu, .

Saudaraku… bisa kah kau merasakan-Nya, merasakan setiap cinta yang Ia berikan padamu, yang selalu Ia berikan untuk sisa sisa hidupmu, untuk setiap detik detik mu, untuk setiap besitan cahaya iman dan kekuatan yang Ia berikan kepadamu?

Terus dan teruslah mencari ruang, tempat yang mulia di sisi-Nya, jangan berorientasi pada hasil jika belum berusaha, gali lah hingga kau menemukannya, menemukan mutiara di dasar jiwamu sendiri, karena hasilnya bisa jadi tidak saat ini, tetapi nanti…. Ya, nanti…. Yang kita pun tak bisa menebaknya, bisa jadi di dunia ini, bisa jadi di akhirat nanti… maka… jangan pernah berhenti, jangan pernah takut, terus dan teruslah mencari…. Karena kita hanya membutuhkan latihan, tadribat demi tadribat, karena hidup kita adalah latihan, latihan kesabaran, latihan keikhlasan, latihan kesyukuran, latihan demi latihan agar kita menjadi lebih baik lagi, bentangkan tanganmu, lihatlah dunia, lihat lebih dalam lagi, di langit langit malam dan siangmu, di bentangan sajadah alam Tuhanmu, Tuhan kita, Allah Yang Maha Kaya, melalui pandanganmu dan kau bisa menerobos ruang demi ruang, dengan hatimu yang dalam hingga kau siap kembali dalam keadaan bersih lagi suci…

Di sana, ada hamparan bumi yang indah, dan sebuah pelita sebagai penerangnya, benda benda langit yang beredar menurut perhitungan, dan lautan yang mengalir sesuai ketentuan, gunung gunung sebagai pasaknya, serta tumbuh tumbuhan dan bunga bunga nan mewangi, ada lembayung memayungi, berlapis lapis hingga tujuh lapis, dan awan awan yang membawa air, yang Ia berikan sebagai anugerah, semua berada dalam sebuah ketetapan. Di buminya, di dunia yang ia ciptakan untuk manusia, sebagai pelajaran bagi kita.

Dan karena ujian sebenarnya adalah berkah, apa pun bentuknya, berapa pun banyaknya, semua itu adalah latihan dari Allah agar kelak kita bisa menuai keberhasilan, kemenangan yang tak kan ada habis habisnya, karena sudah sunnatullah bahwa “tak selamanya jalanan itu menanjak, karena akan ada turunan dalam setiap tanjakkan”. Bersabar dan berhusnudzonlah selalu pada Allah… ikhlaskanlah semuanya… lalu pejamkanlah sesaat matamu, dan hadirkanlah potret akhirat di dalam hati dan fikiranmu, sesaat saja… hingga kau mampu mengingat kematian adalah lebih dekat dari urat lehermu…

Wallahu a’lam
--Fithri, Lembayung hati di bulan Juli--

------------------

Ketika aku menoleh ke belakang, semakin ku pahami ini adalah anugerah terindah yang IA berikan, bagaimana pun hidup itu akan terasa indah… Jika kita menjalaninya karena Allah… ya… hanya karena Allah…

Sesaat ketika ku pejamkan mata

No comments: