Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Artikel ini saya tulis pada hari Rabu, 18 Nopember 2009. Tidak lain untuk mengingatkan saya sendiri dan saudara/i saya yang lain. Setelah melalui pertimbangan yang matang, pemikiran yang panjang, pengeditan berkali-kali, dan konsultasi dengan beberapa pihak, barulah sekarang saya mempublikasikannya. Sungguh sangat berat bagi saya untuk mempublikasikan artikel ini, karena saya sendiri menyadari bahwa saya masih belum baik, masih penuh kekurangan di sana-sini, bahkan banyak dosa-dosa yang tidak saya sadari. Namun setelah melalui proses yang panjang, ketika lidah sudah terasa kelu untuk kembali mengingatkan, dan kekhilafan terjadi berulang-ulang dari salah seorang rekan, saya berkesimpulan akan lebih baik jika dalam proses perbaikan diri, kita tetap saling mengingatkan dengan saudara yang lain, meski hanya lewat tulisan. Diam ketika melihat kesalahan, maka lebih berdosa. InsyaAllah ini yang terakhir.
Artikel ini ditulis tidak untuk menghina atau memojokkan seseorang. Hanya sebuah evaluasi dari pengalaman ruhiyyah yang sarat makna. Sebuah evaluasi tentang adab-adab syar’i antara yang bukan muhrim. Sebuah evaluasi tentang hijab dalam arti yang luas. Sebuah evaluasi tentang proses perbaikan diri dalam penghambaan kepada Allah. Sebuah tulisan sederhana dari seorang hamba Allah yang dho’if, yang tidak ingin saudarinya terus menerus terjebak dalam lumpur kemaksiatan dan dosa. Sebagai pengingat saya sendiri untuk semakin istiqomah dalam memperbaiki diri. Semoga bisa memberi manfaat yang banyak bagi semua pihak, mejadi pengingat kita akan pengawasan Allah dalam setiap hela nafas, bisa diambil hikmah dan pelajarannya, serta menjadi parameter yang menghantarkan kita kepada keshalihan.
Kepada Allah saya memohon perlindungan dari segala fitnah, Ya Allah.. jauhkanlah hamba dari perbuatan yang sia-sia dan tidak berguna, dari penyakit-penyakit hati, dan dari kesalahan atau kekhilafan dalam membuat peringatan. Aamiin ya Robbal’alamiin..
Prolog
"Wajah tampan atau cantik, adalah karunia dari Allah, sekaligus ujian bagi yang memilikinya. Namun hakikatnya, orang tampan atau cantik, ujiannya menjadi dua kali lipat. Pertama, apakah dia bisa mensyukuri ketampanan/kecantikannya. Kedua, apakah dia bisa menjalankan amanah ketampanan/kecantikannya di jalan yang benar. Dengan wajah tampan, dia bisa menjadi playboy, misalnya, jelas bukan bentuk syukur dan menjalankan amanah yang benar. Begitu pula, mereka yang diberi paras cantik. Betapa banyak orang cantik yang menggunakan kecantikkannya untuk memperdaya laki-laki. Betapa banyak perempuan elok yang justru jatuh ke dalam kehidupan yang salah arah, 1). Alhamdulillah.. saya merasa bersyukur diberi tampang yang sedang-sedang saja, tidak cantik, jelek pun tidak. Jika saya cantik, saya khawatir malah tidak bisa bersukur dan tidak bisa mengemban amanah Allah tersebut dengan baik."
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Artikel ini saya tulis pada hari Rabu, 18 Nopember 2009. Tidak lain untuk mengingatkan saya sendiri dan saudara/i saya yang lain. Setelah melalui pertimbangan yang matang, pemikiran yang panjang, pengeditan berkali-kali, dan konsultasi dengan beberapa pihak, barulah sekarang saya mempublikasikannya. Sungguh sangat berat bagi saya untuk mempublikasikan artikel ini, karena saya sendiri menyadari bahwa saya masih belum baik, masih penuh kekurangan di sana-sini, bahkan banyak dosa-dosa yang tidak saya sadari. Namun setelah melalui proses yang panjang, ketika lidah sudah terasa kelu untuk kembali mengingatkan, dan kekhilafan terjadi berulang-ulang dari salah seorang rekan, saya berkesimpulan akan lebih baik jika dalam proses perbaikan diri, kita tetap saling mengingatkan dengan saudara yang lain, meski hanya lewat tulisan. Diam ketika melihat kesalahan, maka lebih berdosa. InsyaAllah ini yang terakhir.
Artikel ini ditulis tidak untuk menghina atau memojokkan seseorang. Hanya sebuah evaluasi dari pengalaman ruhiyyah yang sarat makna. Sebuah evaluasi tentang adab-adab syar’i antara yang bukan muhrim. Sebuah evaluasi tentang hijab dalam arti yang luas. Sebuah evaluasi tentang proses perbaikan diri dalam penghambaan kepada Allah. Sebuah tulisan sederhana dari seorang hamba Allah yang dho’if, yang tidak ingin saudarinya terus menerus terjebak dalam lumpur kemaksiatan dan dosa. Sebagai pengingat saya sendiri untuk semakin istiqomah dalam memperbaiki diri. Semoga bisa memberi manfaat yang banyak bagi semua pihak, mejadi pengingat kita akan pengawasan Allah dalam setiap hela nafas, bisa diambil hikmah dan pelajarannya, serta menjadi parameter yang menghantarkan kita kepada keshalihan.
Kepada Allah saya memohon perlindungan dari segala fitnah, Ya Allah.. jauhkanlah hamba dari perbuatan yang sia-sia dan tidak berguna, dari penyakit-penyakit hati, dan dari kesalahan atau kekhilafan dalam membuat peringatan. Aamiin ya Robbal’alamiin..
Prolog
"Wajah tampan atau cantik, adalah karunia dari Allah, sekaligus ujian bagi yang memilikinya. Namun hakikatnya, orang tampan atau cantik, ujiannya menjadi dua kali lipat. Pertama, apakah dia bisa mensyukuri ketampanan/kecantikannya. Kedua, apakah dia bisa menjalankan amanah ketampanan/kecantikannya di jalan yang benar. Dengan wajah tampan, dia bisa menjadi playboy, misalnya, jelas bukan bentuk syukur dan menjalankan amanah yang benar. Begitu pula, mereka yang diberi paras cantik. Betapa banyak orang cantik yang menggunakan kecantikkannya untuk memperdaya laki-laki. Betapa banyak perempuan elok yang justru jatuh ke dalam kehidupan yang salah arah, 1). Alhamdulillah.. saya merasa bersyukur diberi tampang yang sedang-sedang saja, tidak cantik, jelek pun tidak. Jika saya cantik, saya khawatir malah tidak bisa bersukur dan tidak bisa mengemban amanah Allah tersebut dengan baik."
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Prok..!! Prok..!! Brang!!
Dijual.. dijual.. sebuah boneka, murah meriah..!Siapa mau beli..?! Hayyooo..!! nanti keburu laku!!. Begitulah keriuhan pasar di negeri 1001 boneka. Menjajakan eksotikanya. Sebut saja, boneka Dola, syetan yang tak lain adalah pengikutnya, berjejer kemana pun ia melangkah. Mempromosikan Dola kemana saja. Siap pasang aksi, siap menjerat setiap mata masuk perangkapnya. Kubangan maksiat dan fitnah!. Na’udzubillah..
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Dijual.. dijual.. (lagi)
sebuah boneka (lagi), murah meriah..! (lagi), Siapa mau beli..?! (lagi), Hayyooo..!! (lagi), nanti keburu laku!! (lagi). Dola (lagi).
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Prok..!! Prok..!! Brang!! Brang..!!
Dijual.. dijual.. (lagi)
sebuah boneka (lagi), murah meriah..! (lagi), Siapa mau beli..?! (lagi), Hayyooo..!! (lagi), nanti keburu laku!! (lagi). Dola (lagi).
Tersebutlah di sebuah negeri 1001 boneka (entah dari mana datangnya, anggap saja dari negeri antah berantah), terdapat sebuah boneka cantik jelita, mempesona setiap mata yang memandangnya, sedikit innocent, wajah tanpa dosa, bernama Dola.Dola, boneka cantik, berparas blasteran, dengan porsi body yang ideal, cukup berisi, tinggi, putih. Hidung bak “dasun tungga” bertengger di wajah cantiknya, 2). Mata berbinar indah seperti lautan membara. Suara merdu, lembut, syahdu, manja!. Bak irama lagu-lagu cinta para pujangga yang sedang kasmaran. Kadang bijaksana, mendayu, renyah dalam desah. Namun tak bisa tegas. Dandanannya agak semriwing hebring. Kadang rapi jali, kadang tabrak lari. Hingga membuat mata terpukau ingin melirik. Mirip artis sinetron yang mengisi infotainment-infotainment basi di negeri ini. Terutama mata.. ehm.. ehm.. yang tak kuat iman akan terjerat ikut menggoda Dola yang memang penggoda.
Entah mungkin sudah putus urat malunya. Tanpa fikir panjang, tanpa lihat rambu-rambu syar’i, tanpa tedeng aling-aling, tanpa toleh kanan toleh kiri, ia siap beraksi mencari mangsa perjaka. Semakin banyak yang terjerat, semakin ia bangga. Tanpa berfikir bahwa perbuatannya itu merusak dan dosa. Layaknya sinden yang bersiap menari, ia pun siap menjerat lelaki dengan selendangnya. Ia akan mentak-mentak jika gagal menjebak mangsanya. Sambil menggerutu, "Uugh.. kok gak luluh juga syhh…??", "Awas ya! Nanti ku…… (maaf, sensor!)", atau "Uugh.. kok ga bales-bales syiih?? Sebel!!!" (SMS atau pesan maksudnya choy). Atau.. "Aq ga puas klo si "x" belum bales pesanku!". Lagi dan lagi, Dola lupa), bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.
Entah mungkin sudah putus urat malunya. Tanpa fikir panjang, tanpa lihat rambu-rambu syar’i, tanpa tedeng aling-aling, tanpa toleh kanan toleh kiri, ia siap beraksi mencari mangsa perjaka. Semakin banyak yang terjerat, semakin ia bangga. Tanpa berfikir bahwa perbuatannya itu merusak dan dosa. Layaknya sinden yang bersiap menari, ia pun siap menjerat lelaki dengan selendangnya. Ia akan mentak-mentak jika gagal menjebak mangsanya. Sambil menggerutu, "Uugh.. kok gak luluh juga syhh…??", "Awas ya! Nanti ku…… (maaf, sensor!)", atau "Uugh.. kok ga bales-bales syiih?? Sebel!!!" (SMS atau pesan maksudnya choy). Atau.. "Aq ga puas klo si "x" belum bales pesanku!". Lagi dan lagi, Dola lupa), bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.
Si Dola mungkin belum tahu, SMS dan pesan-pesan "ekstra khusus" antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim itu dosa. Memberi perhatian khusus, simpati, menunjukkan rasa suka, apa lagi yang nyerempet-nyerempet, pet.. pet.. pet.. hiii… Astaghfirullah wa na’udzubillah.. Ya, Dola mungkin belum pernah belajar adab-adab syar’i antara yang bukan muhrim, atau mungkin belum pernah dapat pelajaran tentang Izzah (kemulyaan/harga diri) muslimah. Atau bahkan mungkin sudah, tapi belum kuat melaksakannya. Ya.. manusia memang memiliki kadar iman yang berbeda-beda, termasuk si Dolala Hebring Semriwing. Apa ya..?! Kata Ustadzah di negeri 1001 boneka, suka menunda-nunda taubat dan menunda berhenti bermaksiat. Berarti menunda berbuat baik dong. Padahal sudah berulang kali hal itu ia lakukan, dan berulang kali pula telah diingatkan. Ya.. Lagi dan lagi, Dola lupa, bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.
Kata pawang boneka di negeri 1001 boneka, (entah dari mana ide nulisnya), wajar klo Dola begitu, karena dia merasa dirinya cantik, punya modal buat zzZZzz… *maaf, tulisan disensor*. Dola menyangka bisa menaklukan semua lelaki yang disukainya. Hingga bertekuk lutut dihadapannya, menyukainya, mengaguminya, memujanya, dengan begitu ia puas dan bangga. Padahal apa yang dilakukannya merusak dan dosa. Ya.. Lagi dan lagi, Dola lupa, bahwa apa yang dilakukannya merusak dan dosa.EpilogDola lupa diri karena terlalu memperturutkn hawa nafsunya. Berwajah cantik tapi lupa bersyukur. Diberi amanah wajah cantik bukannya membalas karunia yang Allah berikan itu dengan mempercantik diri dengan penjagaan dan hijab hati. Tapi malah sebaliknya, tebar pesona ranjau dosa sana-sini. Kasihan para korban yang tak kuat menahan diri, tak kuat iman, jadi ikut-ikutan menanggung dosa yang disebabkan Dola. Mungkin Dola mendeklarasikan dirinya dengan semboyan "Mari kita menabung dosa rame-rame Ha. . Ha. . Ha. ." Masya Allah.. Astaghfirullah.. Lagi dan lagi, Dola lupa, lupa maksiat, lupa dosa.
Dola, mempermalukan diri sendiri, menebar fitnah disana-sini. Berjalan melenggak-lenggok persis... Jika ada yang menarik hatinya langsung ingin digoda. Ia gerakkan sedikit tangannya hingga nampak “wah” dengan jari-jari lentiknya dan gayanya yang aduhai ambooooii.. Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, GILA!!!, 3).
Bak kata pepatah, "Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga". Akhirnya, Dola bilang just kidding. Padahal tanpa ia sadari just kiddingnya yang berlebih-lebihan itu telah merusak, menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam kubangan lumpur maksiat dan dosa. Benarlah bila dikatakan bahwa yang berlebih-lebihan itu mubazir. Yang mubazir biasanya akan dibuang. Biasanya di buang ke tong sampah. Yang dibuang ke tong sampah tentu saja sampah. Jika di analogikan, sampah itu sebagai dosa akibat perbuatan berlebih-lebihan, maka makin lama tumpukan dosa-dosa itu akan menggunung. Kemudian butalah mata hatinya dan mengeras hatinya sehingga tak mampu lagi melihat maksiat sebagai dosa.
Begitulah kekuatan seorang wanita. Ia punya peranan yang sangat besar dalam menentukan sesuatu, termasuk masa depan bangsanya. Ia bisa merusak bangsanya dengan akhlak yang buruk, ia juga bisa menjadikan bangsanya bangsa yang beradab dan mulia dengan akhlaknya yang baik. Para pujangga pun berkata, di balik kesuksesan laki-laki, selalu ada seorang wanita yang hebat. Rosulullah bersabda, "Baik buruknya sebuah bangsa bergantung kepada kaum wanitanya". So, wajar saja jika bangsa ini sering mendapat ujian dari Yang Maha Kuasa, karena memang kaum wanitanya masih banyak yang belum bisa menjalankan agama dengan benar. Astaghfirullah..
"Sesungguhnya kalian sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat mudah (memudahkan suatu perkara dosa) padahal perbuatan semacam itu termasuk suatu yang merusak agama" (HR. Bukhori).
Pesan untuk kaum muslimah, akan kemana kau bawa bangsa ini? kepada kehancuran atau kemulyaan?, tentukan sendiri.
Dola, semoga ia segera sadar dan bertaubat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Aamiin..
Wallahu'alam bishshowwab..
A'udzubillahiminasyaithonirrojiiim.. Astaghfirullahal'adziim.. Astaghfirullahal'adziim.. Astaghfirullahal'adziim..
Allahumma inni a’udzu bika min jahdil balaa-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho-i, wa syamaa tatil a’daa-i..
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk, dari kejahatan orang-orang yang dzalim, dari kebodohan orang-orang yang jahil dan tidak berpengetahuan, dan dari kesalahan-kesalahan dan kekhilafan sendiri dalam membuat peringatan.
Ya Allah.. perbaikilah hamba, perbaikilah agama dan penghidupan hamba, perbaikilah pemahaman agama hamba, perbaikilah urusan dunia dan akhirat hamba, tambahkanlah ilmu agama hamba, dan mudahkanlah hamba dalam menjalankan apa yang Engkau perintah, menjauhi apa yang Engkau larang. Amiin.. Allahummaghfirlii.. Aamiin..
1)Pracoyo Wiryoutomo "Ujian: Tampan dan Cantik", Hikmah Sabar, Juni 2009
2)Lail Khair El Rasyid, "Perjalanan Seorang nene", Al Izzah ed. Mei 2005
3)Zack Bajoet, "Aktivis Dunia fantasi, Sebuah Cerita dari Dunia Aktifitas Fantasi..", Al Izzah ed. Feb 2005